Protein
merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh. Di dalam sebagian
besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air.
Dierkirakan 50% berta kering sel dalam jaringan hati dan daging berupa protein.
Di dalam tubuh manusia, proten dapat membentuk jaringan pengikat misalnya
kolagen dan elastin, serta membentuk prtein inert seperti rambut da kuku.
Selain itu protein dapat bertindak sebagai enzim, antibodi, danbagian sel yang
dapat bergerak seperti protein pada otot.
Secara keseluruhan protein merupakan
polipeptida yang tersusun dari erangkaian asam-asam amino dengan berat molekul
yang relatif sangat besar antara 8.000 sampai 10.000.
meskipun protein merupakan polipeptida, tetapi banyak yang mengandung bahan selain asam amino seperti heme, derivat vitamin,lipid, serta karbohidrat. Protein demikian disebut sebagai protein kompleks, sedangkan protein yang hanya tersusun dari asam amino disebut protein sederhana.
meskipun protein merupakan polipeptida, tetapi banyak yang mengandung bahan selain asam amino seperti heme, derivat vitamin,lipid, serta karbohidrat. Protein demikian disebut sebagai protein kompleks, sedangkan protein yang hanya tersusun dari asam amino disebut protein sederhana.
Protein memiliki beberapa sifat yang besar
sekali pengaruhnya terhadap makanan, seperti :
·
Perbedaan rasa dan tekstur beberapa jenis daging (ayam,
sapi, kambing, dan sebagainya) disebabkan oleh terjadinya kmbinasi asam-asam
amino dalam pembentukan molekul protein.
·
Konfigurasi protein dapat diubah dengan perlakuanfisik
maupun kimia, seperti : putih telur yang terdenaturasi akibat pemanasan, air
susu akan menghasilkan crude bila ditambah asam.
·
Protein dapat mengalami degradasi yaitu pemecahan mlekul
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana. Hasil degradasi dapat berbentuk
protesa, pepton, plipeptida, peptida, asam amino, NH3, dan unsur N. Dari prpses
degradasi ini dihasilkan juga berbagai macam hasil sampingan yang berbau busuk
seperti senyawa mercaptan, skatol, putrescine, dan H2S.
Pengendapan protein penting dalam usaha
memisahkan protein dan larutan atau dari campuran protein kasein susu,
mengisasi enzim papain dari buah pepaya dan lain-lain. Pengendapan protein
dapat dilakukan dengan cara penambahan asam, alkali, atau juga dengan cara
penambahan garam dari logam berat.
Berubahnya susunan ruang atau rantai
polipeptida suatu molekul protein disebut denaturasi. Ada 2 macam denaturasi
yaitu pengembangan rantai polipeptida dan pemecahan protein menjadi unit yang
lebih kecil tanpai disertai pengembangan mlekul. Pengembangan rantai
polipeptida terjadi pada rantai polipeptida, sedangkan pemecahan protein
terjadi pada bagian-bagian molekul yang tergabung dalam ikatan sekunder.
Pengembangan molekul protein yang
terdenaturasi akan membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida.
Selanjutnya akan terjadi pengikatan kembali gugus reaktif yang sama atau
berdekatan. Bila unit ikatan yang terbentuk cukp banyak sehingga protein tidak
lagi terdispersi sebagai suatu kolod, maka protein tersebut mengalami
koagulasi.
Protein yang terdenaturasi akan berkurang
kelarutannya. Lapisan molekul protein yang bersifat hidrofobik berbalik keluar,
sedangkan bagian luar yang bersifat hidrofil terlipat ke dalam. Perlipatan atau
pengembangan ini terjadi disekitar titik isoelektris.
Adanya gugus amino bebas dan gugus karboksil
bebas pada ujung-ujung rantai molekul protein menyebabkan protein bersifat
amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam maupun basa. Pada pH tertentu muatan
gugus amino dan karboksilat bebas saling menetralkan sehingga mlekul protein
tidak bermuatan. Nilai pH dimana molekul protein tidak bermuatan listrik
disebut titik isoelektris. Tiap jenis protein mempunyai ttitik iselektris yang
berlainan.
Kasein merupakan bagian terbesar protein susu
dan kira-kira 35 g/L susu. Kebanyakan protein pada isoelektrik kelarutannya
paling kecil dan dengan dasar digunakan untuk mengisolasi kasein. Dengan
mengatur pH susu pada titik isoelektrik (pH 4,8), maka kasein dapat diendapkan.
Kasein juga bersifat tidak larut dalam larutan alkohol, sifat ini digunakan
sebagai dasar menghilangkan lemak yang tidak dikehendaki dari kasein.
Gelatin merupakan protein yang diperoleh dari
collagen (sejenis jaringan penghubung). Viskositas sol protein seperti gelatin
bervariasi atau berbeda-beda tergantung dengan faktor-faktor seperti ukuran
molekul, bentuk molekul, suhu, derajat hidrasi, konsentrasi, dan pH. Pada
umumnya pada konsisi titik iselektris absorbsi air meningkat sampai kondisi
maksimum tercapai dan terjadi penetralan ion hidroksil dan hidrogen. Hasilnya
akan meningkat pada hidrolisis gelatin. Metde dalam preparasi gelatin adalah
titik isoelektrik. Acid-prepares gelatine memiliki titik isoelektris
antara 7 sampai 9 dan Alkaline-prepared gelatine memiliki titik
isoelektris antara 4,7 sampai 5,0. Ketika sol gelatin telah dingin dengan suhu
di bawah 350C, visksitasnya akan meningkat sampai terjadi gelasi. Keefektifan
gelatin sebagai “gelling agent” berasal dari asam amino penyusunnya, kira-kira
1/3 bagian glysine or alanin, ¼ merupakan prolin dan hidrksiprolin. Rigiditas
dari gel meningkat dengan semakin tingginya konsentrasi gelatine dan tergantung
juga dari pH serta keberadaan dari komponen lain seperti komponen
non-elektrolit (sukrosa) atau enzim proteolitik.
4.2 Reaksi Pewarnaan
A. reaksi Biuret
Biuret dapat dihasilkan dengan memanaskan urea
pada suhu ± 1800C.
Kalau suspensi protein dibuat alkalis dengan
larutan NaOH, lalu ditambahkan larutan CuSO4 akan dihasilkan biuret yang
berwarna ungu. Reaksi ini positif untuk zat yang mengandung dua atau lebih
ikatan peptida. Reaksi ini negatif untuk asam amino yang tidak mempunyai ikatan
peptida atau yang hanya mengandung 1 ikatan peptida.
Bahan-bahan :
·
Albumin
·
Urea
·
NaOH 19%
·
CuSO4 0,1 N
Alat-alat : tabung reaksi
Cara kerja :
a. Siapkan dan bersihkan 2 buah tabung reaksi
b. Masukkan 1 mL albumin 2% ke dalam tabung
reaksi, kemudian tambahkan 1 mL NaH 10%, aduk kuat-kuat.
c. Tambahkan pada campuran tadi satu tetes
larutan CuSO4 0,1% dan kocok kembali.
d. Bila terbentuk warna merah ungu, tambahkan
lagi CuSO4 0,1% tetes demi tetes sampai terbentuk warna (maksimum 10 tetes).
e. Masukkan sedikit urea ke dalam tabung reaksi,
panaskan dengan hati-hat sampai urea melebur (jangan sampai gosong). Perhatikan
baunya. Bila sudah dingin akan mengeras, larutkan zat tersebut dan lakukan
reaksi seperti pada pekerjaan (a) sampai (b).
4.3 Sifat koagulasi Protein
A.
pembentukan endapan dengan asam dan alkali
Bahan-bahan :
·
Albumin, gelatin
·
Larutan HCl pekat
·
Larutan asetat glasial
·
Larutan NaOH
Alat-alat : tabung reaksi dan pipet tetes.
Cara kerja :
a. Siapkan dan bersihkan 3 buah tabung reaksi.
b. Masukkan 1 mL larutan albumin atau gelatin 2%
ke dalam setiap tabung reaksi.
c. Pada tabung reaksi ke-1 tambahkan tetes demi
tetes HCl pekat. Perhatikan perubahan yang terjadi.
d. Diamkan kira-kira selama 90 menit, perhatikan
perubahan yang terjadi.
e. Tabung dikock hati-hati, lalu panaskan,
perhatikan pula perubahan yang terjadi.
f.
Ulangi dengan asam asetat glasial dan larutan NaOH pada
tabung reaksi ke-2 dan ke-3. Catat perbedaan pengaruh terhadap pengendapan
protein dalam larutan tersebut.
B. Pembentukkan endapan dengan garam dari
logam berat
Bahan-bahan :
·
Albumin, gelatin
·
Larutan 0,2% CuSO4, FeCl3, HgCl2, PbAc
Alat-alat :
·
Tabung reaksi
·
Pipet tetes
Cara kerja :
a. Siapkan dan bersihkan tabung reaksi.
b. Masukkan 1 mL larutan albumin 0,2% atau
gelatin, lalu tambahkan larutan 0,2 CuSO4 tetes demi tetes sampai terbentuk
endapan. Amati!
c. Ulangi percobaan ini dengan larutan 0,2%
FeCl3, HgCl2, dan PbAc.
C. Denaturasi dan Koagulasi
Bahan-bahan :
·
Larutan casein 5%
·
Larutan buffer asetat dengan pH 6,0 ; 5,3 ; 5,0 ; 4,7 ;
dan 3,8.
Alat-alat :
·
Tabung reaksi
·
Penangas air
·
Pipet tetes
Cara Kerja :
a. Siapkan dan bersihkan 5 buah tabung reaksi.
b. Masukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi
1mL larutan casein 0,5%.
c. Tambahkan 1 mL larutan buffer asetat dari
setiap pH, setelah itu kocok kuat-kuat.
d. Perhatikan perubahan yang terjadi dan catat
derajat kekeruhan setelah 0, 10 dan 30 menit.
e. Setelah 30 menit, panaskan dalam penangas air,
perhatikan perubahan yang terjadi.
D. Titik Isolektris
Bahan-bahan :
·
Kasein, albumin, gelatin
·
Larutan NaOH 1 N
·
Larutan asam asetat 0,1 N
Alat-alat :
·
Labu ukur 50 mL
·
Tabung reaksi
Cara Kerja :
·
Siapkan dan bersihkan 10 tabung reaksi.
·
Ke dalam labu ukur 50 mL masukkan kasein murni sebanyak
0,3 gram dan tambahkan 25 mL akuades dan panaskan pada suhu kira-kira 400C.
·
Tambahkan 5 mL larutan NaOH 0,1 N, lalu kocok sampai
kaseinnya larut. Selama pengocokan harus dijaga jangan sampai timbul busa.
·
Tambahkan 5 mL larutan asam asetat 0,1 N dan encerkan sampai
vlume 50 mL sehingga didapatkan kasein dalam 0,1 N Na-asetat.
·
Lakukan pada tabung reaksi berturut-turut sebagai berikut
:
Perlakuan
|
No Tabung
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
MI 0,01 N Asam Asetat
|
0,6
|
1,2
|
2,5
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
MI 0,1 N Asam Asetat
|
-
|
-
|
-
|
0,5
|
1,0
|
2,0
|
4,0
|
8,0
|
-
|
-
|
MI 1,0 N Asam Asetat
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1,6
|
3,3
|
MI akuades
|
8,4
|
7,8
|
6,5
|
8,5
|
8,0
|
7,0
|
5,0
|
1,0
|
7,4
|
5,7
|
MI kasein dalam 0,1 N Na-asetat
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
·
Tambahkan larutan asa, asetat dalam tabung reaksi
pertama, lalu akuades dan kocok. Kemudian tambahkan larutan kasen pada tabung
ke-1 dan segera kocok. Selanjutnya pada tabung reaksi ke-2 dan seterusnya
sampai tebung reaksi ke-10.
·
Perhatikan tabung-tabung reaksi tersebut setelah 10 menit
dan 20 menit. Catat hasil percobaan tersebut pada tabel berikut dengan
tanda-tanda :
0
= tidak ada perubahan
t =
ada perubahan
x = ada
endapan
Perlakuan
|
No Tabung
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
|
Setelah 10 menit pencampuran
|
||||||||||
Setelah 20 menit pencampuran
|
E. Salting out
Sebagian besar protein tidak larut dalam
larutan garam yang pekat. Bila dalam suatu larutan protein ditambahkan garam,
maka daya larutnya akan berkurang sehingga protein tersebut akan terpisah
sebagai endapan. Prinsip ini digunakan untuk memisahkan protein dari campuran
dengan senyawa lainnya.
Bahan-bahan :
·
Albumin
·
Amonium sulfat
·
NaOH, NaCl, MgSO4, dan Na2SO4
Alat-alat :
·
Erlenmeyer
·
Tabung reaks
·
Batang pengaduk
Cara kerja :
a. Panaskan 0 mL larutan albumin pada suhu
kira-kiran 400C, tambahkan padatan amonium sulfat hingga titik kejenuhan. Bila
terbentuk endapan pada pinggiran tabung, aduk dengan batang pengaduk, kemudian
saring dengan menggunakan kertas saring.
b. Tes filtrat dengan pereaksi biuret setelah
ditambahkan padatan NaOH (periksa dengan kertas lakmus). Pemeriksaan diperlukan
karena adanya amonium sulfat, alkali akan membebaskan amoniak yang akan
membentuk warna biru tua dengan Cu yang dapat memberikan kesalahan warna
biuret.
c. Bandingkan percobaan ini dengan menggunakan
naCl, MgSO4, dan Na2SO4.
Percobaan 2 ; pengaruh “In Situ Enzyme” pada
gel gelatin (Connie M Weater & James R Daniel. 2003)
Pendahuluan dan Tujuan
Gel gelatin dapat dipengaruhi berbagai faktor
khususnya keberadaan atau ketiadaan enzim proteolitik dalam bahan yang
ditambahkan pada gelatin. Pengaruh dari enzim protelitik tergantung dari
perlakuan panas awal dari materi makanan yang mengandung enzim.
Tujuan dari percobaan ini adalah untum
meneliti pengaruh panas awal pada enzim prteolitik pada nenas dan pengaruh dari
penambahan nenas pada tekstur gelatin.
Bahan-bahan untuk gelatin kontrol
·
Gelatin non-flavor – 1 g
·
Air (suhu ruang) – 7 mL
·
Air mendidih – 15 mL
·
Sukrsa – 12,5 g
·
Sari buah konsentrasi jeruk beku – 7 mL
·
Air es – 23 mL
·
Sari buah lemon – 1 mL
·
Nenas beku/segar, puree – 20 g
·
Nenas kalegan, puree – 20 g
Perlakuan
1. Kontrol
2. Penambahan pure nenas segar atau beku ke dalam
beaker
3. Penambahan pure nenas kalengan ke dalam beaker
Prosedur
1. Siapkan beaker 100 mL, rendam gelatin dalam
air (suhu ruang) selama 5 menit.
2. Tambahkan air mendidih dalam dispersi
gelatin-air dan aduk sampai gelatin larut.
3. Campurkan sukrosa, konsentrat sari buah jeruk,
air es, dan sari lemon
Tugas
1. Sebukan cara-cara mendenaturkan protein dan
akibatnya bagi pencernaan?
2. Jelaskan pembuatan dan penggunaan gelatin?
DAFTAR PUSTAKA
Weaver, M Connie., Daniel,R James. 2003. The
Food Chemistry Laboratory, A Manual for Experimental Foods, Dietetiescs, adn
Fod Scientist. CRC Press. Washingtn D. C
0 komentar:
Post a Comment