Wednesday 26 December 2012

analisis obat maag


BAB V PEMBAHASAN
Obat maag (tukak lambung) atau Antasida,  adalah obat yang mengandung bahan-bahan yang efektif menetralkan asam di lambung dan tidak diserap ke dalam tubuh sehingga cukup aman digunakan (sesuai anjuran pakai). Untuk mengatasi nyeri lambung, di dalam sediaan antasida umumnya mengandung senyawa
yang dapat menetralkan asam lambung, sehingga mengurangi derajat keasaman lambung. Semakin banyak kadar antasida di dalam obat maag, maka semakin banyak asam yang dapat dinetralkan sehingga lebih efektif mengatasi gejala sakit maag dengan tuntas.                                                              
Zat utama berkhasiat yang digunakan disebut Magaldrate, yaitu campuran Al(OH)2 aluminium hidroksida dan Mg(OH)2 magnesium hidroksida. Campuran ini sering juga disebut susu magnesium atau aluminium hidroksida. Bila masuk kedalam lambung, campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida sebagian akan dinetralkan oleh asam lambung, sehingga pH cairan lambung akan naik. Nilai  pH maksimum yang dapat dicapai dan kemampuan mempertahankan pH cairan lambung sekitar  3,5-5 yang identik dengan pH Magaldrate.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan komposisis magnesium dan alumunium hidroksida dalam obat maag menggunakan titrasi asam basa dengan cara menitrasinya dengan larutan baku natrium hidroksida. Asam klorida digunakan sebagai larutan baku primer untuk menstandarisasi natrium hidroksida. Reaksi berjalan dengan cepat ketika titran ditambahkan ke analit.
            Prinsip yang mendasari dari percobaan ini adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara 1 mek (milli ekivalen) asam dengan 1 mek basa yang menghasilkan garam dan air. Pada percobaan ini dilakukan titrasi metode asidimetri (penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan standar asam) dan alkalimetri (penentuan kadar asam dengan standar basa).
Sebelum melakukan percobaan, alat-alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih dan dipastikan tidak ada zat pengotor atau kontaminan yang dapat mengganggu jalannya reaksi. Pengkondisian alat dapat dilakukan dengan mencuci alat-alat yang akan digunakan dengan detergen, kemudian dibilas dengan air mengalir sampai bersih. Setelah dicuci, alat-alat dikeringkan dengan udara, atau dilap dengan lap kering dan bersih atau tissue apabila alat-alat tersebut akan segera digunakan.
Sebelum digunakan untuk wadah larutan atau pereaksi, alat dibilas terlebih dahulu dengan aquades 2-3 kali, kemudian dengan larutan yang akan disimpan pada wadah tersebut sebanyak 2-3 kali, untuk menghindari kontaminan pada alat.
Apabila semua bahan telah siap, selanjutnya adalah persiapan peralatannya. Pipet volum dan buret harus dibilas dengan akuadest untuk menghilangkan pengotor lain atau larutan sisa penggunaan buret sebelumnya yang dikhawatirkan masih menempel, kemudian dibilas dengan larutan yang akan digunakan masing-masing minimal 3 kali. Tujuannya agar buret terbilas dengan larutan, dimana larutan tersebut yang akan digunakan pada saat titrasi dilakukan, sehingga sisa-sisa akuadest dalam buret atau dalam pipet volum tidak menyebabkan terjadinya pengenceran terhadap larutan yang hendak digunakan yang akan menyebabkan kesalahan pada saat pengamatan serta perhitungan.
Dalam percobaan ini, diberikan contoh obat maag yang mengandung emulsi campuran aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, yaitu Mylanta dan Polycylene. Indicator yang digunakan adalah indicator PP (Phenolphtalein)dan dititrasi dengan larutan NaOH. Indicator phenolphthalein merupakan asam diplotik yang tidak berwarna. Indicator ini sukar larut dalam air tetapi dapat berinteraksi dengan air sehingga cincin laktonnya terbuka dan membentuk asam yang tidak berwarna. Perubahan warna yang terjadi ialah dari putih bening menjadi merah muda.
Untuk memudahkan melihat titik akhir titrasi, yaitu dengan timbulnya perubahan warna indikator, amatilah warna larutan dalam labu Erlenmeyer dengan kertas putih sebagai latar belakang (background).  Penambahan basa pada awal titrasi menyebabkan perubahan warna indikator agak cepat, tetapi semakin mendekati titik ekivalen perubahan warna indikator mulai sukar hilang, karena itu penambahan basa harus dilakukan setetes demi setetes sampai warna indikator menjadi warna merah muda.
                       




Penambahan basa pada awal titrasi menyebabkan perubahan warna indikator agak cepat, tetapi semakin mendekati titik ekivalen perubahan warna indikator mulai sukar hilang, karena itu penambahan basa harus dilakukan setetes demi setetes sampai warna indikator tidak berubah lagi. Setelah didapatkan volume pemakaian NaOH kemudian dihitung kadar basa (OH-) di dalam sampel obat. Kadar basa (OH-) pada sampel obat Mylanta adalah 0,00168 M, sedangkan kadar OH- untuk sampel obat Polisylane adalah 0,00114 M. Selain dilakukan titrasi pada sampel obat, dilakukan juga titrasi terhadap blanko (aqudes tanpa sampel), didapat konsentrasi NaOH nya 0,494 mmol.

Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat titrasi antara lain berasal dari keadaan buret yang kurang baik, dimana didapatkan buret dalam keadaan bocor pada kerannya, sehingga ada penitran yang tidak masuk ke dalam labu erlenmeyer, akan tetapi terbaca sebagai penitran yang bereaksi dengan analit dalam labu erlenmeyer. Kesalahan juga terdapat pada saat pembacaan skala buret (paralaks), yang akan mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.


BAB VI KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan, dapat disimpulkan kan  bahwa Magaldrate adalah zat utama pada obat maag yang berkhasiat yaitu campuran Al(OH)2 (aluminium hidroksida) dan Mg(OH)2 (magnesium hidroksida). Didapatkan komposisi Mg(OH)2 dan Al(OH)2 yang berbeda pada masing-masing sampel obat yaitu :
·      Kadar OH- untuk sampel Mylanta adalah 1.68 x 10-3 M
·      Kadar OH- untuk  sampel ‘Polysilene’1.15 x 10-3 M
Kandungan Magaldrate pada Mylanta lebih besar dibandingkan Polysilene, sehingga obat itu lebih baik untuk menetralkan asam pada lambung.






BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Dika. 2010. Alkalimetri. http://dika96.wordpress.com/2010/07/
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia.
Sudjana, Moch. 1972. Kimia Analitik. Koprasi Warga Sekolah Analis Kimia. Bandung.
Sumarna, A. 2009. Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri). Pusdiklat. Bogor.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke lima Diterjemahkan oleh L. Sopyan, Dr. Ir. Erlangga. Jakarta.


1 komentar:

Unknown said...

alay cursornya

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika