BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Warna
dan Aroma Berbagai Minyak dan Lemak
Minyak
|
Warna
|
Aroma
|
Kelapa
|
+
|
+
|
Kelapa sawit
|
++++++
|
++
|
Jagung
|
++++
|
++++
|
Kedelai
|
+++
|
++++++
|
Kanola
|
++
|
++++
|
Zaitun
|
+++
|
Buah zaitun
|
Margarin
|
+
|
+
|
Mentega
|
++
|
++
|
Lard
|
++++
|
++++
|
Tallow
|
+
|
+
|
Mutu minyak
atau lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain proses pengolahan, penyimpanan, penanganan dan
penggunaan lemak. Perubahan ini dipengaruhi oleh susunan
kimia dari lemak, struktur dan komposisi serta sifat- sifat
lemak dan minyak. Warna minyak atau lemak ditimbulkan
oleh adanya pigmen komponen tertentu. Warna oranye atau
kuning ditimbulkan oleh pigmen karoten yang larut, sedangkan
warna hijau disebabkan karena adanya pigmen klorofil. Warna gelap pada minyak atau lemak biasanya menandakan kerusakan karena oksidasi,
aktifitas enzim atau sebab-sebab lain. Selain
warna, sifat fisik minyak atau lemak terutama ditentukan oleh jenis asam lemak yang terdapat pada minyak atau lemak tersebut. Seperti
diketahui minyak atau lemak sebagian besar tersusun dari
asam-asam lemak dan gliserol disamping komponen-komponen
lain. Kerusakan pada lemak dan minyak ada dua tipe utama
yaitu ketengikan dan hidrolisis. Ketengikan terjadi bila
komponen cita rasa dan bau yang mudah menguap terbentuk
sebagai akibat kerusakan oksidatif dari lemak dan minyak yang
tak jenuh. Komponen-komponen ini menyebabkan bau dan cita rasa yang tak diinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-produk yang
mengandung lemak dan minyak itu. Minyak ini mempunyai bau
yang khas seperti bau minyak goreng pada umumnya. Bau dan flavor
dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat
adanya asam-asam lemak berantai pendek akibat kerusakan
minyak. Sedangkan bau khas dari minyak disebakan karena
adanya persenyawaan beta ionon. Titik cair minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang
berbeda-beda.
(http://www.scribd.com/doc/37612505/Buah-Sayur-Minyak-Dan-Lemak-Fira)
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel, dapat
diketahui bahwa Kelapa sawit memliki warna lebih pekat dari
semua jenis minyak yang dipraktikumkan berurut dengan jagung, lard lalu kedelai,zaitun
lalu kanola,mentegadan kelapa, margarin, tallow
2. Kelarutan
Kelarutan
|
Air
|
Alkohol
|
Heksan
|
Kloroform
|
Benzen
|
|||||
1'
|
10'
|
1'
|
10'
|
1'
|
10'
|
1'
|
10'
|
1'
|
10'
|
|
Kedelai
|
-
|
-
|
- *
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ +
|
++
|
Kelapa sawit
|
-
|
-
|
+*
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Zaitun
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Jagung
|
-
|
-
|
+
|
-+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kanola
|
-
|
-
|
+
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Kelapa
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
Keterangan
.. * :
ada endapan
.. + :
ada gelembung
+ : larut
-
: tidak larut
Lemak
merupakan senyawa organic non-polar
yang terdapat pada jaringan tanaman dan hewan. Kerena sifat lemak yang non-polar maka lemak mempunyai sifat larut dalam
pelarut organik (non-polar), seperti eter, heksan, bensin, dan klorofom,
tidak larut dalam pelarut polar, dan hanya sebagian kecil larut dalam air. Derajat kelarutan lemak/minyak dapat
dilihat atau ditentukan dengan pengamatan secara langsung pada bahan pelarut
yang dipakai. Alkohol menghilangkan
lapisan lemak.
Dari hasil pengamatan di atas, kedelai,
sawit, zaitun, jagung, kanola kurang larut dalam alkohol pada menit 10. Tetapi
pada awal-awal pencampuran minyak dan alkohol terjadi kelarutan. Sehingga dapat
diketahui bahwa lemak hanya larut sementara pada alkohol. Sedangkan pada
pelarut heksan, benzen dan kloroform, lemak menunjukkan kelarutan seluruhnya.
3.
