A.
Judul Laporan
: Pewarnaan Tunggal
B.
Tujuan Percobaan :
·
Mampu
melakukan pewarnaan bakteri dengan zat banyak macam warna.
·
Mengamati
dan menggambar bakteri yang telah diwarnai
C.
Teori Dasar
Ilmu yang mempelajari bentuk,
sifat, kehidupan, penyebaran dan manfaat jasad hidup termasuk mikroba yang
lebih lazim disebut dengan mikrobiologi yang di dalamnya mencakup satu kelompok
besar jasad hidup yang mempunyai bentuk dan ukuran sangat kecil, serta sifat
hidup yang berbeda dengan jasad lain umumnya. Seperti bakteri yang memiliki
salah satu sifat penting adalah kemampuan beberapa jenis bakteri untuk
memproduksi struktur internal yaitu endospora. Endospora ini umumnya terbentuk
secara tunggal dalam sel guna menanggulangi keadaan lingkungan yang kurang
baik. Spora yang sudah masak dilepas oleh sel ke alam sekitarnya. Spora-spora
ini dapat dilihat di bawah mikroskop fase kontras dan tampak sebagai bagian
yang bercahaya terang baik di dalam atau di luar sel. Spora-spora ini tahan
terhadap keadaan fisik atau kimia yang ekstrim seperti suhu, kekeringan, dan
bahan-bahan kimia pembasmi kuman dan dapat bertahan dalam keadaan tidur untuk
beberapa tahun. Pada saat kondisi memungkinkan, spora-spora tersebut tumbuh
menjadi sel-sel vegetatif yang normal.
Mikroorganisme yang ada dialam
ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan
bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air,
dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan (Dwidjoseputro, 1989)
Tujuan dari pewarnaan adalah
untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan
bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti
dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas
daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya (Volk & Wheeler, 1993).
Zat warna adalah senyawa kimia
berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion
bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna
untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan
memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar
pewarnaan bakteri. Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam
dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut
zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna
asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan
lain-lain. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat
dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan
bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup.
(http://blogkita.info/my-kampuz/my
kuliah/mikrobiologi/pembuatan preparat pengecatannya/) (15/12/2009)
Berbagai macam tipe morfologi
bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan
menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan
dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena
sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang
digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen
kromoforiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan
bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna , substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah meresap suatu zat
warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka semua zat warna terhapus.
sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer.
Bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan
ciri yang khas bagi suatu spesies (Dwidjoseputro, 1989).
Kebanyakan bakteri dapat
diwarnai dengan pengecatan sederhana atau pengecatan gram, tetapi beberapa
genus anggota dari genus Mycobakterium, bersifat resisten dan hanya dapat
dilihat dengan metode tahan asam. Karena M. taberculosis dan M. leprae bakteri
yang patogenik bagi manusia, maka pengecatan itu bernilai diagnosa dalam
mengidentifikasi mikroorganisme tersebut. Perbedaan sifat antara mycobacterium
dengan mikroorganisme lainnya adalah dengan adanya suatu dinding tebal yang
berlilin (lipoidal) yang menyebabkan penetrasi oleh zat warna menjadi sulit.
Akan tetapi, apabila zat warna sudah dapat masuk, zat warna terssebut jadi
tidak mudah dibuang meskipun dengan penggunaan asam alcohol yang kuat sebagai
zat pelarutnya. Dengan sifat yang demikian, mikroorganisme yang demikian
disebut mikroorganisme tahan-asam dan mokroorganisme lainnya yaitu yang mudah dilarutkan
dengan asam alcohol disebut mikroorganisme tidak tahan asam. Metode ini
mengunakan tiga macam zat kimia yang berbeda. 1) zat warna primer, yaitu karbon
Fuchin, 2) zat peluntur warna, 3) counterstain, yaitu metilen biru (Subandi,
2009).
Teknik pewarnaan Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Teknik pewarnaan Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan. Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).
Pewarnaan negatif, metode ini
bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya menjadi hitam
gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang).
Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan
ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan
bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang
sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini menggunakan
cat nigrosin atau tinta cina
(http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-mikroorganisme/)
(15/12/2009)
D.
Alat dan Bahan
NO.
|
Bahan
|
Alat
|
1.
|
Bakteri bacillus subtilis
|
Mikroskop
|
2.
|
Bakteri Sarcina
|
Object glass
|
3.
|
Zat warna Futsin
|
Jarum ose
|
4.
|
Gentian Violet
|
Bunsen spirtus
|
5.
|
Methylene blue
|
|
6.
|
Kertas saring
|
|
7.
|
Aquadest
|
|
E.
Cara Kerja
Preparat bakteri yang telah dibuat ditetesi suatu zat warna yaitu Fuchisin
didiamkan selama 15-20 detik.
Kemudian ditetesi dengan gentian violet didiamkan selama 30-40 detik.
Tetesi dengan methylene blue didiamkan selama 3-4 menit.
