BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perengkah yang
merupakan katalis heterogen (padatan) dibutuhkan katalis untuk proses konversi
fraksi hidrokarbon rantai panjang, poliaromatik maupun polimer. Salah satu
jenis katalis untuk proses tersebut adalah metal supported catalyst yang
terdiri dari logam yang diembankan pada pengemban padat seperti silka-alumina,
alumina dan zeolit. Zeolit merupakan mineral yang tersusun dari kerangka
silika-alumina tetrahedral secara tiga dimensi. Salah satu jenis zeolit yang
biasa digunakan sebagai pengemban adalah
mordenit.
Penelitian
terhadap zeolit alam dari Wonosari dan diketahui bahwa zeolit ini merupakan
mineral alam dengan komposisi utama mordenit sekitar 70 %. Zeolit alam banyak
bercampur dengan materi pengotor (impurities) selain zeolit, baik
kristalin maupun amorpus. Oleh karena itu, zeolit alam perlu diaktivasi dan
dimodifikasi guna meningkatkan karakternya terutama aktivitas katalitiknya.
Sebagai katalis, salah satu sifat penting dalam proses konversi sampah plastik
menjadi fraksi bensin adalah jumlah situs asam totalnya (keasaman). Keasaman
zeolit dapat ditingkatkan dengan cara pengembanan logam-logam transisi yang
memiliki orbital d belum terisi penuh. Logam-logam ini secara langsung
dapat berfungsi sebagai katalis tanpa diembankan terlebih dahulu pada
pengemban, tetapi memiliki kelemahan, diantaranya luas permukaan yang relatif
kecil, dan selama proses katalitik dapat terjadi penggumpalan. Pengembanan
logam-logam tersebut pada zeolit akan mendistribusikannya secara merata pada
permukaan pengemban, sehingga menambah luas permukaan spesifik sistem katalis
secara keseluruhan. Jenis logam yang biasanya diembankan pada pengemban dan
digunakan secara luas pada industri minyak bumi adalah Ni-Mo dan Ni-Pd pada
pengemban zeolit-Y atau zeolit sintetis.
Penelitian
awal dilakukan preparasi dan karakterisasi katalis Ni-Mo/zeolit alam dan
Mo-Ni/zeolit alam. Modifikasi dilakukan dengan memvariasikan jumlah logam yang
diembankan di mana Mo diembankan terlebih dahulu untuk katalis Ni-Mo/zeolit
alam dan Ni diembankan lebih dulu untuk katalis Mo-Ni/zeolit alam. Jumlah logam
total yang diembankan adalah 1% berdasarkan berat zeolit alam. Metode
pengembanan dilakukan dengan mereaksikan zeolit alam dengan larutan garam
prekursor Ni dan Mo. Perlakuan sampel padatan dengan larutan Etilen Diamin
Tetra Asetat (EDTA) juga dilakukan untuk mengetahui penyebaran logam-logam yang
diembankan pada bagian luar permukaan dan dalam rongga pengemban. Karakterisasi
sampel padatan katalis meliputi penentuan jumlah logam teremban dengan Atomic
Adsorption Spectroscopy (AAS). Karakter penting lainnya adalah keasaman
katalis, ditentukan dengan adsorpsi uap basa amonia dan piridin pada permukaan
katalis dengan metode gravimetri. Analisis kristalinitas padatan dilakukan
dengan X-ray Diffraction (XRD).
1.2 Perumusan Makalah
Logam
transisi (Ni-Mo dan Ni-Pd pada pengemban zeolit-Y atau zeolit sintetis) secara langsung dapat
berfungsi sebagai katalis tanpa diembankan terlebih dahulu pada pengemban,
tetapi memiliki kelemahan, diantaranya luas permukaan yang relatif kecil, dan
selama proses katalitik dapat terjadi penggumpalan. Pengembanan logam-logam
tersebut pada zeolit akan mendistribusikannya secara merata pada permukaan
pengemban, sehingga menambah luas permukaan spesifik sistem katalis secara
keseluruhan.
Sistem
katalis yang digunakan disebut sebagai katalis bifunctional, yaitu
melibatkan fungsi logam dan pengembannya sebagai katalis. Logam bimetal yang
diembankan masing-masing berperan sebagai katalis (Ni) dan promotor (Mo atau
Pd). Katalis seperti ini harganya sangat mahal dan Indonesia sampai saat ini
masih mengimpornya dari negara lain. Untuk mengatasi penyediaan katalis yang
baik bagi industri pengolahan minyak bumi dan proses-proses konversi lainnya
untuk menghasilkan materi baru yang lebih bermanfaat, maka perlu dikembangkan
penelitian terhadap preparasi katalis dan modifikasinya, zeolit
alam dengan pengembanan logam Ni saja untuk reaksi perengkahan katalitik
senyawa hidrokarbondan. Demikian pula terhadap zeolit sintetis, penelitian yang
lebih intensif untuk pengembangan metode preparasi dan modifikasi katalis masih
perlu dilakukan untuk menghasilkan katalis dari bahan pengemban yaitu zeolit
alam yang berlimpah di Indonesia dan harganya relatif murah.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah memberikan
informasi dan solusi pada proses hidrorengkah (hydrocracking) sampah
plastik polipropilen menjadi fraksi bensin yang lebih bermanfaat dengan menggunakan metode preparasi dan modifikasi katalis berbasis zeolit
alam Wonosari, Yogyakarta, yang diharapkan dapat dihasilkan katalis yang memiliki
karakter yang baik (keasaman dan kristalinitas yang tepat) dan selektif untuk
digunakan sebagai katalis. Serta mengetahui pengembangan
metode preparasi, modifikasi katalis dan modifikasi
zeolit alam dengan pengembanan logam Ni saja untuk reaksi perengkahan katalitik
senyawa hidrokarbondan dan terhadap zeolit sintetis untuk menghasilkan katalis dari bahan pengemban yang berlimpah di
Indonesia yaitu zeolit alam dan harganya
relatif murah.
1.4 Ruang Lingkup
1. Keasaman zeolit dapat ditingkatkan dengan cara pengembanan
logam-logam transisi yang memiliki orbital d belum terisi penuh. Pengembanan
logam-logam tersebut pada zeolit akan mendistribusikannya secara merata pada
permukaan pengemban, sehingga menambah luas permukaan spesifik sistem katalis
secara keseluruhan.
2. Jenis logam yang biasanya diembankan pada pengemban dan digunakan
secara luas pada industri minyak bumi adalah Ni-Mo dan Ni-Pd pada
pengemban zeolit-Y atau zeolit sintetis. Sistem katalisnya disebut sebagai katalis bifunctional.
3. Modifikasi dilakukan dengan memvariasikan jumlah logam yang diembankan di mana Mo diembankan terlebih dahulu untuk
katalis Ni-Mo/zeolit alam dan Ni diembankan lebih dulu untuk katalis
Mo-Ni/zeolit alam. Jumlah logam
total yang diembankan adalah 1% berdasarkan berat zeolit alam.
4.
Karakterisasi sampel padatan katalis meliputi penentuan jumlah
logam teremban dengan Atomic Adsorption Spectroscopy (AAS). Karakter
penting lainnya adalah keasaman katalis, ditentukan dengan adsorpsi uap basa
amonia dan piridin pada permukaan katalis dengan metode gravimetri. Analisis
kristalinitas padatan dilakukan dengan X-ray Diffraction (XRD).
0 komentar:
Post a Comment