Emulsifikasi
Bahan
|
Kocok 5’
|
Diamkan
|
Kuning telur
|
Gelatin
|
Pektin
|
Kedelai
|
Banyak gelembung
|
Berkurang
|
+++
|
+
|
++
|
Kanola
|
Ada gelembung
|
Kembali keatas
|
++++
|
++
|
+
|
Jagung
|
Air menjadi putih
|
Tidak berubah
|
+++
|
++
|
++
|
Zaitun
|
Warna menjadi putih
|
Terdapat gelembung
|
+++
|
-
|
-
|
Kelapa sawit
|
Ada gelembung
|
Gelembung berkurang
|
+++
|
++
|
+
|
Kelapa
|
Ada endapan bening
|
Bulir-bulir menghilang, puti keruh
|
+++
|
++
|
+
|
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi
suatu cairan dalam cairan lain, yang molekul kedua cairan tersebut tidak dapat
berbaur tetapi saling antagonistik. Jenis-jenis emulsi yang terkenal antara
lain, mayonnaise, french, dressing,
chesse cream, kuning telur serta susu. Pada praktikum ini emulsi yang
digunakan adalah kuning telur, gelatin, dan pektin. Jika minyak dikocok
kuat dengan air akan terjadi emulsi yang tidak mantap, butir-butir minyak kecil akan memisah
dari air karena mempunyai berat
jenis yang berbeda. Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai emulsifier
adalah kuning telur, telur utuh, gelatin, pektin, pasta kanji, kasein, albumen,
dan berbagai tepung yang sangat halus seperti misalnya tepung papsika atau
mustard. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang
dapat terikat baik pada minyak dan air. Bila emulsifier tersebut terikat pada
air atau lebih larut dalam air (polar) maka dapat lebih membantu terjadinya
dispersi minyak dalam air sehingga terjadilah emulsi minyak dalam air. Sebagai
contoh adalah susu. Sebaliknya bila emulsifier lebih larut dalam minyak
(nonpolar) terjadilah emulsi air dalam minyak sebagai contoh mentega atau
margarin. Gelatin dan albumen adalah protein yang bersifat sebagai emulsifier
dengan kekuatan biasa dan kuning telur merupakan emulsifier yang kuat. Paling
sedikit sepertiga kuning telur terdiri dari lemak, tetapi yang menyebabkan daya
emulsifier yang kuat adalah kandungan lesitin yang terdapat dalam bentuk kompleks
sebagai lesitin-protein. ( Winarno, F.G,
1991)
4.
Creaming
Effect
Margarin : Gula
|
Warna
|
Aroma
|
1 : 1
|
Putih pucat, halus
|
++++
|
2 : 1
|
Abu-abu
|
+++
|
3 : 1
|
Kuning muda halus, paling bagus
|
+++++
|
1 : 2
|
Coklat muda
|
+++
|
2 : 3
|
Putih keabuan
|
+++
|
1 : 3
|
Abu-abu, kasar
|
++++
|
Creaming effect adalah kemampuan lemak untuk
memerangkap udara pada saat dikocok dengan gula. Perbandingan gula:lemak
memiliki efek creaming yang lebih baik karena semakin banyak gula maka akan
menghasilkan daya gabung udara dengan lemak yang maksimal.(Mira, Miranti. Saripah, Hudaya. Tensiska, 2009).
Shortening effect
Tekstur kue
|
Renyah
|
Aroma
|
Khas kue (gurih)
|
Shortening effect adalah kemampuan lemak untuk melumas dan
mengempukkan biskuit atau pastry. Efek shortening akan memisahkan
lapisan-lapisan pada adonan.
5.
Tabel
Polymorpysm
Perlakuan
|
Keterangan
|
Sebelum dipanaskan
|
keras
|
Setelah dipanaskan
|
Meleleh dan lembut
|
Setelah pembekuan kembali
|
Terbentuk Kristal putih pada coklat
|
Polymorphism adalah suatu keadaan dimana terdapat
lebih dari satu bentuk kristal. Setiap lemak memilik bentuk kristal yang
berbeda-beda dan mempengaruhi titik lebur dan plastisitas lemak. (Mira, Miranti. Saripah, Hudaya. Tensiska, 2009).
Setelah melewati tahap
pemanasan, coklat yang didinginkan menunjukkan terbentuknya kristal putih pada
coklat. Bentuk kristal pada setiap lemak berbeda-beda dan mempengaruhi titik
lebur dan plastisitas lemak.
Pada
umumnya pendinginan lemak cair secara cepat akan
menghasilkan kristal yang terdiri dari campuran trigliserida. Kristal semacam itu mencair pada suhu lebih rendah dari pada kristal lemak
yang lebih homogen. Kedua, oleh karena bentuk polimorfik
yang berbeda-beda. Trigliserida murni dapat mempunyai
beberapa bentuk kristal yaitu menunjukkan polimorfisme.
Masing-masing bentuk ditandai dengan titik cair, berat
jenis, panas laten, dan stabilitasnya masing-masing dan juga bentuk- bentuk lain. (http://www.scribd.com/doc/37612505/Buah-Sayur-Minyak-Dan-Lemak-Fira).
6.
Penyerapan
air dalam bahan pangan (tainting)
Sampel : biscuit
Pelakuan : 1. Biscuit yang tidak dibungkus dengan
apapun.
2. Biskuit dibungkus dengan clingurap
3. Biskuit
dibungkus dengan kertas roti
4. Biskuit
dibungus dengan alumunium foil.
5. biscuit yang masih dalam kemasan dan
tertutup dengan rapi.
No
|
Perlakuan biscuit
|
Tekstur dan aroma ……. Desikator
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
||
1
|
Tanpa
kemasan apapun
|
Renyah,
aroma
biskuit
|
Aroma
sabun dan sangat
lunak.
|
2
|
Dibungkus dengan
clingurap
|
Renyah, aroma
biskuit
|
Aroma sabun dan lunak
|
3
|
Dibungkus
dengan
kertas roti
|
Renyah,
aroma
biskuit
|
Aroma
sabun dan lunak
|
4
|
Dibungkus dengan
alumunium foil
|
Renyah, aroma
biskuit
|
Tidak berbau dan masih
sedikit renyah
|
5
|
Tidak
dibuka dari
kemasan
|
Renyah,
aroma
biskuit
|
Bau dan
tekstur tidak
berubah, sama spt yang
awal.
|
Dari tabel pengamatan dapat diketahui bahwa lemak
bila mengalami oksidasi dengan udara akan mengakibatkan bahan pangan tersebut
berubah secara tekstur dan aroma. Pada biskuit yang dibungkus dengan Aluminium
Foil, hanya mengalami sedikit perubahan, ini berarti biskuit tersebut sangat
sedikit mengalami kontak dengan udara. Demikian dengan biskuit yang tidak
dibuka dari kemasan, biskuit tersebut tidak berubah sama sekali baik dalah hal
tekstur maupun bau.
7. Penentuan Bilangan Peroksida ( uji
Ketengikan ) dan Bilangan Asam
Kel.
|
BIL. PEROKSIDA
|
BILANGAN ASAM
|
|||
Minyak
|
Nilai
|
Minyak
|
Bil. asam
|
Kadar asam
|
|
19
|
Blanko
|
-
|
Bekas
|
6,90
|
3,23
|
20
|
Baru
|
1207,5
|
Baru
|
0,2243
|
0,1052
|
21
|
Baru
|
1136
|
Baru
|
0,19635
|
0,09205
|
22
|
Baru
|
638
|
Blanko
|
-
|
-
|
23
|
Bekas
|
3191
|
Baru
|
0,168
|
0,079
|
24
|
Bekas
|
2530
|
Baru
|
0,14
|
0,066
|
Bilangan
peroksida adalah indeks jumlah lemak atau minyak yang telah mengalamioksidasi.(http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=10968&task=view). Biasanya didasarkan pada pengukuran
sejumlah iod yang dibebaskan dari potasium oidida melalui reaksi oksidasi oleh
peroksida dalam lemak/minyak pada suhu ruang di dalam medium asam
asetat/kloroform. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa bilangan peroksida
dari minyak yang beru lebih besar dari minyak bekas. Bilangan ini sangat
penting dalam menentukan kualitas minyak berdasarkan banyaknya ikatan rangkap
dalam asam lemaknya. Semakin besar bilangan iod, maka semakin banyak ikatan
rangkap yang ada dalam asam lemak suatu minyak. Sedangkan semakin banyak ikatan rangkap dalam
suatu minyak,maka minyak tersebut akan semakin mudah rusak, karena sifatnya
yang mudah teroksidasi oksigen dalam udara, senyawa kimia atau proses pemanasan.(Winarno,
F.G,1991)
Tingkat keberhasilan proses
hidrolisa baru dapat ditentukan jika bilangan asam dari asam lemak yang
dihasilkan telah ditentukan. Bilangan asam (AV = Acid Value) asam lemak hasil
hidrolisa minyak sawit berada pada kisaran 200-206 mgKOH/g. Kedua parameter
diatas sangat tergantung pada bilangan penyabunan serta bilangan asam bahan
baku minyak. Minyak baru pada umumnya memiliki bilangan asam lebih rendah dari
minyak bekas. Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam
lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak.
Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak.
Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak
akibat reaksi hidrolisis akibat reaksi kimia, pemanasan, proses fisika atau
reaksi enzimatis. Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak minyak yang
telah terhidrolisis.( http://www.resepmasakan.us/tag/disentri)
8. Titik Asap, Titik Nyala,
Titik Bakar
Kel
|
Jenis Minyak
|
Titik Asap
|
Titik Nyala
|
Titik Api
|
19
|
Baru
|
200
|
>320
|
>320
|
20
|
Bekas
|
198
|
>320
|
>320
|
21
|
Baru
|
156
|
>250
|
>250
|
22
|
Bekas
|
198
|
>320
|
>320
|
23
|
bekas
|
192
|
>320
|
>320
|
24
|
Bekas
|
200
|
>320
|
>320
|
Titik asap merupakan pemanasan sampai
minyak mulai mengeluarkan asap, titik nyala adalah ketika minyak mulai menguap
dan titik api ketika minyak sudah menunjukkan asap yang mengepul. Dari hasil
pengamatan yang didapat, dapat disimpulkan bahwa suhu titik asap lebih rendah
dari titik nyala dan lebih rendah dari titik api. Demikian juga minyak bekas
memiliki titik asap lebih tinggi dari minyak baru karena minyak bekas memiliki
bilangan asam lebih tinggi dari minyak baru.
KESIMPULAN
1.
Setiap
minyak mempunyai tingkat kepekatan warna yang berbeda-beda tergantung dari
banyak pigmen warna pada minyak/lemak.
2.
Kelapa
sawit memiliki tigkat kepekatan paling tinggi dibanding minyak yang lainny
sedangkan minyak kelapa, margarin, dan tallow memiliki tingkat kepekatan warna
paling rendah.
3.
Minyak/lemak
tidak larut dalam air tetapi larut sementara dalam alkohol sedangkan pada
kloroform, benzen, dan heksan bersifat larut penuh.
4.
Pada
creaming efect, perbandingan gula:lemak 3:2 akan menghasilkan daya gabung udara
dengan lemak yang maksimal.
5.
Pada
shortening efect, pengolesan margarin pada lapisan adonan dapat memisahkan
adonan ketika adonan dipanggang.
6.
Minyak
baru memiliki bilangan peroksida lebih tinggi dari minyak bekas tetapi memliki
bilangan asam lebih rendah dari minyak bekas.
7.
Minyak
bekas memiliki titik asap, titik nyala dan titik api lebih tiggi dari minyak
baru.
8.
Titik
asam memiliki suhu lebih rendah dibanding titik nyala demikian juga dibanding
titik api.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Minyak dari
Biji Mengkudu. http://www.resepmasakan.us/tag/disentri
(diakses tanggal 15 November 2010)
Usman,
Murifah. 2009. Minyak dan lemak Serta Buah-Buahan dan Sayuran. http://www.scribd.com/doc/37612505/Buah-Sayur-Minyak-Dan-Lemak-Fira
(diakses tanggal 15 November 2010)
Wibowo,
Panji. 2009. Penentuan Bilangan Peroksida
Asam Miristat (C1499) Dari Unit Fraksinasi Di PT. Soci
Medan.
http://library.usu.ac.id/index.php?option=com_journal_review&id=10968&task=view(diakses tanggal
15 November 2010).
Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN JAWABAN DAN PERTANYAAN
1.
Jelaskan
peranan lipida dalam makanan!
Jawab :
secara umum peranan lipida pada makanan adalah untuk memperbaiki cita rasa
sehingga makanan terasa gurih ketika dimakan.
2.
Apakah
perbedaan minyak dengan lemak?
Jawab : minyak
jika disimpan pada suhu ruang berada pada wujud cair sedangkan lemak pada wujud
padat.
0 komentar:
Post a Comment