PEMBAHASAN
Karbohidrat banyak
terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, maupun
karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi sperti pati, pektin, selulosa, dan
lignin. Selulosa dan lignin berperan sebagai penyusun dinding sel tanaman.
Berbagai polisakarida termasuk pati, banyak terdapat dalam serelia dan
umbi-umbian, selulosa dan pektin banyak terdapat dalam buah-buahan. (Winarno,
1992)
Pengujian karbohidrat dilakukan dengan
beberapa cara, salah satunya adalah pengujian sifat-sifat karbohidrat.
Kemanisan
Relatif Sakarida
Intensitas
rasa manis ditimbulkan oleh berbagai senyawa organik seperti alkohol, glikol,
gula, derivat-derivat gula dan sebagainya. Dalam makanan gula digunakan
terutama karena rasanya yang manis, karena itu kemanisan relatif dari berbagai
jenis gula penting untuk diketahui. Intensitas rasa manis tidak dapat diukur
dengan cara kimia maupun fisik, tetapi harus diukur dengan inderawi.
Berdasarkan hasil pengamatan, gula yang
memiliki tingkat kemanisan tertinggi hingga terendah adalah fruktosa,
sukrosa, glukosa
, dan laktosa.
Tingkat kemanisan beberapa gula terhadap sukrosa dengan konsentrasi larutan 10% :
Gula
|
Tingkat kemanisan
|
Gula
|
Tingkat kemanisan
|
Sukrosa
|
100
|
Maltosa
|
46
|
Laktosa
|
39
|
D-Mannosa
|
59
|
D-Fruktosa
|
114
|
Gula invert
|
95
|
D-Galaktosa
|
63
|
D-Glukosa
|
69
|
Jika
diurutkan berdasarkan literatur di atas, gula yang memiliki tingkat termanis sesuai dengan hasil pengamatan
yang dilakukan terhadap larutan gula 10%.
Hasil tersebut
dapat sesuai dengan hasil literatur karena fanelis melakukan pengujian
dilakukan dengan beberapa orang, sehingga dapat disimpulkan rata-rata dari
tingkat kemanisan yang didapat.
Sukrosa dijadikan sebagai standar pembanding karena
sukrosa merupakan gula pasir yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
jadi penilaian indera rasa manis dapat deilakukan dengan lebih akurat.
Identifikasi
Pati Secara mikroskopik
Pati merupakan homopolimer glukosa
dengan ikatan α-glikosidik. Pati disusun oleh unit D-glukopiranosa. Pati terdir
dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Frksi terlarut disebut
amilosa dan fraksi yang tidak terlarut disebut amilopektin. Amilosa memiliki
struktrur lurus yang dominan dengan ikatan α-(1,4)-D-glukosa, sedangkan
amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,6)-D-glukosa (Winarno 2008).
Sifat-sifat fisik dan kimia pati berbeda-beda, bergantung pada bahan dasarnya.
Perbedaan tersebut menentukan kesesuaian penggunaannya untuk bahan olahan
pangan dan nonpangan (Widodo et al. 2005). Sifat pati dan parameter proses
saling berinteraksi dalam proses produksi dan hal tersebut menentukan komposisi
produk akhir yang selanjutnya akan menentukan kespesifikan arah dan nilai pemanfaatannya
(La Ega 2002). Sifat fungsional pati yang penting adalahkemampuan
mengentalkan dan membentuk gel. Sifat pengental pati ditunjukkan dengan
kemampuan pati mencapai viskositas tinggi, yang mampu dibentuk oleh pati selama
pemanasan (Swinkels 1985 dalam Honestin 2007).
Pemberian
air pada pati memicu terjadinya gelatinisasi, yang kemudian akan mengganggu
kristalinitas amilosa dan mengganggu struktur heliksnya. Gelatinisasi pati
terjadi dengan perusakan ikatan hidrogen intramolekuler, yang berfungsi untuk
mempertahankan integritas granula. Cready dalam Honestin (2007) menjelaskan
mekanisme gelatinisasi pati terdiri atas tiga tahap. Tahap pertama, air
berpenetrasi secara bolak-baik kedalam granula. Kedua, granula akan mengembang
dengan cepat dan akhirnya kehilangan sifat birefrigence-nya. Pada tahap ketiga,
jika temperatur terus naik maka molekul-molekul pati akan terdifusi dari
granula.
Gelatinisasi Pati
Pati tidak larut dalam air dingin
karena granula pati lebih kompak pada bagian permukaannya. Bila suatu suspensi
pati dipanaskan maka air mendifusi masuk ke dalam granula sehingga terjadi
pembengkakkan granula. Hal ini umumnya mulai terjadi pada suhu 600C
dan pada suhu 850C sol tersebut sudah sangat mengental karena
granula pati membengkak 5 kali lipat. Suhu gelatinisasi setiap jenis pai
berbeda-beda. Bia sol tersebut terus dipanaskan maka sebagian dari granula
pecah dan pati yang keluar dengan ait membentuk suatu gel, yang sudah
didinginkan akan menjedal.
Sampel yang digunakan untuk proses
gelatinisasi adalah tepung tapioca, maizena, dan tepung beras yang dilarutkan
dalam 100 mL air dengan konsentrasi 5%, dan 10%, Ketiga larutan tepung dengan
konsentrasi yang berbeda-beda dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi
pada mikroskop.
Pada
larutan dengan konsentrasi 5% proses gelatinisasi terjadi ketika suhu
mencapai 64°C untuk tapioka, pada suhu 85°C untuk maizena dan pada suhu
mencapai 68°C untuk tepung beras. Hal ini ditandai dengan terjadinya pemisahan
antara gel bagian bawah berwarna bening dan atasnya putih keruh.
Sedangkan
pada larutan dengan konsentrasi 10%, gelatinisasi mulai terjadi pada
suhu 61°C tapioca, suhu mencapai 85°C
untuk maizena, dan suhu mencapai 68°C
untuk tepung beras, dimana larutan dapat berubah semua menjadi gel.
Dalam teori disebutkan bahwa pada tapioka
proses gelatinisasi terjadi pada suhu 52°-64° C dan suhu gelatinisasi
tergantung pada konsentrasi pati. Makin kental larutan atau makin besar
konsentrasinya, suhu gelatinisasi makin lambat tercapai, sampai suhu tertentu
kekentalan tidak berubah, bahkan kadang-kadang turun. Hal ini berbeda dengan
percobaan, dapat dikarenakan karena tidak tepat dalam membuat konsentrasi
larutan, terlalu lama dalam mencari objek di mikroskop sehingga suhu larutan
berubah sehingga pengamatan terhadap proses gelatinisasi dapat berbeda.
KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan mengenai Karbohidrat
ini, dapat disimpulkan :
1.
Berdasarkan
tingkat kemanisan relatif, jenis sakarida yang diurutkan dari tingkat termanis
adalah fruktosa, sukrosa, glukosa, dan laktosa.
2.
Bentuk
granula-granula setiap jenis pati berbeda-beda. Pati
kentang memiliki granula-granula lebih besar dibanding sampel lain.
3. Makin kental larutan atau makin
besar konsentrasinya, suhu gelatinisasi makin lambat tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2009. http://www.rismaka.net/2009/06/karbohidrat-pada-uji-kualitatif.html
(diakses tanggal 20
Mei 2011)
Anonimb. 2007. http://nugrohob.wordpress.com/2007/12/03/karbohidrat-dalam-industri-pangan/
(diakses tanggal 20 Mei 2011)
Anonimc. 2010. http://foodstory2.blogspot.com/2010/06/pati-dan-karakteristik-pati-ubi-jalar.html
(diakses tanggal 20 Mei
2011)
Anonimd.
2009. http://ilmupangan.blogspot.com/2009/09/perubahan-granula-pati-selama_5717.html
(diakses
tanggal 25
Mei 2011)
Muhammadafizzullah. 2010. http://afiznew.blogspot.com/2010/05/perencanaan-pabrik-kimia.html
(diakses tanggal 24
Mei 2011)
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
1.
Jenis gula mana yang paling manis dan yang paling
tidak manis?
Jawab:
§ Jenis gula yang paling manis : Fruktosa
§ Jenis gula yang paling tidak manis : Laktosa
2.
Menurut anda mengapa
fruktosa sering dipakai sebagai pemanis untuk mereka yang ingin menurunkan
berat badan?
Jawab: Karena fruktosa
mempunyai rasa yang manis serta mudah dan cepat diserap oleh usus kecil
manusia.
3. Menurut
anda apakah fungsi dari larutan iodium ?’
Jawab:
Iodium
digunakan sebagai penganalisa adanya pati atau tidak pada sampel.
4. Dengan
polisakarida manakah larutan iodium bereaksi ?
Jawab: Iodium
dapat bereaksi dengan larutan polisakarida amilosa
5. Garanula
pati manakah berukuran terbesar ? terkecil ?
Jawab:
Terbesar : kentang dan Terkecil : jagung
6. Apa
sebabnya pati dapat dipakai sebagai bahan pengental makanan?
Jawab:
Karena
apabila pati dipanaskan maka air akan mendifusi masuk ke dalam granula sehingga
terjadipembengkakan granula. Dan biasanya pada suhu 600 C dan pada
suhu 800 C sol tersebut sudah sangat mengental
7.
Jelaskan proses yang
terjadi pada pembuatan ongol – ongol?
Jawab:
Proses yang terjadi pada pembuatan ongol – ongol adalah proses
gelatinisasi pati. Dimana pada saat tepung tapioka bersama gula jawa direbus
dengan air lama kelamaan akan mengental. Ini dikarenakan air terperangkap ke
dalam granula pati pada tepung tapioka. Dan granula pati pada tepung tapioka
mengalami pembengkakan.
8.
Mengapa digunakan larutan magnesium sulfat
untuk mendispersikan pati?
Jawab:
Digunakan larutan magnesium sulfat karena larutan ini bersifat asam
sehingga tidak akan diserap oleh granula pati, dan granula pati tidak akan
mengalami pembengkakan. Dan larutan tidak akan mengental, dan kita dapat dengan
mudah memisahkan antara amilosa dan amilopektin.
9.
Apa perbedaan antara amilosa dan amilopektin?
Jawab:
Perbedaan antara amilosa dan amilopektin adalah amilosa merupakan rantai
lurus dari polisakarida yang mempunyai ikatan a-(1,4)-D-glukosa dan mempunyai polimer yang
lebih besar dari dua puluh sehingga apabila direaksikan dengan iodium akan
menghasilkan warna biru. amilosa adalah fraksi dari pati yang larut. Sedangkan
amilopektin adalah polisakarida yang mempunyai rantai cabang dan pada titik
tertentu terdapat ikatan a-(1,6)-D-glukosa.
amilopektin mempunyai polimer yang kurang dari dua
puluh sehingga
apabila direaksikan dengan iodium akan menghasilkan warna merah. Amilopektin
adalah fraksi yang tidak larut.
0 komentar:
Post a Comment