BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja berasal dari kata latin adolensence
yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai
arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas
karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum
memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri
Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa
anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk
memasuki masa dewasa. Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Banyak pendapat yang mengemukakan mengenai
definisi remaja. Akan tetapi pada pada dasarnya menggambarkan bahwa masa remaja
adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang
usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan
baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.[1]
Bahasa Prokem yang pernah populer digunakan
dalam pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun 80-an hingga awal 90-an. Coba
baca dialog berikut ini:
Bedul
: “Kenokap lu sendokiran di lokur?”
Jaki : “Lagi nunguin bokin.”
Bedul : “Emang kemoken doi?”
Jaki : “Doi bilang sih jokal-jokal ke snokay sama sedokurnya.”
Jaki : “Lagi nunguin bokin.”
Bedul : “Emang kemoken doi?”
Jaki : “Doi bilang sih jokal-jokal ke snokay sama sedokurnya.”
Bagi pembaca yang lahir tahun 90-an
kemungkinan tidak paham dengan dialog diatas, atau justru malah jadi geli
membacanya. Tapi ada baiknya kita menelusuri sedikit mengenai bahasa yang
kadang disingkat “okem” ini.
Bahasa ini kemungkinan dahulu muncul dari
kalangan preman* jalanan yang berusaha agar pembicaraan mereka tidak mudah
dimengerti orang lain (lebih-lebih terhadap aparat kepolisian). Dengan cara itu
para preman dapat lebih mudah berkomunikasi dengan kelompoknya untuk melakukan setiap
kegiatan. Tidak diketahui dari siapa dan dari mana bahasa ini berawal.
Bahasa ini akhirnya berkembang menjadi
bahasa yang sering dipergunakan kalangan remaja pada tahun 80-an. Bagi kalangan
remaja pada saat itu, bahasa prokem cenderung dipakai untuk menunjukkan ekpresi
rasa kebersamaan dan juga untuk menyatakan diri sebagai anggota kelompok
masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kosakata remaja terus mengalami perkembangan
seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih
kompleks. Remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka
menyukai penggunaan singkatan, akronim, dan bermain dengan kata-kata untuk
mengekspresikan pendapat mereka.
Terkadang mereka menciptakan
ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang
kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping bukan merupakan
bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya
dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya sehingga
terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para
remaja tersebut.
Penggunaan bahasa gaul ini merupakan ciri
dari perkembangan psikososial remaja. Menurut Erikson (1968), remaja memasuki
tahapan psikososial yang disebut sebagai identity
versus role confusion, yaitu pencarian dan pembentukan identitas.
Penggunaan bahasa gaul ini juga merupakan bagian dari proses perkembangan
mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.[2]
1.2
Tujuan Penulisan
·
Mengetahui
awal mula perkembangan bahasa prokem.
·
Memahami
kajian mengenai bahasa prokem.
·
Menganalisis
penggunaan bahasa prokem di kalangan remaja.
·
Mengetahui
dampak negatif bahasa prokem terhadap Bahasa Indonesia.
·
Mengetahui
alasan remaja menggunakan bahasa prokem.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1 Bahasa Prokem
2.1.1 Pengertian Bahasa Prokem
Bahasa prokem
adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang
bukan merupakan standar penuturan dialek
atau bahasa.
Kata
dalam bahasa prokem biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan,
kejahatan dan narkoba dan seks.
Bahasa prokem Indonesia
atau bahasa gaul
atau bahasa prokem
yang khas Indonesia
dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas
Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi
oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata
oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami
pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak
remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan
dialek bahasa Indonesia
non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu
(kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang
digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus
Bahasa Gaul pada tahun 1999.
2.1.2
Kaidah Morfologis Bahasa Prokem
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru.
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru.
Kata-kata semacam ini diambil dari bahasa
Indonesia biasa yang diberikan arti baru. Dalam banyak hal, kata-kata semacam
ini hampir sama dengan penggunaan metafora dan gaya bahasa umumnya dalam bahasa
Indonesia.
Contoh
:
meledak : berhasil mencuri barang berharga dan besar
tembak : memeras
cabut : pergi, berangkat dan atau pulang
meledak : berhasil mencuri barang berharga dan besar
tembak : memeras
cabut : pergi, berangkat dan atau pulang
2)
Kata-kata Jadian.
Proses
morfologis dengan menggunakan kata jadian dalam bahasa Prokem merupakan cara
yang sangat produktif. Cara pembalikan huruf dalam kata dasar sebenarnya sering
digunakan dalam kode yang biasa digunakan anak-anak yang dikenal dengan nama
bahasa balik. Dalam bahasa Prokem, yang ditukar biasanya adalah dua huruf
konsonan dalam suatu kata dasar yang bersuku dua, misalnya:
payah menjadi yapah
burung menjadi rubung
macan menjadi caman
burung menjadi rubung
macan menjadi caman
3) Kata-kata Baru yang Tak Diketahui
Akarnya.
Kata-kata baru dalam bahasa Prokem yang termasuk kelompok ini sulit diketahui apakah ia merupakan kata-kata baru atau kata jadian, karena dasarnya tidak dikenali lagi. Kata ogut misalnya, segera mengingatkan kita pada kata gue (saya). Namun, tak ada contoh lain satupun yang dapat rnenjelaskan perubahan kata gue menjadi ogut. Hal yang sarna terjadi pula pada kata doi (kekasih, si dia), yang mudah dikenali sebagai berasal dari kata dia. Namun, sebagaimana ogut. proses perubahan dari dia menjadi doi pun tidak dapat ditelusuri prosesnya karena tidak ada contoh sejenis.
Kata-kata yang sullt dikenali prosesnya dari akar kata bahasa Indonesia sebelum menjadi bahasa Prokem dalam beberapa hal bahkan sulit dicari akarnya dalam bahasa Indonesia, seperti beceng (pistol), bohay (wanita cantik), boin (bego. dungu), gentur (tidur), tit (mati) dan sebagainya.
Proses semacam ini, tidak begitu produktif dalarn bahasa Prokem. Nampaknya, ia dihasilkan begitu saja, untuk kemudian, jika kebetulan, diterima dan digunakan berdasarkan kesepakatan diam-diam.[3]
Kata-kata baru dalam bahasa Prokem yang termasuk kelompok ini sulit diketahui apakah ia merupakan kata-kata baru atau kata jadian, karena dasarnya tidak dikenali lagi. Kata ogut misalnya, segera mengingatkan kita pada kata gue (saya). Namun, tak ada contoh lain satupun yang dapat rnenjelaskan perubahan kata gue menjadi ogut. Hal yang sarna terjadi pula pada kata doi (kekasih, si dia), yang mudah dikenali sebagai berasal dari kata dia. Namun, sebagaimana ogut. proses perubahan dari dia menjadi doi pun tidak dapat ditelusuri prosesnya karena tidak ada contoh sejenis.
Kata-kata yang sullt dikenali prosesnya dari akar kata bahasa Indonesia sebelum menjadi bahasa Prokem dalam beberapa hal bahkan sulit dicari akarnya dalam bahasa Indonesia, seperti beceng (pistol), bohay (wanita cantik), boin (bego. dungu), gentur (tidur), tit (mati) dan sebagainya.
Proses semacam ini, tidak begitu produktif dalarn bahasa Prokem. Nampaknya, ia dihasilkan begitu saja, untuk kemudian, jika kebetulan, diterima dan digunakan berdasarkan kesepakatan diam-diam.[3]
2.2
Penggunaan Bahasa Prokem di Kalangan Remaja
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap
wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa
hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu,
pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan
bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang
digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan
masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa
Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu
masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan
keperluannya masing-masing.
Hingga saat ini bahasa Prokem sudah jarang
sekali digunakan oleh kalangan anak muda sekarang. Sisa-sisanya mungkin seperti
: nyokap, bokap, bokep, toket, gokil, boke yang kadang masih kita dengar dari
dialog remaja sekarang. Itupun juga hanya tinggal menunggu kepunahannya saja
seiring dengan berkembangnya bahasa pergaulan baru atau lebih disebut juga
“bahasa gaul”.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan
latar belakang sosial budaya pemakainya. Hal itu merupakan perilaku kebahasaan
dan bersifat universal. Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari
kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan
kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa
kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem,
mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda
dari kelompok masyarakat yang lain. Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap
wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa
hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu,
pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan
bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang
digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat
tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia
ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing
akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya
masing-masing.[4]
Bahasa gaul ini tidak hanya mereka (remaja)
gunakan dalam berkomunikasi lisan tetapi mereka juga menggunakan bahasa gaul
dalam penulisan. Biasanya mereka menggunakan bahasa gaul dalam menulis pesan
singkat melalui telepon genggam. Ciri-ciri bahasa gaul yang digunakan remaja
dalam menulis pesan singkat antara lain, yaitu :
(1) Dalam menulis kata biasanya mereka
menggunakan kata-kata yang disingkat seperti lagi apa? menjadi gi pa?/pain,
kuliah menjadi kul, sudah makan menjadi da mkn, bosan banget menjadi bosan bgt,
kita menjadi qt, mau menjadi mo, pulang menjadi plg, padahal menjadi pdhl,
kalau menjadi klo, dsb.
(2) Menggunakan simbol tambahan atau angka
dalam menulis, misalnya p@ k@bar L0e?, tempat menjadi T4, sempat menjadi S4,
berdua menjadi B2, senyum menjadi ^_^, babi menjadi :@), sedih menjadi L,
pusing menjadi o:), mata genit menjadi ;-), dsb. Mereka tidak menyadari bahwa
bagi orang awam membaca tulisan seperti itu sangatlah memusingkan, membuat mata
sakit, dan susah memahaminya.
(3) Mereka juga terkadang menggunakan huruf
z di belakang kata, contohnya because
(bahasa Inggris) menjadi coz, easy
(b. Inggris) menjadi ez, mengantuk menjadi Zzzzz, ketika mereka berbicara aksen
huruf z pada akhir kata terdengar sangat jelas.
Selain ciri-ciri tersebut masih ada ciri
bahasa gaul yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dan terkadang mereka juga
menggunakannya dalam menulis. Ciri-ciri tersebut, antara lain membuat akronim
yang diciptakan sendiri tanpa memperhatikan kaidah pembuatan akronim, contohnya
baru balas menjadi rules, gagal total menjadi gatot, ketiak basah menjadi
kebas, nonton hemat menjadi nomat, mudah ngiler menjadi mungil, cinta lewat
dukun menjadi cileduk, golongan orang jelek menjadi golek, pulang duluan
menjadi puldul, muka jaman dulu menjadi mujadul, makan siang menjadi maksi,
keren habis menjadi keris, tukang tipu menjadi tuti, dsb.
Mereka juga menciptakan kata baru untuk
menggantikan kata yang sebenarnya, contohnya kerja menjadi gawe, gila menjadi
gokil, ayah menjadi bokap, ibu menjadi nyokap, tidak ada nyali menjadi cemen,
sudah menjadi udin, selingkuhan menjadi sephia, kasih sayang menjadi kacang,
lupa menjadi lupita, dsb.
Masih
banyak sekali bahasa gaul yang digunakan para remaja dalam percakapan
sehari-hari (untuk percakapan situasi tidak resmi). Memang tidak semua remaja
menggunakan bahasa gaul. Remaja yang menggunakan bahasa gaul pada umumnya
adalah remaja yang ingin dianggap beken atau tenar di kalangan teman-temannya.
Mereka menganggap berbahasa gaul adalah keren.
Bahasa gaul yang digunakan anak remaja ini
sudah populer dan menjalar ke mana-mana. Anak-anak pun mengetahui gaya bahasa
ini. Bagaimana jika para remaja tersebut menggunakan penulisan bahasa gaul
dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah? Gurunya pasti tidak paham dan itu
tidaklah sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, para remaja
harus dapat menempatkan kapan dan dengan siapa mereka menggunakan bahasa gaul
untuk berkomunikasi ataupun kapan mereka menggunakan bahasa gaul untuk menulis.
