Tuesday 18 September 2012

Penentuan Kadar Lemak


BAB V PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan penetapan kadar lemak pada biskuit H, yang ada di pasaran dengan menggunakan metode soxhlet (metode ekstraksi kering). Ekstraksi soxhlet merupakan salah satu metode pemisahan yang dapat diandalkan untuk memisahkan lemak yang terdapat dalam biskuit. Prinsip dari metode soxhlet ini pada dasarnya sama dengan metode ekstraksi lainnya yaitu distribusi analit diantara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Pada percobaan ini dua pelarut yang digunakan adalah heksan dan air. Heksan diletakkan dalam labu alas bulat, sedangkan air terdapat pada pendingin bola. Lemak merupakan senyawa organik dan bersifat nonpolar, Heksan juga merupakan suatu pelarut organik dan bersifat nonpolar. Karena kepolaran yang sama ini maka lemak dapat terekstrak kedalam Heksan. Banyaknya lemak yang terekstraksi dapat dihitung dengan mengurangkan massa labu alas bulat + batu didih setelah proses ekstraksi dengan massa labu alas bulat + batu didih setelah proses ekstraksi.


Pada percobaan ini, biskuit yang telah dihaluskan sebanyak ± 5 gram dibungkus dengan kertas saring lalu dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Alat ekstraksi soxhlet tersebut dihubungkan dengan kondensor dan labu lemak yang telah diisi dengan pelarut lemak. Penentuan kadar lemak pada biskuit tersebut dilakukan selama ± 3 jam.
Penetapan kadar lemak pada biskuit tersebut dengan metode soxhlet ini dilakukan dengan cara mengeluarkan lemak dari biskuit dengan pelarut anhydrous. Pelarut anhydrous merupakan pelarut yang benar-benar bebas air. Hal tersebut bertujuan supaya bahan-bahan ynag larut air tidak terekstrak dan terhitung sebagai lemak serta keaktifan pelarut tersebut tidak berkurang. Sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 gram dan kemudian dibungkus atau ditempatkan dalam kertas saring (selongsong tempat sampel), yang terbungkus rapi. Selanjutnya labu kosong diisi butir batu didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan didinginkan, labu diisi dengan pelarut anhydrous.
Selongsong sampel yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan .



Gambar 1 Penempatan Selongsong di alat Soxhlet
 

Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik melewati soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke kertas saring. Pelarut melarutkan lemak dalam kertas saring, larutan sari ini terkumpul dalam kertas saring dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).




Gambar 2 Rangkaian Alat Soxhlet
 

Massa labu alas bulat dan batu didih sebelum diekstraksi adalah 107,3692 gram, sedangkan massa labu alas bulat setelah ekstraksi soxhlet dan evaporator untuk menghilangkan Heksan adalah 106,8967 gram. Dari hasil perhitungan didapatkan kadar lemak dalam Biskuit H yang dianalisis adalah 9,41 %. Hasil yang diperoleh dari praktikum ini adalah kadar lemak dari sampel yang didapatkan melalui rumus. Kadar lemak diperoleh melalui selisih berat labu lemak akhir dengan berat labu lemak awal, dibagi dengan berat sampel, kemudian dikalikan 100%.
Selanjutnya biskuit yang telah diuji kadar lemaknya dibandingkan dengan “Tabel Komposisi Bahan Pangan Indonesia” adalah sebesar 14,4 % yang bernilai jauh lebih rendah dari persentase kadar lemak pada percobaaan yaitu sebesar 9,47%.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut, tipe pelarut (Lucas dkk 1949). Berdasarkan literatur tersebut, kesalahan pada percobaan ini dapat disebabkan karena ketidaktepatan faktor-faktor tersebut, misalnya pada percobaan ini ekstraksi baru mulai setelah proses ekstraksi berjalan selama ± 3 jam. Kesalahan tersebut termasuk kesalahan waktu ekstraksi. Selain itu, kuantitas pelarut yang digunakan tidak tepat sehingga dapat mempengaruhi jumlah kadar lemak yang terekstraksi.

BAB VI KESIMPULAN
Kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan dapat ditentukan dengan cara menghitung selisih berat labu lemak akhir dengan berat labu lemak awal, dibagi dengan berat sampel, kemudian dikalikan 100%. Berdasarkan hasil percbaan didapatkan kadar lemak pada Biskuit H adalah 9,47%.
Dengan demikian, kadar lemak pada biskuit yang diperoleh dari percobaan ini tidak sesuai dengan literatur karena persentase kadar lemak biskuit pada “Tabel Komposisi Bahan Pangan Indonesia” adalah sebesar 14,4 % yang bernilai jauh lebih rendah dari persentase kadar lemak pada percobaaan.

BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Mengenal Jenis Biskuit. www.ebookpangan.com diakeses 28 Januari 2012.
Anonim. 2010. Biskuit. www.wikipedia.org. diakeses tanggal 25 Januari 2012.
Anonim. 2010. Lemak. www.wikipedia.org. diakeses tanggal 28 Januari 2012.
Darmasih. 1997. Prinsip Soxhlet. peternakan.litbang.deptan.go.id/user/ptek97-24.pdf. diakeses tanggal 24 Januari 2012.
Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Jakarta: Penerbit EGC.
Lucas, Howard J, David Pressman. 1949. Principles and Practice In Organic Chemistry. New York: John Wiley and Sons, Inc.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering Chemistry. Easton: Eschenbach Printing Company. 

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika