Produk pangan dewasa ini semakin
baragam bentuknya, baik itu dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara
pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan,
penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari.
akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan
yang akan dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan hal yang
sedang banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber
makanan dan kandungan yang ada di dalam makanannya. aban manusia dari waktu ke
waktu. Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan
teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu
bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di
masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan
pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah
satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan
makanan.
Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MENKES/ PER/X/1999 yang merupakan
perubahan dari Peraturan Menteri Kesehatan No.722/MENKES/IX/1988 tentang bahan
tambahan makanan, telah mengatur jenis bahan tambahan makanan yang diijinkan
dan yang dilarang penggunaannya. Pada lampiran dua Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1168/MENKES/PER/X/1999 menyebutkan bahwa bahan tambahan yang
dilarang digunakan dalam makanan adalah: asam borat dan senyawaan-nya, asam
salisilat dan garamnya, dietilpirokarbonat, dulsin, kalium klorat,
kloramfenikol, minyak nabati yang dibrominasi, nitrofurazon, formalin, kalium bromat (Anonim, 1999).
Formalin dijadikan salah satu zat untuk mengawetkan
makanan, sehingga makanan akan lebih lama bertahan dibanding desinfektan lain
sehingga lebih dipilih untuk mengawetkan mayat. Zat yang sebetulnya banyak
memiliki nama lain berdasarkan senyawa campurannya ini memiliki senyawa CH2OH
yang reaktif dan mudah mengikat air. Bila zat ini sudah bercampur dengan air
barulah dia disebut formalin.
Tujuan
penambahan formalin pada makanan adalah sebagai pengawet sekaligus sebagai
pengenyal pada mi basah dan bakso. Penyalahgunaan formalin pada makanan ini
selain disebabkan harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, juga
disebabkan karena minimnya pengetahuan produsen tentang bahaya penggunaan
formalin pada makanan.
Salah
satu makanan yang sering ditambahi formalin oleh produsen adalah tahu. Bahan
pangan ini cukup populer di masyarakat Indonesia. Kepopuleran tahu tidak hanya
terbatas karena rasanya enak, tetapi juga mudah untuk membuatnya dan dapat
diolah menjadi berbagai bentuk masakan serta harganya murah. Selain itu tahu
merupakan salah satu makanan yang
menyehatkan karena kandungan proteinnya yang tinggi serta mutunya setara dengan
mutu protein hewani. Tahu mengandung zat gizi seperti lemak, vitamin dan
mineral dalam jumlah yang cukup tinggi. Tahu juga mempunyai kelemahan yaitu
kandungan airnya yang tinggi sehingga mudah rusak karena mudah ditumbuhi
mikroba. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri tahu yang ada di
Indonesia menambahkan bahan pengawet. Bahan pengawet yang ditambahkan tidak
terbatas pada pengawet yang diizinkan, tetapi banyak pengusaha yang dengan
sengaja menambahkan formalin (Depkes, 2009).
Formaldehid yang
lebih dikenal dengan nama formalin ini adalah salah satu zat tambahan makanan yang
dilarang. Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama produsen
bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya
bukannya menurun namun malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang
relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan.
Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan makanan, bahkan merupakan
zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang mengkonsumsi
bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan permen,
yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan akibatnya. Tapi efek
dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa beberapa tahun
kemudian.
Formalin dapat bereaksi
cepat dengan lapisan lendir saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di
dalamtubuh cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di hati dan sel
darah merah. Pemakaian pada makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia,
yaitu rasa sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan
syaraf atau kegagalan peredaran darah (Farida, 2010).
Pemeriksaan
formalin secara kualitatif dapat dilakukan dengan menambahkan asam kromatropat
dalam asam sulfat pekat dengan pemanasan beberapa menit akan terjadi warna
violet. Penentuan kadar formalin dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara
lain titrasi volumetri asam-basa (Ditjen POM, 1979) dan spektrofotometri sinar
tampak menggunakan pereaksi Nash (Herlich, 1990).
Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisa formalin dalam makanan dengan metode destilasi.
1.2 Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di angkat
permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah terdapat formalin pada beberapa produk pangan yang
akan diperiksa
2. Apakah
kadar formalin yang terdapat pada sampel masih dalam batas yang diperbolehkan
masuk kedalam tubuh
1.3 Tujuan
Kerja Praktek
Kerja
praktek ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umumnya adalah
sebagai berikut:
1. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dibangku kuliah kedalam
dunia industri atau dunia kerja.
2. Mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat digunakan dalam dunia kerja
3. Memperluas wawasan tentang Kimia Kesehatan Lingkungan.
Tujuan
Khusus dari kegiatan ini yaitu:
1. Mengidentifikasi formalin pada beberapa produk pangan
yang dikonsumsi oleh masyarakat
2. Mengetahui kandungan formalin yang terdapat pada
beberapa produk pangan
1.4 Manfaat
Kerja Praktek
Hasil
kerja praktek ini diharapkan bermanfaat bagi mahasiswa, universitas dan intansi
tempat kerja praktek.
Manfaatnya adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa dapat menerapkan konsep kimia
yang telah diperoleh dari perkuliahan pada tempat Kerja Praktek.
2.
Mahasiswa
mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia berupa latihan dalam
peningkatan.
3.
Mahasiswa
mampu meningkatkan keterampilan dan kedisiplinan dalam bekerja
4.
Mahasiswa
dapat memperoleh ilmu baru yang tidak dapat dari perguruan tinggi
5.
Dapat meningkatkan dan mengembangkan
mutu pendidikan di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
6.
Terjalin hubungan kerjasama antara
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati Bandung dengan Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
7.
Instansi
dapat
menjalin hubungan baik dengan lembaga pendidikan, khususnya dengan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
8.
Suatu bentuk kerjasama dengan
universitas untuk mengenalkan dunia kerja dan lapangan sebagai bekal keterampilan
bagi mahasiswa.
1.5 Waktu
Kegiatan Praktek
Kerja Lapangan ini di mulai pada tanggal 4 Juli sampai 15 Agustus 2011
1.6 Tempat
Kegiatan Praktek
Kerja Lapangan ini dilakukan di bidang Laboratorium kimia kesehatan lingkungan
Laboratorium bagian Kimia Makanan dan Minuman Balai Laboratorium Kesehatan
(BLK) Provinsi Jawa Barat.
1.7 Sistematika
Penyusunan
Penyusunan
laporan ini mengikuti sistematika penyusunan urutan penulisan sebagai berikut:
(1) Kata Pengantar, (2) Daftar Isi, (3) Isi laporan, (4) Daftar Pustaka, dan
(5) Lampiran. Bagian Daftar Isi terdiri atas: (a) Daftar Isi, (b) Daftar Tabel,
dan (c) Daftar Gambar.
Bagian Isi Laporan terdiri atas: (a) Bab I Pendahuluan, (b) Bab II Tinjauan Kelembagaan (c) Bab III Tinjauan
Pustaka, (d) Bab IV Metode Pemeriksaan,
(e) Bab V Hasil dan Pembahasan,
dan (f) Bab VI Kesimpulan
dan Saran. Bagian Daftar Pustaka terdiri atas: Daftar
Pustaka. Bagian Lampiran terdiri atas: (a) Gambar Peralatan yang digunakan,
(b) Struktur Organisasi BLK,
(c) Kegiatan BLK, (d) Capaian
Kinerja BLK, (e) Alur Pelayanan BLK, (f) Alur Pengaduan BLK, dan (g) Denah
Lokasi BLK.
BAB II
TINJAUAN KELEMBAGAAN
2.1 Profil
BLK
2.1.1
Sejarah BLK
Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat melaksanakan sebagian
tugas Dinas Kesehatan yaitu dalam bidang Laboratorium Kesehatan.
·
Masa
awal pendirian tahun 1970
Didirikan tahun 1970 sebagai Laboratorium Seksi Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular (P3M) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Fungsi: Melaksanakan kegiatan pemeriksaan laboratorium kesehatan
lingkungan (kimia air, makanan dan minuman) dan surveilans (Kolera, difteri,
TBC, telur cacing, slifilis dan mikrobiologi air) dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular.
·
Periode
1978
Tahun 1978 menjadi Balai Laboratorium Kesehatan berdasarkan SK Menkes
No. 142/Menkes/SK/IV/1978 berada dibawah direktur Laboratorium Dirjen Yankes.
Fungsi:
a.
Melaksanakan
pemeriksaan meliputi pemeriksaan mikrobiologi, kimia air, patologi klinik dan
imunologi.
b.
Melaksanakan
sistem rujukan (referal) Laboratorium Kesehatan
·
Periode
1986
Tahun 1986 dengan SK/Menkes No. 783/Menkes/SK/XI/1986 BLK menjadi UPT
pusat berada dibawah kepala pusat laboratorium kesehatan sekretariat jendral
departemen kesehatan RI dan menjadi institusi penghasil PNBP (Pendapatan Negara
bukan pajak).
·
Periode
1998
Tahun 1998 BLK berada dibawah Dirjen Yan.Med Depkes RI
·
Periode
2001-2009
Periode 2001 dengan SK Menkes RI No. 909/Menkes/SK/VIII 2001 BLK diserahkan
kepada Pemda Provinsi Jawa Barat melalui SK Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 5
tahun 2002 menjadi Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa
Barat dengan tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas kesehatan dibidang
pengembangan laboratorium kesehatan.
·
Periode
2009-sekarang
Tahun 2009 dengan SK Gubernur No. 113 tahun 2009 BPLK menjadi Balai
Laboratorium Kesehatan dengan tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas
kesehatan dibidang pengembangan laboratorium kesehatan.
2.1.2
Gambaran Umum
Sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan publik, orientasi Balai Laboratorium Kesehatan di arahkan
kepada kepuasan pelanggan, berusaha memberikan pelayanan semaksimal mungkin
bagi masyarakat. Balai Laboratorium Kesehatan diharapkan mampu menjadi
Laboratorium kesehatan terdepan yang mampu bersaing dalam pasar global dengan
melakukan perbaikan secara terus menerus dalam peningkatan kualitas
pelayanannya.
Dalam rangka mewujudkan
kepuasan yang optimal di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat perlu
disikapi dan ditindaklanjuti masalah-masalah yang dijumpai berkaitan dengan
kepuasan pelanggan berdasarkan beberapa pokok pemikiran, bahwa:
1.
Laboratorium
Kesehatan sebagai Social Aspect yaitu merupakan suatu institusi pelayanan
kesehatan umum yang berate bagi nilai-nilai kemanusiaan dan pusat rujukan yang
berskala regional dan local sehingga harus mampu mengakomodir beban yang tinggi
namun tetap berorientasi kemasyarakatan.
2.
Laboratorium
Kesehatan sebagai pusat rujukan dan diagnose bagi ilmu kedokteran dan pelayanan
medis sehingga teknologi kecanggihan peralatan maupun disiplin ilmu,
profesionalisme dituntut sebagai salah satu kemajuan IPTEK yang senantiasa
berkembang’
3.
Laboratorium
Kesehatan sebagai Economic Aspect merupakan lembaga yang harus mampu serta layak
secara ekonomi dan di arahkan pada kemampuan untuk di kelola secara swadaya.
2.1.3
Dasar Hukum
1.
Pada
tahun 1970 didirikan sebagai Laboratorium seksi pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular (P3M) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
2.
SK
Menkes No. 142/Menkes/SK/IV/1978 tanggal 28 April 1978 menjadi Balai
Laboratorium Kesehatan yang berada dan bertanggung jawab pada direktur
Laboratorium Kesehatan Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan.
3.
SK
Menkes No. 783/Memkes/SK/XI/1986 tanggal 8 november 1986 Balai Laboratorium
Kesehatanmenjadi UPT Pusat ditingkat provinsi yang bertanggung jawab kepada
kepala pusat Laboratorium Kesehatan Sekretariat Jenderal Departemen kesehatan
RI.
4.
Pada
periode tahun 1998 BLK berada dibawah Dirjen Yan.Med Depkes RI.
5.
Tahun
2001 dengan SK Menkes RI No. 909/Menkes/SK/VIII/2001 BLK diserahkan kepada
Pemda Provinsi jawa Barat melalui SK Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 50 tahun
2002 BLK dikukuhkan menjadi UPTD dibawah dinas kesehatan dan namanya menjadi
Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan (BPLK) Provinsi Jawa Barat.
6.
Tahun
2009 dengan SK Gubernur No. 113 tahun 2009 menjadi Balai Laboratorium Kesehatan
dengan tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi dinas kesehatan bidang
pengembangan laboratorium kesehatan.
2.1.4
Visi, Misi dan tujuan
2.1.4.1 Visi
Laboratorium kesehatan yang yang mandiri, dinamis dan sejahtera
2.1.4.2 Misi
1.
Meningkatkan
pelayanan prima yang berstandar Internasional
2.
Meningkatkan
profesionalisme yang inovatif, produktif dan kompetitif
3.
Meningkatkan
kinerja demi kepuasan pelanggan dan karyawan
4.
Meningkatkan
kompetensi sumber daya manusia dalam keahlian, pengetahuan dan perilaku
5.
Mengembangkan
jenis pelayanansesuai dengan program kesehatan, pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2.1.4.3 Tujuan
1.
Meningkatkan
kebijakan-kebijakan teknis yang mengatur penyelenggaraan pelayanan laboratorium
kesehatan yang lebih bermutu
2.
Meningkatkan
kualitas pelayanan-pelayanan laboratorium yang didukung oleh sarana dan
prasarana yang memadai
3.
Meningkatkan
kerjasama kemitraan dan meningkatkan kualitas manajemen kesehatan dalam
mengoptimalkan pemanfaatan potensi kesehatan.
2.1.5
Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas
Pokok:
“Melaksanakan sebagian fungsi Dinas kesehatan di
bidang Pengembangan Laboratorium Kesehatan”
Fungsi:
“Pengelolaan Laboratorium Kesehatan”
2.1.6
Struktur organisasi
(Lihat di lampiran)
2.1.7
Sarana dan prasarana
1.
Luas
tanah : 2.816,84
2.
Luas
gedung: 1.642,75
Terdiri dari 3 gedung yaitu gedung A, gedung B dan
gedung C dengan masing-masing berlantai 3.
Gedung A: Laboratorium Kimia Klinik, Immunologi,
Mikrobiologi dan Kimia Kesehatan Lingkungan.
Gedung B :
Untuk Administrasi
Gedung C :
Ruang diklat, gudang reagen dan ATK, Laboratorium Biomolekuler
3.
IPAL
(Instalasi Pengolahan Air Limbah)
4.
Perpustakaan
5.
Ruang
kantin
6.
Mushola
7.
Tempat
wudhu
8.
Sarana
parkir
9.
Ruang
DIESEL
10. Ground tank
11. Ruang gas
12. Incinerator
13. Satuan Pengamanan (Satpam)
14. Kendaraan:
·
Mobil
kijang tahun 1995 dari APBN Depkes
·
Mobil
panther 2004 dari APBN Provinsi Jawa Barat
·
Mobil
Unit Laboratorium Udara : truk Izzu Panther tahun 2000, bantuan dari Kementrian
Lingkungan Hidup (KLH)
·
Kendaraan
roda 2 (motor), Honda Karisma tahun 2005 dari APBN Provinsi Jawa Barat
·
Alat
Laboratorium
·
Ambulance
2.1.8
Sumberdaya kepegawaian
1.
Jumlah
pegawai
: 85 orang,
terdiri dari
-
PNS
:
58 orang
-
CPNS
:
8 orang
-
TKK : 1 orang
-
Tenaga
Out Sourcing (Tenaga Honorer) : 14
orang (Satpam dan Cleaning Service)
-
Tenaga
Out Sourcing (Tenaga Ahli) : 2 orang
-
Tenaga
Dokter (PTT) : 2 orang
2. Kualifikasi
Pendidikan
-
Tenaga
Teknis :
39 orang = 46 %
-
Tenaga
non teknis :
46 orang = 54 %
Tabel 2.1 Daftar Pendidikan
Kepegawaian
(Lihat di Lampiran)
2.2 Profil
Laboratorium
2.2.1
Laboratorium Kimia Kesehatan Lingkungan
Laboratorium Kimia
Kesehatan Lingkungan terdiri dari 5 Laboratorium yaitu Laboratorium Air bersih,
Laboratorium Air limbah, Laboratorium Makanan dan Minuman, Laboratorium udara
dan Laboratorium Toksikologi yang berada dibawah pengawasan Ibu Tuti Rustiana
sebagai Penanggung jawab Laboratorium Kimia Kesehatan Lingkungan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Formalin
3.1.1
Formaldehida
Formaldehida (juga disebut metanal,
atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde
atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr
Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat
reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa
dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran
hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi
cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida
dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia. (Anonim, 2011)
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi
sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai
disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang
dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet
dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida
dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai
dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan
bangkai.
Dalam industri, formaldehida kebanyakan
dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem
permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busanya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida
dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai
untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena
tetramina, yang dipakai
dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). (Anonim, 2011)
3.1.2
Pengertian Formalin
Formalin
merupakan cairan tidak berwarna yang digunakan sebagai desinfektan, pembasmi
serangga, dan pengawet yang digunakan dalam industri tekstil dan kayu. Formalin
memiliki bau yang sangat menyengat, dan mudah larut dalam air maupun alkohol.
Formalin atau Senyawa
kimia formaldehida (juga
disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus
kimia H2CO.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari
pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam
kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).
Meskipun
dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam
air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang ('formalin' atau
'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali
yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung
beberapa persen metanol untuk membatasi
polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar
antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada
umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya.
Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa
aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer
siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini
menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas
ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer
menjadi asam format, karena itu larutan
formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss
2005).
Secara
industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah
logam perak atau campuran oksida
besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering
dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250°C dan menghasilkan formaldehida,
berdasarkan persamaan kimia
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam
temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua
reaksi
kimia sekaligus yang
menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan satu lagi
adalah reaksi dehidrogenasi
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan
menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin
bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Formalin adalah nama
dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di
pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin
sangat mudah larut dalam air. Jika dicampurkan dengan ikan misalnya, formalin
dengan mudah terserap oleh daging ikan. Selanjutnya, formalin akan mengeluarkan (dehydrating) isi sel daging
ikan, dan menggantikannya dengan formaldehid yang lebih kaku. Akibatnya bentuk
ikan mampu bertahan dalam waktu yang lama. Selain itu, karena sifatnya yang
mampu membunuh mikroba, daging ikan tidak akan mengalami pembusukan. (Fahrudin,
2007)
3.1.3
Kegunaan Formalin
Secara umum, formalin digunakan sebagai berikut:
1.
Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan
untuk pembersih : lantai, kapal, gudang, dan pakaian.
2.
Pembasmi lalat dan berbagai serangga
lain.
3.
Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat
pewarna, cermin kaca, dan bahanpeledak.
4.
Dalam dunia fotografi biasanya digunakan
untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
5.
Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
6.
Bahan untuk pembuatan produk parfum.
7.
Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras
kuku.
8.
Pencegah korosi untuk sumur minyak.
9.
Bahan untuk insulasi busa.
10.
Bahan perekat untuk produk kayu lapis
(plywood).
11.
Cairan pembalsam ( pengawet mayat ).
12.
Dalam konsentrasi yang sangat kecil (
< 1% ) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti
pembersih rumah tangga, cairan pemcuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo
mobil, lilin dan pembersih karpet.
3.1.4
Karakteristik produk pangan yang mengandung Formalin
Terdapat
sejumlah produk yang secara sengaja ditambahkan formalin sebagai pengawet.
Untuk memastikan apakah sebuah produk pangan mengandung formalin atau tidak
memang dibutuhkan uji laboratorium. Kita sebaiknya berhati-hati bila menjumpai
produk pangan yang mempunyai ciri sebagai berikut:
1.
Tahu yang bentuknya sangat bagus,
kenyal, tidak mudah hancur / rusak / busuk sampai tiga hari pada suhu kamar (25
derajat Celsius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat Celsius), terlampau keras,
namun tidak padat, bau agak mengengat.
2.
Mie basah yang awet beberapa hari dan
tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin, tidak
rusak sampai dua hari pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius) dan bertahan lebih
dari 15 hari pada suhu lemari es ( 10 derajat Celsius), bau agak menyengat,
tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal
3.
Baso yang tidak rusak sampai lima hari
pada suhu kamar ( 25 derajat Celsius), teksturnya sangat kenyal.
Ada beberapa cara mengidentifikasi
makanan yang menggunakan formalin:
1. Bakso
yang menggunakan formalin memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan
bakso yang menggunakan banyak daging.
2. Ikan
basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki
bau menyengat khas formalin.
3. Tahu
yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari
pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin.
4. Mie
basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius),
berbau menyengat, kenyal, tidak lengket
dan agak mengkilap. (Anonim, 2009)
3.1.5
Pengaruh Formalin Terhadap Kesehatan
Beberapa pengaruh
formalin terhadap kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Jika
terhirup akan menyebabkan rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan, sukar bernafas, nafas pendek, sakit
kepala, dan dapat menyebabkan
kanker paru-paru.
b. Jika
terkena kulit akan menyebabkan kemerahan pada kulit, gatal, dan kulit terbakar
c. Jika
terkena mata akan menyebabkan mata memerah, gatal, berair, kerusakan mata, pandangan
kabur, bahkan kebutaan
d. Jika
tertelan akan menyebabkan mual, muntah-muntah, perut terasa perih, diare, sakit
kepala, pusing, gangguan jantung, kerusakan hati, kerusakan saraf, kulit
membiru, hilangnya pandangan, kejang, bahkan koma dan kematian.
Formalin
akan berguna dengan positif bila memang digunakan sesuai dengan seharusnya,
tetapi bahan itu tidak boleh dijadikan
sebagai pengawet makanan karena bahan-bahan tersebut sangat berbahaya, seperti
telah diuraikan diatas pengaruhnya terhadap kesehatan. Walaupun begitu, karena
ingin mencari keuntungan sebanyak-banyaknya, banyak produsen makanan yang tetap
menggunakan bahan ini dan tidak
memperhitungkan bahayanya.
Pada
umumnya, alasan para produsen menggunakan formalin sebagai bahan pengawet makanan adalah karena
bahan ini mudah digunakan dan mudah didapat, karena harga nya relatif murah
dibanding bahan pengawet lain yang tidak berpengaruh buruk pada kesehatan.
Selain itu, formalin merupakan senyawa yang bisa memperbaiki tekstur makanan
sehingga menghasilkan rupa yang bagus, misalnya bakso dan kerupuk. Beberapa
contoh makanan yang dalam pembuatannya sering menggunakan formalin adalah bakso, kerupuk, ikan, tahu,
mie, dan juga daging ayam.
Formalin merupakan bahan tambahan yang sangat
berbahaya bagi manusia karena merupakan racun. Bila terkonsumsi dalam
konsentrasi tinggi racunnya akan mempengaruhi kerja syaraf. Secara awam kita
tidak dapat mengetahui seberapa besar kadar konsentrat formalin yang digunakan
dalam suatu makanan. Oleh karena itu lebih baik hindari makanan yang mengandung
formalin.
3.1.6
Bahaya Formalin
Formalin sangat
berbahaya bila terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan
dapat berupa : Luka baker pada kulit, Iritasi pada saluran pernafasan, reaksi
alergi dan bahaya kanker pada manusia. Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat
bersifat:
1.
Akut : efek pada kesehatan manusia
langsung terlihat : sepert iritasi, alergi, kemerahan, mata berair, mual,
muntah, rasa terbakar, sakit perut dan pusing.
2.
Kronik : efek pada kesehatan manusia
terlihat setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang : iritasi
kemungkin parah, mata berair, gangguan pada pencernaan, hati, ginjal, pankreas,
system saraf pusat, menstruasi dan pada hewan percobaan dapat menyebabkan
kanker sedangkan pada manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker).
Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek sampingnya terlihat
setelah jangka panjang, karena terjadi akumulasi formalin dalam tubuh.
3.
Apabila terhirup dalam jangka waktu lama
maka akan menimbulkan sakit kepala, ganggua pernafasan, batuk-batuk, radang
selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada
paru Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan
terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. Gangguan head dan
kemandulan pada perempuan Kanker pada hidung, rongga hidung, mulut,
tenggorokan, paru dan otak.
4.
Apabila terkena mata dapat menimbulkan
iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gatal-gatal, penglihatan
kabur, dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan beronsentrasi tinggi
maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi
kerusakan pada lensa mata.
5.
Apabila tertelan maka mulut,tenggorokan
dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan
terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi ( tekanan
darah rendah ), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi
kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, system susunan saraf pusat dan
ginjal.
3.1.7
Pertolongan pertama keracunan formalin akut
Pertolongan
tergantung konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban.Sebelum ke
rumah sakit : berikan arang aktif ( norit ) bila tersedia. Jangan
melakukan rangsang muntah pada korban karena akan menimbulkan risiko trauma
korosif pada saluran cerna atas.Di rumah sakit : lakukan bilas
lambung ( gastric lavage ), berikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif
akan mengganggu penglihatan bila nantinya dilakukan tindakan endoskopi). Untuk
mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna dapat dilakukan
tindakan endoskopi. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat
dilakukan hemodyalisis (tindakan cuci darah), indikasi tindakan cuci darah ini
bila terjadi keadaan asidosis metabolik berat pada korban.
a.
Untuk mencegah agar tidak terhirup
gunakan alat pelindung untuk pernafasan seperti masker, kain atau alat
pelindung lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin kedalam
hidung atau mulut Lengkapi alat ventilasi dengan penghisap udara ( exhaust fan
)yang tahan ledakan.
b.
Gunakan pelindung mata / kaca
mata,penahan yang tahan terhadap percikan Sediakan kran air untuk mencuci mata
ditempat kerjayang berguna apabila terjadi keadaan darurat.
c.
Gunakan pakaian pelindung bahan kimia
yang cocok Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia.
d.
Hindari makan,minum dan merokok selama
berkerja, cuci tangan sebelum makan.
3.1.8
Tindakan Pertolongan
1. Bila terhirup
Jika
tidak aman memasuki daerah paparan,
pindahkan
penderita ketempat yang aman bila perlu gunakan masker berkatup atau peralatan
sejenis unuk melakukan pernafasan
buatan
segera
hubungi Dokter.
2. Bila terkena mata
Bilas
mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan
pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata Aliri mata dengan larutan dengan
larutan garam dapur 0,9 persen ( seujung
sendok the garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus menerus
sampai penderita siap dibawa ke Rumah Sakit Segera bawa ke Dokter.
3. Bila terkena kulit
Lepaskan
pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena Formalin,Cuci kulit selama 15- 20
menit dengan sabun atau deterjen lunak dan cair yang banyak dan dipastikan dan
dipastikat sudah tidak ada lagi bahan yang tersisa dikulit ,pada bagian yang
terbakar ,lindungi luka dengan pakian yang kering ,steril dan longgar,bila
perlu segera hubungi dokter.
4. Bila tertelan
Bila
diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit.
3.2 Destilasi
Distilasi atau penyulingan
adalah suatu metode pemisahan bahan
kimia berdasarkan
perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan atau didefinisikan juga teknik
pemisahan kimia yang berdasarkan perbedaan titik didih. Dalam penyulingan,
campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan
kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik
didih lebih rendah akan
menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit
operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori
bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada
titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum
Dalton.
Destilasi
sederhana atau destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan
dua atau lebih komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh. Suatu
campuran dapat dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa
murninya. Senyawa-senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat
mencapai titik didih masing-masing.
Gambar 1. Alat Destilasi Sederhana
Gambar di atas merupakan alat destilasi atau yang disebut
destilator. Yang terdiri dari thermometer, labu didih, steel head, pemanas,
kondensor, dan labu penampung destilat. Thermometer Biasanya
digunakan untuk mengukur suhu uap zat cair yang didestilasi selama proses
destilasi berlangsung.
3.3 Asam Kromatofat (K10H8O8S2)
Asam
kromatofat digunakan untuk mengikat formalin agar terlepas dari bahan. Formalin
juga bereaksi dengan asam kromatopik menghasilkan senyawa kompleks yang
berwarna merah keunguan. Reaksinya dapat dipercepat dengan cara menambahkan
asam fosfat dan dan hydrogen peroksida. Caranya bahan yang diduga mengandung
formalin ditetesi dengan campuran antara asam kromatopik, asam fosfat, dan
hydrogen peroksida. Jika dihasilkan warna merah keunguan maka dapat disimpulkan
bahwa bahan tersebut mengandung formalin (Reuss 2005).
3.4 Asam Sufat (H2SO4)
Asam sulfat
mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam
mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam
sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral,
sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak.
Reaksi
hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada
asam sulfat pekat, terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan
bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan perbedaan isipadu kedua
cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung di
atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:
H2SO4
+ H2O → H3O+ + HSO4-.
Disebabkan
asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang
baik, dan digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas
SO3 pekat ditambah kepada asam sulfat, ia membentuk H2S2O7.
Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum atau,
jarang-jarang sekali, asam Nordhausen. Di atmosfer, zat ini termasuk
salah satu bahan kimia yang menyebabkan hujan asam. Asam
sulfat dipercayai pertama kali ditemukan di Iran oleh Al-Razi pada abad ke-9 (Wells
1984).
BAB IV
METODE PEMERIKSAAN
4.1 Alat
dan Bahan
Tabel
4.1 Alat dan Bahan yang digunakan
Alat
|
Bahan
|
Labu
kjeldahl
500 ml
|
H3PO4
10%
|
Mat pipet
|
Asam
kromatropat 60 %
|
Corong kecil
|
Batu
didih
|
Neraca
|
Aquades
|
Cawan timbang
|
|
Gelas ukur 100 ml
|
|
Gelas piala
|
|
Tabung reaksi
|
|
4.2 Prosedur
Pemeriksaan
1.
Ditimbang
sebanyak 10-20
gram
sampel dan dimasukan
ke dalam labu kjeldahl
yang telah berisi 100-200 ml aquadest dan batu didih
2.
Ditambahkan
5 ml asam fosfat 10%
3.
Campuran
Didestilasi
perlahan-lahan hingga diperoleh 20 ml destilat yang ditampung dalam gelas ukur
yang telah berisi sekitar 1-2 ml aquadest
4.
2 ml destilat dimasukan kedalam tabung
reaksi
5.
Ditambahkan
5 ml asam kromatropat 0,5 % dalam asam sulfat 60 %
6.
Dimasukan
kedalam penangas air mendidih selama 15 menit
7.
Jika berwarna ungu, berarti sampel
tersebut mengandung formalin
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
Pemeriksaan
5.1.1
Hasil Pemeriksaan Positif (+)
No
|
Kode Sampel
|
Ciri-ciri
|
Formalin
|
1
|
Tb-10/437/mmkl
|
Berminyak
|
+
|
2
|
Tb-10/443/mmkl
|
Kenyal
|
+
|
3
|
Tb-10/463/mmkl
|
Berminyak
|
+
|
4
|
Tb-10/469/mmkl
|
Kenyal
|
+
|
5
|
Tb-10/470/mmkl
|
Kenyal dan bau
|
+
|
6
|
Tb-012/489/mmkl
|
Warnanya
Kuning mencolok
|
+
|
7
|
Tb-02/516/mmkl
|
Bau
|
+
|
8
|
Tb-02/518/mmkl
|
Warnanya
kuning dan berminyak
|
+
|
9
|
Tb-03/543/mmkl
|
Warnanya
kuning pudar dan berminyak
|
+
|
10
|
Tb-03/545/mmkl
|
Warnyanya
putih dan teksturnya keras
|
+
|
11
|
Tb-03/559/mmkl
|
Teksturnya
lebar dan berminyak
|
+
|
12
|
Tb-04/570/mmkl
|
Teksturnya
lebar dan lengket
|
+
|
13
|
Tb-04/571/mmkl
|
Teksturnya
kecil dan lengket
|
+
|
14
|
Tb-04/572/mmkl
|
Teksturnya
keras
|
+
|
15
|
Tb-06/601/mmkl
|
Warnanya
hitam, kenyal, keras, dan segar
|
+
|
16
|
Tb-04/602/mmkl
|
Teksturnya
lebar dan lengket
|
+
|
17
|
Tb-04/617/mmkl
|
Teksturnya
kecil dan lengket
|
+
|
18
|
Tb-04/637/mmkl
|
Teksturnya
kenyal
|
+
|
19
|
Tb-04/663/mmkl
|
Teksturnya
lengket dan berbau
|
+
|
20
|
Tb-04/668/mmkl
|
Teksturnya
keras dan berwarna hitam
|
+
|
5.1.2 Hasil Pemeriksaan Negatif (-)
No
|
Kode Sampel
|
Jenis
|
Formalin
|
1
|
Tb-10/424/mmkl
|
Pempek
|
-
|
2
|
Tb-10/432/mmkl
|
Cilok
|
-
|
3
|
Tb-10/435/mmkl
|
Mie ayam
|
-
|
4
|
Tb-10/436/mmkl
|
Mie telor
|
-
|
5
|
Tb-10/459/mmkl
|
Baso kecil
|
-
|
6
|
Tb-10/462/mmkl
|
Mie basah
|
-
|
7
|
Tb-012/464/mmkl
|
Mie
|
-
|
8
|
Tb-012/468/mmkl
|
Tahu kuning
|
-
|
9
|
Tb-03/477/mmkl
|
nugget
|
-
|
10
|
Tb-03/478/mmkl
|
Otak-otak
|
-
|
11
|
Tb-03/451/mmkl
|
Pempek
|
-
|
12
|
Tb-04/450/mmkl
|
nugget
|
-
|
13
|
Tb-04/441/mmkl
|
Tahu kuning
|
-
|
14
|
Tb-04/442/mmkl
|
Tahu putih
|
-
|
15
|
Tb-486/mmkl
|
Baso
|
-
|
16
|
Tb-490/mmkl
|
Bihun
|
-
|
17
|
Tb-496/mmkl
|
Tahu putih
|
-
|
18
|
Tb-497/mmkl
|
Tahu
|
-
|
19
|
Tb-504/mmkl
|
Tahu kuning
|
-
|
20
|
Tb-540/mmkl
|
Baso putih
|
-
|
5.2 Pembahasan
Formalin merupakan bahan beracun dan
berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan
bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan
fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.
Selain itu, kandungan
formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi,
bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan
perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah,
diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan
adanya kegagalan peredaran darah. Formalin bila menguap di udara, berupa gas
yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan, sehingga merangsang
hidung, tenggorokan, dan mata.
Melalui pemeriksaan ini, ditemukan sejumlah produk pangan seperti Mie
basah dan tahu yang
menggunakan formalin sebagai pengawet. Jadi untuk masyarakat
harus waspada terhadap pedagang yang menjual tahu dan mie
basah karena dilihat dari
kegunaan formalin itu sendiri sudah tidak cocok untuk bahan pangan dan juga formalin dapat juga mengakibatkan
beberapa penyakit.
Berdasarkan
sifat bahan makanan yang telah diperiksa, Semakin
tinggi kandungan formalin, maka tercium bau obat yang semakin menyengat, sedangkan tahu atau mie
yang tidak berformalin akan
tercium bau protein kedelai yang khas.
Tahu dan mie yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu dan mie tak berformalin jika ditekan akan hancur; Tahu dan mie berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. Tahu dan mie yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu dan mie memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen/seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.
Tahu dan mie yang berformalin mempunyai sifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal), sedangkan tahu dan mie tak berformalin jika ditekan akan hancur; Tahu dan mie berformalin akan tahan lama, sedangkan yang tak berformalin paling hanya tahan satu dua hari. Tahu dan mie yang memakai pewarna buatan dapat ditandai dengan cara melihat penampakannya. Jika tahu dan mie memakai pewarna buatan, warnanya sangat homogen/seragam dan penampakan mengilap. Sedangkan jika memakai pewarna kunyit, warnanya cenderung lebih buram (tidak cerah). Jika kita potong, maka akan kelihatan bagian dalamnya warnanya tidak homogen/seragam. Bahkan, ada sebagian masih berwarna putih.
Adanya kandungan
formalin pada bahan makanan ditandai dengan timbulnya warna ungu sampel ketika dipanaskan
pada tabung reaksi setelah dilakukan detilasi terlebih dahulu. Selain dengan
metode destilasi, pemeriksaan formalin juga dapat dilakukan dengan metode lain
salah satunya adalah metode Kit. Test Kit
Formalin merupakan alat uji cepat
kandungan formalin yang mudah untuk digunakan siapa saja dengan background
pendidikan apa saja. Test Kit
Formalin berbasis
pada analisis pembentukan warna antara formaldehid atau formalin dengan
pereaksi warna yang ada didalamnya. Warna ungu akan terbentuk jika produk
positif mengandung formalin.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan maka diperoleh
20 sampel yang mengandung formalin yang terdiri dari Mie, Baso, Siomay, Tahu, Nugget dan Otak-otak.
Tetapi yang lebih banyak mengandung kadar formalin yaitu Tahu dan Mie.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan, rata-rata sampel yang
banyak mengandung Formalin adalah Mie basah dan Tahu.
6.2 Saran
1. Menghindari dan cermat dalam memilih makanan yang aman
dan bebas dari bahaya zat–zat tertentu terutama formalin adalah salah satu
upaya dalam mengurangi resiko keracunan zat tersebut.
2. Perlu dilakukan
penelitian bahan tambahan makanan lain (misalnya boraks dan pewarna) yang
digunakan dalam mie, baso, tahu dan bahan pangan lain.
3. Masyarakat perlu
segera diberikan informasi tentang keamanan makanan yang dikonsumsi.
4. Laboratorium kesehatan merupakan suatu instansi pemerintah
untuk melayani masyarakat sehingga diharapkan harus dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Bahaya
Formalin. Available at:http://mily.wordpress.com/2009/09/10/bahaya- formalin-2/. (Diakses tanggal 29
September 2011).
Anonim. 2011. Efek samping formalin. Available at: http://id.shvoong.com/medicine-and- health/epidemiology-public-health/2158297-formalin-dan-efek-sampingnya/. (Diakses
29 september 2011).
Anonim. 2011. Cara Untuk Pengujian Formalin Pada makanan.
Available at: http://easy4test.blogspot.com/2010/11/cara-untuk-melakukan-pengujian.html. (Diakses
tanggal 20 september 2011).
Anonim. 1999. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1168/MENKES/PER/X/ 1999.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Buckle. 1987. Ilmu Pangan, diterjemahkan oleh Purnomo, H.
Jakarta: Penerbit UI Press.
Fadholi, Arif.
2009. Analisis Formalin Pada Tahu.
Available at: http://ariffadholi.blogspot.com/2009/10/jurnal-analisis-formalin-pada tahu.html#!/2009/10/jurnal-analisis-formalin-pada-tahu.html. (Diakses tanggal 20 september
2011)
Farida I. 2010. Bahaya
Paparan Formalin terhadap Tubuh. Available at: http://cheminterconnected.spaces.live.com.
(Diakses 10 Desember 2011).
Fahrudin. 2007. Formalin
dan Bahayanya bagi Kesehatan. Available at:
http://www.tribun-
timur.com/view.php?id=47300&jenis=Opini. (Diakses tanggal 28 November 2011)
Winarno, F. G. 2002. Kimia
Pangan dan Gizi,
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Wells
A. F. 1984. Structural Inorganic Chemistry, 5th ed. Sulfate acid. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/sulfate.com. (Diakses tanggal 28
November 2011)
Reuss G, W. Disteldorf, A.O.Gamer. 2005. Formaldehyde in
Ullmann’s Encyclopedia of Industrial Chemistry Wiley-VCH. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Formaldehyde. (Diakses tanggal 29 November 2011).
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Alat-alat yang digunakan
Desikator LabuDestilasi
Neraca Analitik Lemari Pemanas
Hot plate tabung
reaksi
Peralatan
destilasi
Pemeriksaan sampel tahu
Pipet Volume
Lampiran 2: Struktur Organisasi Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) Provinsi Jawa Barat
Peraturan Gubernur:113 tahun 2009
Kepala Balai Laboratorium Kesehatan
Provinsi Jawa Barat
(dr. Tintin Gartinah SpPK)
|
Kelompok
Fungsional
|
Sub bagian Tata Usaha
(Drs. Isak Solohin)
|
Tenaga Fungsional
|
Lampiran 3: Kegiatan Balai
Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
I.
Pelayanan Laboratorium Klinis
1.
Pemeriksaan kimia klinik
Mengetahui fungsi organ: Jantung, ginjal, hati, metabolism karbohidrat,
lemak dan protein.
Jenis pemeriksaan:
-
Gula
darah
-
Kolesterol
-
Trigliserida
-
Asam
urat
-
Kreatinin
-
Ureum
-
Bilirubin
-
Alkalifosfatase
-
Tinja
-
HDL
Kelesterol
-
SGOT
-
SGPT
2.
Pemeriksaan hematologi
Melakukan pemeriksaan terhadap darah untuk mengetahui adanya kelainan
pada darah.
Jenis pemeriksaan:
-
Hemoglobin
-
Leukosit
-
Trombosit
-
Hematokrit
-
Entrosit
-
Laju
endapan darah
-
Morfologi
darah tepi
3.
Pemeriksaan Imunologi
Melakukan pemeriksaan secara serologis untuk mengetahui adanya penyakit
sebagai berikut:
-
Hepatitis
A, B dan C
-
HIV
-
TORCH
-
Dengue
-
Tifes/widal
-
ASTO
-
CRP
-
Rhematoid
Faktor
4.
Pemeriksaan Bakteriologi dan Parasitologi
Melakukan pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan untuk menentukan
penyebab infeksi serta penentuan kekebalan bakteri terhadap obat.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengidentifikasi:
-
TBC
-
Antrax
-
Kolera
-
Difteri
-
Shigella
-
E.
coli
-
Malaria
-
Telur
cacing
-
Filaria
-
Amoeba
-
Gonococcus
-
S.Typhi
II.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan Masyarakat
1.
Pemeriksaan Kimia Lingkungan
Diajukan untuk memeriksa kualitas lingkungan hidup. Pemeriksaan
dilakukan terhadap:
a.
Air
bersih, air minum, Air limbah dan Air badan Air untuk parameter fisika dan
kimia
b.
Udara
ambien, untuk parameter: SOx, NOx, H2S,NH3,CO
dan partikel debu.
2.
Bakteriologi Lingkungan
Diajukan untuk memeriksa adanya bakteri pencemar pada:
-
Air
bersih
-
Air
minum
-
Air
kolam
-
Air
badan air
3.
Kimia Makanan dan Minuman
Ditujukan untuk memeriksa adanya unsur-unsur toksik atau bahan tambahan
yang terdapat dalam makanan dan minuman serta unsur-unsur pembentukannya.
Parameter yang diperiksa:
-
Pengawet
(formalin, boraks, benzoat)
-
Proksimat
(karbohidrat, lemak, protein dan kadar air)
-
Pewarna
buatan
-
Pemanis
buatan
4.
Bakteriologi Makanan dan Minuman
Ditujukan untuk memeriksa adanya bakteri pencemar yang terdapat pada
makanan dan minuman yang digunakan oleh masyarakat agar memenuhi syarat
kesehatan. Parameter yang diperiksa adalah Escherichia Coli dan Angka kuman.
5. Toksikologi
Ditujukan untuk memeriksa adanya bahan toksik atau pencemar dalam bahan
pemeriksaan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah:
a.
Pestisida:
Memeriksa adanya cemaran atau residu pestisida (Organoklorin, Organofosfat dan
Karbamat) dalam makanan dan sisa pencernaan makanan (muntahan).
b.
Kimia
organik seperti: Sianida.
c.
Kimia
anorganik seperti: Logam berat, Arsenik, Merkuri/Raksa, dll.
III.
Pelayanan Pemeriksaan Radiologi dan Ultrasonografi
(USG)
IV.
Pemeriksaan Electrokardiografi (EKG)
Melayani permintaan dari:
-
Masyarakat
-
Peserta
ASKES
-
Instansi
Pemerintah
-
Instansi
Swasta
-
Kejadian
luar biasa (KLB): Diare, flu burung, H1N1, Demam berdarah, chikungunya,
keracunan makanan, dll
-
Surveilans:
HIV-AIDS, TBC, Infeksi menular seksual, dll
V.
Melaksanakan Diklat Teknis Laboratorium Kesehatan
VI.
Tempat Magang tenaga teknis laboratorium dari:
-
Instansi
Pemerintah kabupaten/kota di Jabar maupun Nasional
-
Lembaga
pendidikan pemerintah maupun swasta
-
Institusi
swasta
VII.
Tempat penelitian bekerjasama dengan pihak instansi
pendidikan pemerintah dan swasta
VIII.
Mengadakan pemantapan mutu eksternal regional di
bidang:
1. Kimia Klinik
2. Hematologi
3. Mikrobiologi
4. Kimia Lingkungan
Lampiran 4: Capaian Kinerja
Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat
1. Pemeriksaan
Laboratorium
No
|
Tahun
|
Realisasi Pemeriksaan
|
Target pemeriksaan
|
Prosentase
|
1
|
2007
|
160.344
|
108.6
|
147.65%
|
2
|
2008
|
167.558
|
109.548
|
159.95%
|
3
|
2009
|
154.922
|
170.451
|
90.98%
|
2. Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
No
|
Tahun
|
Realisasi (Rp)
|
Target (Rp)
|
Prosentase
|
1
|
2007
|
1.550.034.800
|
1.032.195.000
|
150.17%
|
2
|
2008
|
1.797.423.000
|
1.560.000.000
|
115.22%
|
3
|
2009
|
2.394.156.300
|
1.873.804.550
|
127.70%
|
Lampiran 5: Alur Pelayanan Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) Provinsi Jawa Barat
Costumer
Costumer
|
Pembayaran
Pembayaran
|
Pendaftaran
Pendaftaran
|
Pengambilan Sampel
Pengambilan Sampel
|
Hasil
Hasil
|
Analisis
Analisis
|
Penyerahan Hasil
Penyerahan Hasil
|
Costumer
Costumer
|
Lampiran 6: Alur Pengaduan Balai Laboratorium
Kesehatan (BLK) Provinsi Jawa Barat
Customer
|
Manajer Administrasi Pelayanan
|
Staf Manajemen Administrasi Pelayanan Pendaftaran
|
Manajer Teknis
|
Customer
|
Staf Manajer Teknik/Penyedia
|
Lampiran
7: Denah Lokasi Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) Provinsi Jawa Barat
RS. Hasan Sadikin
BLK
CARE FOUR
Lampiran
8 : Daftar Pendidikan Kepegawaian BLK
No
|
Pendidikan
|
Jumlah
|
1
|
Spesialisasi Patologi Klinik
|
2
|
2
|
Spesialisasi Radiologi
|
1
|
3
|
Dokter umum
|
3
|
4
|
Magister Biomolekuler (S2)
|
1
|
5
|
Magister Farmasi (S2)
|
1
|
6
|
Magister Kedokteran Dasar (S2)
|
1
|
7
|
Sarjana Pangan (S1)
|
1
|
8
|
Sarjana Kimia Murni (S1)
|
1
|
9
|
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S1)
|
1
|
10
|
Sarjana Ekonomi (S1)
|
1
|
11
|
Sarjana Biologi (S1)
|
1
|
12
|
Sarjana Administrasi (S1)
|
2
|
13
|
D4 Analis Kesehatan
|
3
|
14
|
D3 Analis Kesehatan
|
16
|
15
|
D3 Farmasi
|
1
|
16
|
D3 Akper
|
2
|
17
|
D3 Perawat Gigi
|
1
|
18
|
D3 Radiografer
|
1
|
19
|
SMAK (Analis Kesehatan)
|
1
|
20
|
SPA (Analis Kesehatan)
|
2
|
21
|
Perawat
|
1
|
22
|
SLTA
|
22
|
23
|
SMEA
|
4
|
24
|
SMK
|
4
|
25
|
SLTP
|
1
|
26
|
SD
|
9
|
27
|
Asisten Apoteker
|
1
|
Total
|
85
|
0 komentar:
Post a Comment