Friday, 14 September 2012

TITRASI ASAM BASA



2.1  Titrasi Asam Basa

Titrasi ini berdasarkan reaksi netralisasi asam dengan basa. Pada titik ekivalen, jumlah yang dititrasi ekivalen dengan jumlah basa yang dipakai. Untuk menentukan titik akivalen ini biasanya dipakai suatu indikator asam basa, yaitu suatu zat yang dapat berubah warnanya tergantung pada pH larutan. Macam indikator yang kita pilih harus sedemikian rupa, sehingga pH titik ekivalen titrasi terdapat pada daerah perubahan warna indikator. Jika pada suatu titrasi dengan indikator tertentu timbul perubahan warna, maka titik akhir telah tercapai. Jadi titik akhir titrasi, ialah saat timbulnya perubahan warna indikator yang dipakai. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik ekivalen dan selisihnya disebut kesalahan titrasi.

Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi ini. Indikator dapat berupa asam atau basa lemah. Indikator asam-basa sedikit terurai dengan air dan perubah warnanya tergantung pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan. Oleh karena pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen, perubahan warna indikator bergantung pada pH larutan pada titik ekivalensi


Indikator yang dapat digunakan pada titrasi asam-basa sebagai berikut,

Asam kuat-basa kuat
metil merah, phenolphthalein
Asam kuat-basa lemah
metil merah
Asam lemah-basa kuat
phenolphthalein
Asam lemah-basa lemah
Tidak ada indikator yang cocok

Tabel di bawah ini tertera beberapa indikator, perubahan interval pH dan perubahan warna yang dapat diamati, apabila indikator tersebut digunakan dalam titrasi.


Tabel 1
Indikator, perubahan interval pH dan perubahan warna
Indikator
Interval pH
Warna
Asam
Titik akhir
Basa
Metil jingga
3-5
merah
Jingga
Kuning
Metil merah
4-6
Merah
Kuning (jingga)
Kuning
Phenolphthalein
8-10
Tidak berwarna
Merah muda (pink)
Merah


2.1.1        Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Asam kuat dan basa terurai sempurna dalam air. Oleh karena itu, konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan. Pada titik ekivalensi dari titrasi asam-basa kuat, pH ditentukan oleh ionisasi air, yakni, pH sama dengan 7 pada 250C.


















Kurva titrasi dari titrasi asam kuat – basa kuat. Larutan NaOH 0,1 M ditambahkan dari Buret pada 0,25 mL larutan HCl 0,1 M dalam labu erlenmeyer.


2.1.2        Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Pada titrasi asam lemah atau basa lemah, ion hidrogen dan ion hidroksida dapat dihitung dari konsentrasi atau konstanta dari elektrolit lemah. Sebagai contoh untuk asam asetat.
Ka = [H+][OAc-]
                                                                     [HOAc]
                                                                
      = 1,75x10-5

Berikut ini adalah kurva titrasi dari asam lemah – basa kuat :



















Kurva titrasi asam lemah – basa kuat. Larutan 0,1 M NaOH ditambahkan dari buret ke 25,0 mL larutan CH3COOH 0,1 M dalam labu erlenmeyer. Oleh karena terjadi hidrolisis pada garam yang terbentuk, pH pada titik ekivalen lebih besar daripada 7.




2.1.3        Titrasi Basa Lemah dan Asam Kuat
           
Sebagai contoh titrasi HCl, asam kuat dengan NH3 basa lemah berikut:

                  HCl (aq) + NH3(aq)                  NH4Cl(aq)

Pada titik ekivalen, pH-nya lebih kecil daripada 7 karena hidrolisis ion NH4+ :
     
                  NH4+(aq) + H2O(l) Û NH3 (aq) + H3O+(aq)





Karena larutan amonia berair mudah menguap, akan lebih mudah apabila asam klorida saja yang kita tambahkan dari buret ke larutan amonia. Berikut ini kurva titrasi untuk percobaan ini :


















Kurva titrasi asam kuat – basa lemah. Larutan 0,1 M HCl ditambahkan dari buret ke 25,0 mL larutan NH3 0,1 M dalam labu erlenmeyer. Oleh karena terjadi hidrolisis pada garam yang terbentuk, pH pada titik ekivalen lebih rendah daripada 7.


Percobaan 1 : Pembuatan Larutan Baku
Untuk menentukan konsentrasi sauatu larutan asam atau basa, diperlukan suatu larutan baku, yaitu suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya, dan biasanya berupa larutan asam atau basa yang mantap (konsentrasinya tidak cepat berubah). Sebagai larutan baku primer dapat dipakai larutan asam oksalat.

  1. Cara membuat larutan baku primer asam oksalat 0,0500 M
Asam oksalat : (COOH)2. 2H2O Mr = 126,070
-          Timbang asam oksalat 6,3035 gram dengan teliti
Larutan dalam air (Aqua dm) di dalam labu takar 1000 mL.

-         Konsentrasi lartutan =  6,3035 x 1 M = 0,0500 M
 126,070


  1. Penentuan konsentrasi larutan NaOH dengan larutan baku asam oksalat
Prinsip reaksi :
                        2 NaOH + (COOH)2                      (COONa)2 + 2 H2O

           
Cara pengerjaan :
-          Buret yang telah bersih dibilas dengan larutan NaOH yang akan dipakai, sebanyak 3 kali @ 5 mL, lalu diisi dengan larutan NaOH ini
-          Pipet 25 mL larutan asam oksalat standar ke dalam labu titrasi 250 mL (gunakan pipet seukuran). Lakukan duplo (pengulangan sebanyak 2 kali)
-          Tambahkan 4 tetes indikator fenoftalein
-          Catat keadaan kolom dalam buret, lalu teteskan NaOH dari buret ke dalam larutan asam dengan hati-hati sampai terjadi perubahan warna (dari tak berwarna menjadi merah muda)
-          Catat keadaan akhir buret dan jumlah NaOH yang dipakai, ialah selisih antara keadaan semula dengan keadaan akhir buret

Perhitungan konsentrasi larutan NaOH 
                  Misalkan dipipet 25 mL asam oksalat 0,0500 M dan pemakaian NaOH rata-rata dengan duplo 20,00 mL. Jika kemolaran NaOH = Z, maka

20 x Z x 1 = 25 x 0,0500 x 2

Z = 25 x 0,00500 x 2 = 0,1250 M
   20,00

Mr NaOH                          = 40,00
Jadi, konsentrasi NaOH    = 0,1250 M
                                          = 0,1250 x 40,00 gram
                                          = 5,00 gram/liter

  1. Penentuan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH

Prinsip Reaksi:
HCl + NaOH              NaCl + H2O
           
Cara pengerjaan :
-          pipet 25 mL larutan HCl masukkan ke dalam labu titrasi 250 mL. Lakukan duplo (2 kali pengerjaan)
-          larutan NaOH, yang telah ditentukan konsentrasinya terhadap larutan baku primer asam oksalat, diisikan ke dalam buret
-          pengerjaan selanjutnya sama dengan titrasi NaOH terhadap larutan baku primer asam oksalat, tetapi sebagai pengganti asam oksalat digunakan larutan HCl

Perhitungan :
            Misalkan larutan HCl yang dititrasi dipipet 25 mL dan konsentrasi NaOH (Z) = 0,1250 M. Sedangkan pemakaian rata-rata misalkan 20,00 mL. Jika konsentrasi HCl = Y M

25 x Y x 1 = 20,00 x Z x 1

25 x Y x 1 = 20,00 x 0,1250 x 1

Y = 20,00 x 0,1250 = 0,100 M
                                         25


kalau Mr HCl = 36,46, maka konsentrasi HCl adalah
                        0,10000 M = 0,1000 x 36,46 gram/liter = 2,646 gram/liter

Pertanyaan : Hitung konsentrasi HCl pro titrasi dalam g/L ?

  1. Penentuan konsentrasi larutan CH3COOH dengan larutan NaOH

Cara pengerjaan :
-          pipet 25 mL larutan CH3COOH masukkan ke dalam labu titrasi 250 mL. Lakukan triplo (3 kali pengerjaan)
-          larutan NaOH, yang telah ditentukan konsentrasinya terhadap larutan baku primer asam oksalat, diisikan ke dalam buret
-          pengerjaan selanjutnya sama dengan titrasi NaOH terhadap larutan baku primer asam oksalat, tetapi sebagai pengganti asam oksalat digunakan larutan CH3COOH

  1. Penentuan konsentrasi larutan NH3 dengan larutan HCl

Cara pengerjaan :
-          pipet 25 mL larutan NH3 masukkan ke dalam labu titrasi 250 mL. Lakukan triplo (3 kali pengerjaan) indikator yang digunakan adalah metil merah
-          larutan HCl, yang telah ditentukan konsentrasinya diisikan ke dalam buret
-          lakukan titrasi sampai terjadi perubahan warna

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika