Wednesday 26 December 2012

Titrasi Asam Basa


BAB V PEMBAHASAN
            Titrasi Asam Basa bertujuan menetapkan kadar sampel asam (acidic samples) dengan menitrasinya dengan larutan baku (alkalimetri) atau sampel basa (basic samples) dengan larutan baku asam (asidimetri). Reaksi didasarkan pada netralisasi proton, H+ atau H3O+, asam oleh ion hidroksi, OH- (basa) atau sebaliknya.

                                                H3O+ + OH- ↔ 2H2O
            Prinsip yang mendasari dari percobaan ini adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara 1 mek (milli ekivalen) asam dengan 1 mek basa yang menghasilkan garam dan air. Pada percobaan ini dilakukan titrasi metode asidimetri (penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan standar asam) dan alkalimetri (penentuan kadar asam dengan standar basa).
            Pada percobaan metode alkalimetri ini, larutan asam asetat hendak ditentukan kadarnya dengan larutan KOH 0,1 M yang sudah distandarisasi. Ada tiga indikator yang harus dipilih mana yang paling cocok dalam titrasi penentuan kadar asam asetat, yaitu :
Indikator
Trayek pH
Perubahan Warna
Phenolphtalein (PP)
Metil Merah
Metil Jingga
8,3 – 10
4,2 – 6,3
3,1 – 4,4
Tak berwarna – Merah
Merah – Kuning
Merah – Jingga

Pemilihan indikator yang tepat adalah phenolphtalein dikarenakan penitran yang digunakan adalah basa kuat (Kalium Hidroksida) dengan asam lemah (Asam Asetat), sehingga pH pada saat titik akhir titrasi, yaitu pada saat kelebihan satu tetes penitran saat titik ekivalen dimana kalium hidroksida sebagai penitran, pH nya basa, dimana indikator phenolphtalein bekerja, yang memiliki trayek pH 8,0 – 9,6. 
Apabila larutan baku primer, larutan baku sekunder, indikator yang tepat telah siap, selanjutnya adalah persiapan peralatannya. Pipet volum dan buret harus dibilas dengan akuadest untuk menghilangkan pengotor lain atau larutan sisa penggunaan buret sebelumnya yang dikhawatirkan masih menempel, kemudian dibilas dengan larutan yang akan digunakan masing-masing minimal 3 kali. Tujuannya agar buret terbilas dengan larutan, dimana larutan tersebut yang akan digunakan pada saat titrasi dilakukan, sehingga sisa-sisa akuadest dalam buret atau dalam pipet volum tidak menyebabkan terjadinya pengenceran terhadap larutan yang hendak digunakan yang akan menyebabkan kesalahan pada saat pengamatan serta perhitungan.
Penitaran dilakukan dengan menambahkan penitran Kalium Hidroksida tetes demi tetes sambil labu erlenmeyer digoyangkan dengan kuat. Hal ini bertujuan agar reaksi antara Kalium Hidroksida dengan asam asetat terjadi dengan baik dan cepat, dan juga TA (titik akhir) yang diidentifikasi lebih teliti lagi dengan penambahan tetes demi tetes tersebut. Penitran diakhiri bila warna merah rose pucat didapat (titik akhir dicapai). Bila saat penitaran ada penitran yang menempel pada dinding labu erlenmeyer, maka dinding labu erlenmeyer harus dibilas dengan akuadest agar penitran turun ke bawah bercampur dengan larutan dan beraksi segera bersama asam asetat. Hal ini dikarenakan satu tetes penitran sangat berpengaruh pada hasil penitaran.
Setelah titik akhir didapat, volume penitran dibaca. Pembacaan buret, buret harus terpasang pada statif dengan lurus, mata harus sejajar dengan skala miniskus, agar tidak terjadi kesalahan paralaks (Kesalahan pembacaan skala ukur).
Pembacaan buret dengan pembagian setiap skala 0,1 mL untuk kesalahan pembacaan yang nyata lebih baik dari ± 0,01 – 0,03 mL.
Skala buret yang terbaca pada gambar disamping adalah 34, 45 mL.

 (Harvey, D. 2000)

Gambar. 1 Pembacaan Buret
 




Cara kerja indikator phenolphtalein yaitu sebagai berikut :
Gambar. 2 Reaksi Phenolphtalein
 

 (Underwood dan Day, 1998)
            Asam lemah tidak berwarna dan ion-ionnya berwarna merah muda. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi kesetimbangan ke arah kiri dan mengubah indikator menjadi tidak berwarna. Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang mengarah ke kanan untuk menggantikannya (mengubah) indikator menjadi merah muda.
Untuk menentukan indikator yang digunakan, harus diketahui pH pada saat titik ekuivalen. pH pada saat titik ekuivalen yaitu :
    mmol          
mula-mula              1,972           1,972
reaksi                    -1,972          -1,972          1,972
setimbang                  -                    -             1,972         
C
       
Kb
Kb =
      = 
  = 
   =
  =
pOH =
pH =
      =

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat ditentukan bahwa pH pada saat titik ekuivalen adalah 8,78. Maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein, sesuai dengan tabel indikator asam basa di bawah ini :

Indikator
Trayek pH
Perubahan Warna
Fenolftalein
8,3-10
Tak berwarna-merah muda
Metil merah
4,2-6,3
Merah-kuning
Metil jingga
3,1-4,4
Merah-jingga

            Proses titrasi dilakukan duplo (dua kali), agar didapat data pengamatan yang dapat dibandingkan, dimana data akhir adalah rata-rata yang didapat dari hasil percobaan penetapan konsentrasi Kalium Hidroksida (standarisasi Kalium Hidroksida). Didapat konsentrasi KOH 0,1000 N. konsentrasi harus dinyatakan empat angka dibelakang koma, karena sifatnya yang dibutuhkan sebagai standar yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel, sehingga diperlukan konsentrasi secara tepatnya.

            Setelah standarisasi dilakukan, selanjutnya larutan asetat ditentukan kadarnya. Dengan prosedur yang sama dengan standarisasi KOH, dimana 10 mL dipipet lalu ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein kemudian dititrasi dengan KOH hingga TA (titik akhir) didapat, yaitu merah rose pucat.



Gambar 3. Perubahan Warna Larutan Pada Saat Titrasi
 



Penitaran dilakukan duplo juga. Kadar asetat didapat dengan cara merata-ratakan volume akhir KOH, sehingga didapatkan dengan perhitungan kadar asetat adalah 0,1972 N. Kesalahan yang mungkin terjadi pada saat titrasi antara lain berasal dari :
·         Keadaan buret yang kurang baik, dimana didapatkan buret dalam keadaan bocor pada kerannya, sehingga ada penitran yang tidak masuk ke dalam labu erlenmeyer, akan tetapi terbaca sebagai penitran yang bereaksi dengan analit dalam labu erlenmeyer.
·         Kesalahan pembacaan skala buret (paralaks), yang akan mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.
·         Human error atau kurangnya ketelitian (tidak analitik) dalam bekerja.
·         Kesalahan pengamatan pada saat pengamatan titik akhir. Dimana Titik ekivalen sudah terlampaui, sehingga titik akhir telah berlebih yamg mengakibatkan warna larutan tidak merah muda sangat pucat tetapi sudah berubah menjadi merah.




BAB VI KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan, didapatkan  pH larutan pada saat titik ekuivalen adalah 8,78 sehingga indikator yang digunakan adalah fenolftalein sesuai dengan trayek pH nya 8,3-10. Sedangkan kadar Asam Asetat dengan peniter KOH 0,1 N sebesar 0,1972 N.


BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Dika. 2010. Alkalimetri. http://dika96.wordpress.com/2010/07/
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
Sudjana, Moch. 1972. Kimia Analitik. Koprasi Warga Sekolah Analis Kimia. Bandung.
Sumarna, A. 2009. Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri). Pusdiklat. Bogor.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi ke lima Diterjemahkan oleh L. Sopyan, Dr. Ir. Erlangga. Jakarta.

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika