BAB V PEMBAHASAN
Titrasi
Asam Basa bertujuan menetapkan kadar sampel asam (acidic samples) dengan
menitrasinya dengan larutan baku (alkalimetri) atau sampel basa (basic samples)
dengan larutan baku asam (asidimetri). Reaksi didasarkan pada netralisasi
proton, H+ atau H3O+, asam oleh ion hidroksi,
OH- (basa) atau sebaliknya.
H3O+
+ OH- ↔ 2H2O
Prinsip
yang mendasari dari percobaan ini adalah reaksi netralisasi, yaitu reaksi antara
1 mek (milli ekivalen) asam dengan 1 mek basa yang menghasilkan garam dan air.
Pada percobaan ini dilakukan titrasi metode asidimetri (penentuan kadar suatu
larutan basa dengan larutan standar asam) dan alkalimetri (penentuan kadar asam
dengan standar basa).
Pada
percobaan metode alkalimetri ini, larutan asam asetat hendak ditentukan
kadarnya dengan larutan KOH 0,1 M yang sudah distandarisasi. Ada tiga indikator
yang harus dipilih mana yang paling cocok dalam titrasi penentuan kadar asam
asetat, yaitu :
Indikator
|
Trayek pH
|
Perubahan Warna
|
Phenolphtalein
(PP)
Metil Merah
Metil Jingga
|
8,3 – 10
4,2 – 6,3
3,1 – 4,4
|
Tak berwarna
– Merah
Merah –
Kuning
Merah –
Jingga
|
Pemilihan indikator yang tepat adalah
phenolphtalein dikarenakan penitran yang digunakan adalah basa kuat (Kalium
Hidroksida) dengan asam lemah (Asam Asetat), sehingga pH pada saat titik akhir
titrasi, yaitu pada saat kelebihan satu tetes penitran saat titik ekivalen
dimana kalium hidroksida sebagai penitran, pH nya basa, dimana indikator
phenolphtalein bekerja, yang memiliki trayek pH 8,0 – 9,6.
Apabila larutan baku primer, larutan baku
sekunder, indikator yang tepat telah siap, selanjutnya adalah persiapan
peralatannya. Pipet volum dan buret harus dibilas dengan akuadest untuk
menghilangkan pengotor lain atau larutan sisa penggunaan buret sebelumnya yang
dikhawatirkan masih menempel, kemudian dibilas dengan larutan yang akan digunakan
masing-masing minimal 3 kali. Tujuannya agar buret terbilas dengan larutan,
dimana larutan tersebut yang akan digunakan pada saat titrasi dilakukan,
sehingga sisa-sisa akuadest dalam buret atau dalam pipet volum tidak
menyebabkan terjadinya pengenceran terhadap larutan yang hendak digunakan yang
akan menyebabkan kesalahan pada saat pengamatan serta perhitungan.
Penitaran dilakukan dengan menambahkan
penitran Kalium Hidroksida tetes demi tetes sambil labu erlenmeyer digoyangkan
dengan kuat. Hal ini bertujuan agar reaksi antara Kalium Hidroksida dengan asam
asetat terjadi dengan baik dan cepat, dan juga TA (titik akhir) yang
diidentifikasi lebih teliti lagi dengan penambahan tetes demi tetes tersebut.
Penitran diakhiri bila warna merah rose pucat didapat (titik akhir dicapai).
Bila saat penitaran ada penitran yang menempel pada dinding labu erlenmeyer,
maka dinding labu erlenmeyer harus dibilas dengan akuadest agar penitran turun
ke bawah bercampur dengan larutan dan beraksi segera bersama asam asetat. Hal
ini dikarenakan satu tetes penitran sangat berpengaruh pada hasil penitaran.
Setelah titik akhir didapat, volume penitran
dibaca. Pembacaan buret, buret harus terpasang pada statif dengan lurus, mata
harus sejajar dengan skala miniskus, agar tidak terjadi kesalahan paralaks
(Kesalahan pembacaan skala ukur).
Pembacaan buret dengan pembagian setiap skala
0,1 mL untuk kesalahan pembacaan yang nyata lebih baik dari ± 0,01 – 0,03 mL.
Skala buret yang terbaca pada gambar disamping
adalah 34, 45 mL.
(Harvey, D. 2000)
Gambar. 1
Pembacaan Buret
|
Cara kerja indikator phenolphtalein yaitu
sebagai berikut :
Gambar. 2 Reaksi
Phenolphtalein
|
(Underwood dan Day, 1998)
Asam lemah tidak berwarna dan ion-ionnya
berwarna merah muda. Penambahan ion hidrogen berlebih menggeser posisi
kesetimbangan ke arah kiri dan mengubah indikator menjadi tidak berwarna.
Penambahan ion hidroksida menghilangkan ion hidrogen dari kesetimbangan yang
mengarah ke kanan untuk menggantikannya (mengubah) indikator menjadi merah
muda.
Untuk menentukan
indikator yang digunakan, harus diketahui pH pada saat titik ekuivalen. pH pada
saat titik ekuivalen yaitu :
mmol
mula-mula 1,972 1,972
reaksi -1,972 -1,972 1,972
C
Kb
Kb
=
=
pOH =
pH =
=
Berdasarkan
perhitungan di atas, dapat ditentukan bahwa pH pada saat titik ekuivalen adalah
8,78. Maka indikator yang digunakan adalah fenolftalein, sesuai dengan tabel
indikator asam basa di bawah ini :
Indikator
|
Trayek pH
|
Perubahan Warna
|
Fenolftalein
|
8,3-10
|
Tak berwarna-merah
muda
|
Metil merah
|
4,2-6,3
|
Merah-kuning
|
Metil jingga
|
3,1-4,4
|
Merah-jingga
|
Proses
titrasi dilakukan duplo (dua kali), agar didapat data pengamatan yang dapat
dibandingkan, dimana data akhir adalah rata-rata yang didapat dari hasil
percobaan penetapan konsentrasi Kalium Hidroksida (standarisasi Kalium
Hidroksida). Didapat konsentrasi KOH 0,1000 N. konsentrasi harus dinyatakan
empat angka dibelakang koma, karena sifatnya yang dibutuhkan sebagai standar
yang akan digunakan untuk menentukan konsentrasi sampel, sehingga diperlukan
konsentrasi secara tepatnya.
Setelah
standarisasi dilakukan, selanjutnya larutan asetat ditentukan kadarnya. Dengan
prosedur yang sama dengan standarisasi KOH, dimana 10 mL dipipet lalu
ditambahkan 3 tetes indikator phenolphtalein kemudian dititrasi dengan KOH
hingga TA (titik akhir) didapat, yaitu merah rose pucat.
Gambar 3. Perubahan Warna Larutan Pada Saat Titrasi
|
Penitaran dilakukan duplo juga. Kadar asetat
didapat dengan cara merata-ratakan volume akhir KOH, sehingga didapatkan dengan
perhitungan kadar asetat adalah 0,1972 N. Kesalahan yang mungkin terjadi pada
saat titrasi antara lain berasal dari :
·
Keadaan buret yang kurang baik, dimana didapatkan buret
dalam keadaan bocor pada kerannya, sehingga ada penitran yang tidak masuk ke
dalam labu erlenmeyer, akan tetapi terbaca sebagai penitran yang bereaksi
dengan analit dalam labu erlenmeyer.
·
Kesalahan pembacaan skala buret (paralaks), yang akan
mengakibatkan kesalahan pada perhitungan.
·
Human error atau kurangnya ketelitian (tidak analitik) dalam
bekerja.
·
Kesalahan pengamatan pada saat pengamatan titik akhir.
Dimana Titik ekivalen sudah terlampaui, sehingga titik akhir telah berlebih
yamg mengakibatkan warna larutan tidak merah muda sangat pucat tetapi sudah
berubah menjadi merah.
BAB VI KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan, didapatkan pH
larutan pada saat titik ekuivalen adalah 8,78 sehingga indikator yang digunakan
adalah fenolftalein sesuai dengan trayek pH nya 8,3-10. Sedangkan kadar Asam Asetat dengan peniter KOH
0,1 N sebesar 0,1972 N.
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Harvey, David. 2000. Modern Analytical
Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
Sudjana, Moch. 1972. Kimia Analitik.
Koprasi Warga Sekolah Analis Kimia. Bandung.
Sumarna, A. 2009. Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri).
Pusdiklat. Bogor.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi ke lima Diterjemahkan oleh L. Sopyan, Dr. Ir. Erlangga. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment