PEMBAHASAN
Menurut
Winarno, 1992, Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan
makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan aw,
yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Hubungan antara aw dengan kandungan air per
gram suatu bahan makanan dapat digambarkan dalam sebuah grafik isoterm sorpsi
air.
Pada percobaan Air dalam Sistem Pangan ini
digunakan sampel biskuit merk “Biskuat Rasa Coklat” yang akan ditentukan
kandungan airnya dengan cara penentuan kadar
air basis kering. Biskuit merupakan produk makanan yang dibuat dari bahan dasar terigu
yang dipanggang hingga kadar air kurang dari 5 persen. (ebookpangan.com)
Salah satu
kandungan dari biskuit yaitu air yang ditambahkan dengan tidak melebihi batas
maksimum 5%. Air merupakan komponen penting dalam bahan makanan karena air
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Perubahan makanan
terjadi dalam media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan tersebut.
Dispersi pangan yaitu sistem pangan yang terdiri dari satu atau lebih fase terdispersi
atau kontinyu dalam suatu fase pendispersi. (sumber : unknown/various
source)
Pada bahan pangan termasuk
biskuit, isoterm sorpsi air dapat menggambarkan kandungan air yang dimiliki
bahan tersebut sebagai keadaan kelembaban relatif ruang penyimpanan. Isoterm
sorpsi dapat diperoleh dengan dua cara, salah satunya yaitu dengan prosedur
yang dilakukan pada percobaan ini. Sampel bahan pangan yaitu biskuit merk “Biskuat
Rasa Coklat” sebanyak ± 1 gram didalam sebuah cawan petri konstan dan diketahui
beratnya. Untuk mendapatkan berat cawan petri yang konstan, cawan petri bersih
serta dilakukan pembilasan dengan alkohol 70% lalu ditiriskan. Pembilasan cawan petri dengan alkohol
bertujuan agar air sisa pencucian dapat teruapkan dengan cepat (untuk
mempermudah pengeringan). Cawan petri
kemudian disimpan di dalam oven selama 30 menit, untuk menghilangkan air yang terdapat
dalam cawan petri.
Setelah cawan petri dipijarkan maka perlakuan
selanjutnya adalah didinginkan di dalam desikator selama 15 menit. Hal tersebut
berfungsi untuk mendinginkan cawan agar tidak kontak dengan udara luar yang
akan mengakibatkan bertambahnya berat cawan dengan menempelnya uap air dari
luar apabila tidak disimpan di dalam desikator. Desikator berfungsi untuk
mnyerap uap air yang masih terdapat pada cawan porselen. Sebaiknya desiktor
yang digunakan pun harus terbuat dari bahan kaca bukan plastik, karena apabila
terbuat dari bahan plastik dikhawatirkan desikator tersebut tidak bisa menahan
panas dari cawan yang bersuhu sangat tinggi.
Desikator yang baik adalah desikator yang
masih dapat berfungsi menyerap uap air. Desikator yang masih menyerap uap air
ditandai dengan silika gel yang masih berwarna biru terang yang terdapat
dibagian bawah desikator yang dihalangi oleh sarangan. Apabila silika gel sudah
berwarna pudar, itu berarti penyerapan uap air sudah kurang optimal. Maka
sebaiknya sebelum silika gel digunakan, terlebih dahulu harus dipanaskan dalam
oven agar silika berwarna biru kembali. Cara membuka desikatorpun tidak
sembarangan, yaitu dengan cara menggeser tutup kesamping dengan hati-hati,
bukan dengan membuka tutup desikator ke atas. Karena akan mengakibatkan tutup
desikator tidak akan melekat dengan baik pada desikator. Maka penggunaan
vaselin sangat dianjurkan.
Cawan porselen yang telah dipijarkan sebaiknya
jangan langsung dimasukan ke dalam desikator, sebaiknya tunggu selama ± 5 menit
di udara (didinginkan di udara). Hal tersebut bertujuan untuk menjaga agar
desikator tetap berfungsi dengan baik. Karena apabila kita memasukan cawan
porselen dalam keadaan panas tanpa mendinginkan terlebih dahulu di udara,
dikhawatirkan tutup desikator akan tergeser (bumping) hingga terjatuh, karena
tekanan yang berada dalam desikator lebih besar (pengaruh panas dari cawan
porselen).
Berat cawan porselen yang didapat harus berat
yang konstan, yang dilakukan dengan beberapa kali proses penimbangan. Konstan
berarti selisih antara penimbangan yang satu dengan penimbangan berikutnya
hanya terpaut sedikit dengan toleransi sebanyak 5%. Cawan yang digunakan
apabila tidak konstan akan mengakibatkan kesalahan perhitungan berat, sehingga
kadar yang didapat akan tidak tepat.
Cawan petri yang sudah siap digunakan baru
dapat dipakai untuk menimbang sampel biskuit seberat ± 1 gram, dengan toleransi sebesar 5%.
Perhatikan neraca sebelum digunakan. Waterpass pada neraca harus pada posisi
ditengah. Hal tersebut dilakukan agar neraca tersebut menunjukan berat yang
akurat. Posisi cawan ketika hendak menimbang harus masih berada di dalam
desikator. Agar tidak ada interaksi dengan uap udara yang akan meyebabkan
penambahan berat. Setelah dilakukan penimbangan, cawan petri yang berisi sampel
harus dengan segera diletakkan pada beberapa ruangan
yang tetap RH-nya (Relative Humandity) atau kelemban nisbinya, yaitu dalam
sebuah desikator yang mengandung larutan garam jenuh seperti NaCl, KCl, KNO3,
CH3COONa, atau MgCl2 dengan nilai kelembaban yang
berbeda-beda tergantung dari garam yang digunakan, kemudian ditutup dengan vakum.
Larutan garam jenuh biasanya digunakan untuk keseimbangan larutan. Larutan
garam jenuh mempunyai keuntungan dalam mempertahankan suatu kelembaban yang
konstan selama jumlah garam yang ada di atas tingkat kejenuhannya. (sumber :
unknown/various source).
Sampel biskuit
dalam cawan petri disimpan didalam desikator yang tertutup dan disimpan pada
suhu kamar. Penimbangan sampel dilakukan selama 7 hari sampai diperoleh berat
konstan. Setelah kesetimbangan tercapai, kemudian kadar air bahan dapat
dihitung dengan cara kadar air basis kering
yaitu : air yang diuapkan dibagi berat bahan setelah pengeringan. Jumlah air
yang diuapkan adalah berat bahan sebelum pengeringan dikurangi berat bahan
setelah pengeringan.
Kadar air yang didapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Data dari berbagai kelompok praktikum, pada hari ke tujuh
setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil yang sama. Yaitu Kandungan air
dalam “Biskuat Rasa Coklat” adalah sebesar 0 %.
Kandungan
air pada sampel biskuit tidak terjadi penguran ataupun penambahan pada hari ke
tujuh, banyak faktor yang menyebabkannya, antara lain :
·
Cawan yang digunakan belum konstan (pemijaran dan
penimbangan dilakukan sampai konstan minimal 3 kali perlakuan). Sehingga
memungkinkan mempengaruhi dalam perhitungan kadar air pada sampel tersebut.
·
Praktikan kurang dapat mengatur jadwal, sehingga waktu
pendinginan cawan ke proses penimbangan ada jeda, jarak antara ruang
penimbangan dengan laboratorium agak jauh. Maka proses pendinginan yang terlalu
lam bisa mengakibatkan cawan tersebut sudah terkontaminasi dengan kondisi
lingkungan.
·
Desikator (berisi larutan garam jenuh) yang digunakan
adalah desikator buatan yang terbuat dari plastik dengan tutup yang kurang
vakum walaupun sudah direkat. Maka kelambaban dari masing-masing larutan tidak
terukur, sehingga mengakibatkan terjadinya evaporasi yang mengakibatkan
terbentuknya air kondens yang dapat menambah berat pada sampel biskuit.
·
Air kondens yang menempel pada biskuit serta kelembaban
ruangan desikator yang tidak sesuai menyebabkan terbentuknya jamur pada sampel
biskuit tersebut. Sehingga terjadi penambahan berat yang tidak sesuai.
KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan penentuan Air
dalam Sistem Pangan, dapat disimpulkan
bahwa kadar air yang terkandung dalam biskuit “Biskuat Rasa Coklat” yang
disimpan dalam desikator dengan larutan garam yang berbeda-beda, kadar air pada
hari ke tujuh adalah 0% yaitu konstan (tidak tejadi penambahan
ataupun pengurangan kadar air pada sampel biskuit).
DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David. 2000. Modern Analytical
Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
http://yefrichan.wordpress.com/2010/08/04/kadar-air-basis-basah-dan-kadar-air-basis-kering/ (diakses 25 mei 2011)
Staf Laboratorium Kimia Analitik. 2010. Petunjuk
Praktikum Analisis Kimia (Kualitatif & Kuantitatif). Laboratorium Kimia
Analitik Jurusan Kimia fakultas MIPA UNPAD. Bandung.
Sudjana, Moch. 1972. Kimia Analitik.
Koprasi Warga Sekolah Analis Kimia. Bandung.
0 komentar:
Post a Comment