BAB V PEMBAHASAN
Gravimetri
adalah Analisis kuantitatif dengan cara penimbangan unsur atau senyawa unsur
tertentu dalam bentuk murni. Sebagian besar analisis gravimetri menyangkut
perubahan analit yang akan ditentukan menjadi suatu senyawa murni, stabil dan
diketahui rumus molekulnya. Berat analit dapat dihitung dari rumus dan berat
molekul senyawa yang ditimbang. Senyawa murni tertentu dapat diperoleh dari
cuplikan dengan cara :
1. Pengendapan
Sejumlah larutan yang diketahui suplikan
direaksikan dengan larutan peraksi tertentu yang akan mengandapkan ion/unsur
yang akan ditentukan sebagai senyawa. Endapan senyawa ini setelah disaring dan
dimurnikan lebih lanjut, ditimbang dan dari berat senyawa murni ini kemudian
dihitung jumlah kadar ion/unsur yang ditentukan.
2. Penguapan
Penguapan senyawa murni dari cuplikan dapat dilakukan dengan pemanasan atau
dengan mereaksikan cuplikan yang diketahui beratnya dengan pereaksi tertentu.
Kadar air dari suatu zat padat yaitu CuSO4.5H2O
dapat ditentukan dengan cara memanaskan sejumlah berat cuplikan ± 1 gram CuSO4.5H2O
pada suhu yang cukup. Pengurangan berat pada pemanasan ini menunjukan berat air
yang semula ada dalam cuplikan.
Penguapan air sebenarnya cukup dilakukan pada
suhu sedikit diatas 1000C, biasanya pada suhu 1050C – 1100C.
Untuk beberapa cuplikan dari jenis senyawa tertentu, pemanasan dapat dilakukan
jauh diatas 1000C, apabila senyawanya stabil pada suhu tinggi, maka
biasanya pemanasan dilakukan hanya pada suhu sedikit diatas 1000C.
Sebelum cawan porselen digunakan untuk
menimbang cuplikan CuSO4.5H2O, cawan porselen harus
ditentukan beratnya secara konstan. Yaitu cawan yang sudah bersih dan bebas
jelaga dipijarkan dalam tanur pada suhu ± 5500C selama 15 menit di
dalam tanur (apabila proses pemijaran dilakukan pada suhu yang lebih tinggi,
maka menggunakan furnice yang bersuhu 1100 – 17000C) Kemudian
didinginkan di dalam desikator selama 20 menit. Cawan porselen lalu ditimbang
hingga didapat berat konstan.
Gambar.1 Furnice
|
Cawan porselen dipijarkan pada suhu ± 5500C
selama 15 menit, karena apabila dilakukan di bawah suhu tersebut, kemungkinan
masih terdapat jelaga-jelaga yang masih menempel pada cawan sehingga dapat
menambah berat yang akan mempengaruhi pengamatan.
Setelah cawan porselen dipijarkan maka
perlakuan selanjutnya adalah didinginkan di dalam desikator. Hal tersebut
berfungsi untuk mendinginkan cawan agar tidak kontak dengan udara luar yang
akan mengakibatkan bertambahnya berat cawan dengan menempelnya uap air dari
luar apabila tidak disimpan di dalam desikator. Desikator berfungsi untuk
mnyerap uap air yang masih terdapat pada cawan porselen. Sebaiknya desiktor
yang digunakan pun harus terbuat dari bahan kaca bukan plastik, karena apabila
terbuat dari bahan plastik dikhawatirkan desikator tersebut tidak bisa menahan
panas dari cawan yang bersuhu sangat tinggi.
Desikator yang baik adalah desikator yang
masih dapat berfungsi menyerap uap air. Desikator yang masih menyerap uap air
ditandai dengan silika gel yang masih berwarna biru terang yang terdapat
dibagian bawah desikator yang dihalangi oleh sarangan. Apabila silika gel sudah
berwarna pudar, itu berarti penyerapan uap air sudah kurang optimal. Maka
sebaiknya sebelum silika gel digunakan, terlebih dahulu harus dipanaskan dalam
oven agar silika berwarna biru kembali. Cara membuka desikatorpun tidak sembarangan,
yaitu dengan cara menggeser tutup kesamping dengan hati-hati, bukan dengan
membuka tutup desikator ke atas. Karena akan mengakibatkan tutup desikator
tidak akan melekat dengan baik pada desikator. Maka penggunaan vaselin sangat
dianjurkan.
Gambar.2 Desikator
|
Cawan porselen yang telah dipijarkan sebaiknya
jangan langsung dimasukan ke dalam desikator, sebaiknya tunggu selama ± 5 menit
di udara (didinginkan di udara). Hal tersebut bertujuan untuk menjaga agar
desikator tetap berfungsi dengan baik. Karena apabila kita memasukan cawan
porselen dalam keadaan panas tanpa mendinginkan terlebih dahulu di udara,
dikhawatirkan tutup desikator akan tergeser (bumping) hingga terjatuh, karena
tekanan yang berada dalam desikator lebih besar (pengaruh panas dari cawan
porselen).
Gambar.3 Neraca
Digital
|
Cawan porselen yang sudah siap digunakan baru
dapat dipakai untuk menimbang cuplikan cuplikan CuSO4.5H2O
seberat ± 1 gram, dengan toleransi
sebesar 5%. Perhatikan neraca sebelum digunakan. Waterpass pada neraca harus
pada posisi ditengah. Hal tersebut dilakukan agar neraca tersebut menunjukan
berat yang akurat. Posisi cawan ketika hendak menimbang harus masih berada di
dalam desikator. Agar tidak ada interaksi dengan uap udara yang akan meyebabkan
penambahan berat.
Setelah itu dilakukan lagi pemijaran di dalam
tanur hingga sampel berubah warna dari
biru menjadi putih, hal tersebut menandakan bahwa air yang terdapat dalam
cuplikan telah teruapkan semua. Untuk cuplikan jenis senyawa yaitu CuSO4.5H2O
seperti bahan makanan atau bahan organik, pemanasan pada suhu 1050C
– 1100C selain menguapkan air yang terkandung di dalamnya juga dapat
menguapkan zat-zat lain yang mudah menguap. Dalam keadaan ini kadar air yang
terhitung sebenarnya bukan kadar air murni dari cuplikan tersebut tetapi
termasuk kadar zat yang mudah menguap pada suhu pemanasan yang ada dalam
cuplikan. Kemudian didinginkan sebentar di udara, lalu didinginkan kembali di
dalam desikator selama 20 menit. Proses terakhir yaitu penimbangan cuplikan
yang telah diuapkan.
Kadar air yang didapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Data dari berbagai kelompok praktikum, setelah dilakukan
perhitungan diperoleh hasil yang berbeda-beda tipis. Yaitu seperti data yang
tertera pada tabel di bawah ini :
Kelompok
|
Kadar
Air dalam CuSO4.5H2O
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
4,88
4,86
4,96
4,86
4,78
4,85
4,89
4,88
|
Rata-rata
|
4,87
|
Kadar
air tersebut cukup tepat, karena senyawa yang ditentukan kadar airnya yaitu
CuSO4.5H2O mengandung hidrat 5. Hasilnya tidak tepat seperti
rumus, karena banyak faktor yang menyebabkabnya, antara lain :
·
Cawan yang digunakan belum konstan (pemijaran dan
penimbangan dilakukan sampai konstan minimal 3 kali perlakuan) serta cawan
tersebut masih berjelaga. Sehingga memungkinkan mempengaruhi dalam perhitungan
kadar air pada sampel tersebut.
·
Praktikan kurang dapat mengatur jadwal, sehingga waktu
pendinginan cawan ke proses penimbangan ada jeda, jarak antara ruang
penimbangan dengan laboratorium agak jauh. Maka proses pendinginan yang terlalu
lam bisa mengakibatkan cawan tersebut sudah terkontaminasi dengan kondisi
lingkungan.
BAB VI KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan penentuan kadar
air dalam CuSO4.xH2O, dapat disimpulkan bahwa nilai x pada sampel, yang menyatakan
berat atau jumlah molekul H2O/hidrat pada sampel adalah x rata-rata
4,87 ~ 5. Maka rumus hidrat dari sampel senyawa tersebut adalah CuSO4.5H2O.
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David. 2000. Modern Analytical
Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
Staf Laboratorium Kimia Analitik. 2010. Petunjuk
Praktikum Analisis Kimia (Kualitatif & Kuantitatif). Laboratorium Kimia
Analitik Jurusan Kimia fakultas MIPA UNPAD. Bandung.
Sudjana, Moch. 1972. Kimia Analitik.
Koprasi Warga Sekolah Analis Kimia. Bandung.
1 komentar:
apa yg trjadi jika titrasi argentometri cara mohr dilakukan pada suasana asam?
Post a Comment