Setelah waktu pewarnaan tercapai zat warna tersebut dibuang, untuk
menghilangkan zat warna yang berlebihan
bisa digunakan bilasan aquadest.
Preparat yang sudah di warnai dikeringkan dengan kertas saring.
Preparat bakteri
yang sudah siap, diamati di bawah mikroskop
majemuk dengan pembesaran lensa objektif 40 x
Bakteri yang
terlihat diamati di gambar.
- Pengamatan
No
|
Gambar hasil pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
|
Preparat bakteri yang telah dibuat ditetesi zat
warna yaitu fuchisin, violet dan methylene blue.
|
2.
|
|
Preparat yang telah diwarnai dengan 3 zat warna
|
2.
|
a.
b.
c.
d.
|
Gambar bakteri bacillus saat telah diwarnai dan
dilihat melalui mikroskop dengan perbesaran 40x.
|
3.
|
a.
b.
c.
d.
|
Gambar bakteri sarcina saat telah diwarnai dan
dilihat melalui mikroskop dengan perbesaran
40x.
a. Sarcina(dalam referensi)
b. Sarcina Fuschin Red
c.. Sarcina Gentian
violet
d. Bacillus methylene blue
|
- Pembahasan
Mikroorganisme yang ada dialam ini mempunyai
morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri.
Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel
bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya
yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan
(Jaweta, 1986; Dwidjoseputro, 1994; Assani, 1994).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan
melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk
melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri
dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya
(Pelczar & Chan, 1986; Volk & Wheeler, 1993; Lim, 1998).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa
garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan
positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk
membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan
warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri
(Sutedjo, 1991).
Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu asam dan basa. Jika warna terletak pada muatan positif dari zat
warna, maka disebut zat warna basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka
disebut zat warna asam. Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin,
netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-,
SO4-, CH3COO-, COOHCOO?.
Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa lebih cepat dengan
bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah bereaksi dengan
bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan
penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).
Sel–sel bakteri mempunyai muatan yang agak negatif
bila pH lingkungannya mendekati netral. Muatan negatif dari sel bakteri akan
bergabung dengan muatan positif dari ion zat warna misalnya methylen blue,
sehingga selnya akan berwarna. Perbedaan muatan inilah yang menyebabkan adanya
ikatan atau gabungan antara zat warna dan sel bakteri (Schegel, 1993).
Sebagian besar dari genus anaerobik Clostridium
dan Desulfotomaculum dan genus aerobik Bacillus adalah
contoh-contoh organisme yang mempunyai kapasitas untuk pertahanan, salah
satunya adalah sel vegetatif yang aktif secara metabolik, tipe-tipe sel inaktif
secara metabolik disebut spora. Kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
untuk keberlangsungan aktivitas sel vegetatif, biasanya pada saat kurangnya
sumber nutrisi karbon, sel ini mempunyai kapasitas untuk mengalami sporogenesis
dan memberikan reaksi untuk pembentukan struktur intraseluler baru (endospora)
yang dilindungi oleh lapisan yang tidak dapat ditembus air (tahan penetrasi)
dikenal sebagai jaket spora (spore coats) (Cappuccino & Sherman,
1983)
Klasifikasi
Bacillus subtilis
Bacillus subtilis
Kingdom : Bacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Species : Bacillus subtilis
Sarcina Basil
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacilales
Family : Sarcinacaceae
Genus : Sarcina
Spesies : Sarcina
basil
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis)
DAFTAR PUSTAKA
Capuccino. J.G
& Natalie S. 1983. Microbiologi A laboratory manual Addison
Dwidjoseputro,
D., 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Djambatan: Malang.
Hadiotomo, Ratna Siri., 1993. Mikrobiologi Dasar
Dalam Praktek. Gramedia: Jakarta .
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Wesky
Volk, Wesley A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Wesky
Publishing
Company. New york
Subandi. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi.Gunung
Djati Press : Bandung.
Erlangga: Jakarta.
Erlangga: Jakarta.
(http://masrurenstein.blogspot.com/2009/05/mikrobiologi-umum.html)
(15/12/2009).
(http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/pembuatan-preparat-pengecatannya/) (15/12/2009)
(http://blogkita.info/my-kampuz/my-kuliah/mikrobiologi/pembuatan-preparat-pengecatannya/) (15/12/2009)
(http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/19/teknik-pewarnaan-mikroorganisme/)
(15/12/2009)
(http://qi206.wordpress.com/2008/10/17/mikroumpewarnaan-gram/)
(15/12/2009).
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis) (15/12/2009)
http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/09/kunci-awal-identifikasi-bakteri.html) (23/10/2009)
(http://en.wikipedia.org/wiki/Bacillus_subtilis) (15/12/2009)
http://ekmon-saurus.blogspot.com/2008/09/kunci-awal-identifikasi-bakteri.html) (23/10/2009)
0 komentar:
Post a Comment