Penggunaan bahasa gaul dalam hal penulisan
ataupun percakapan adalah tidak salah jika remaja tersebut menggunakan bahasa
gaul pada saat situasi tidak resmi. Namun, yang perlu diingat adalah sebagai
remaja, generasi penerus bangsa, mereka juga tidak boleh melupakan penggunaan
ragam bahasa baku untuk dipakai dalam situasi resmi.[5]
2.3 Bahasa Prokem Perburuk Bahasa
Indonesia
Bahasa prokem yang biasa digunakan oleh kalangan
remaja tertentu dikhawatirkan dapat memperburuk perkembangan bahasa Indonesia. ”Sebagai
bahasa pergaulan, perkembangan bahasa prokem itu sangat pesat. Hal ini dikhawatirkan justru memberikan
pengaruh buruk terhadap bahasa Indonesia,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi
Jatim Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI, Amir Mahmud, di Surabaya,
Rabu.
Oleh sebab itu, dia minta para tenaga pendidik di
sekolah untuk lebih mengintensifkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan
benar. “Memang harus diakui kualitas sumber daya manusia kita di bidang bahasa
Indonesia masih minim. Hal ini yang perlu ditingkatkan,” katanya di sela-sela
seminar internasional tentang Relasi Lokalitas-Globalitas Menuju Modernitas
Bahasa dan Sastra Indonesia. Meskipun demikian, dia menganggap kehadiran bahasa
prokem itu wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia
remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain
itu, pemakaiannya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu
dan bersifat tidak resmi.
“Kami yakin, kalau sudah ke luar dari lingkungan kelompoknya itu, mereka
akan beralih dan menggunakannya kembali bahasa lain yang berlaku secara umum,”
kata Amir.
Ia menjelaskan, bahasa prokem itu konon berasal dari kalangan preman.
Bahasa prokem itu digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya
selama kurun tertentu.
Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja
untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau
agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial
budaya pemakainya. “Hal ini merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat
universal,” katanya menambahkan.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari
kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan
kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa
kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem,
mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda
dari kelompok masyarakat yang lain.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1
Data Pengamatan
Sering muncul keluhan di
kalangan ahli bahasa, terutama pendidik, berkenaan dengan penggunaan bahasa di
kalangan remaja. Para remaja berkecenderungan untuk "mencetak"
bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk mengisyaratkan
kapribadian kelompok tersebut. Contoh percakapan di bawah ini, sedikit banyak
menggambarkan penggunaan bahasa di kalangan remaja.
A
: hayoo.. kemana tadi lo ga masuk kuliah
?
B
: tadi pagi gue bangun kesiangan, gara-gara semaleman ngerjain tugas.
A
: trus sekarang kelar tugas nya ?
B
: udah sih, tapi kayaknya geje, soalnya ngerjainnya sambil nonton bokep, hehe..
A
: Parah lo nonton film begituan, liat nih, tugas gue dah kelar, keren kan ?
B
: ngga lah, bercanda men, ah.. narsis lo, bukannya bantuin gue kemaren..
A
: cabut ke kantin yuk.. gue baru dikasih duku nih ma bokap, gue traktir lah..
Percakapan di atas sulit dikenali maknanya, karena memang sama sekali bukan proses penyampaian pesan. Semua kata dapat dipahami namun susunannya sedemikian rupa hingga seolah tak bermakna. Dialog di atas tidak berisi apa-apa selain pengungkapan keakraban. la berlaku sebagai semacam passwords yang menandai hubungan intim antar teman. Contoh percakapan semacam itu, mudah ditemui baik dalam percakapan antar remaja, maupun dalam novel-novel pop yang memang ditujukan bagi para remaja.
3.2 Analisis
Data
Bahasa prokem sebenarnya bisa disebut juga
bahasa OK, karena sesudah huruf awal sebelum huruf vokal selalu disisipkan “ok”
dan suku kata atau satu huruf akhir dihilangkan. Misalnya seperti ini:
Prokem
(Preman)
Awalannya Pr-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -em, -an dihilangkan.
Awalannya Pr-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -em, -an dihilangkan.
Rokum
(Rumah)
Awalannya R-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -um, -h dihilangkan.
Awalannya R-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -um, -h dihilangkan.
Doku
(Duit)
Awalannya D-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -u, -it dihilangkan.
Awalannya D-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -u, -it dihilangkan.
Mokat
(Mati)
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -at, -i dihilangkan.
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -at, -i dihilangkan.
Mokal
(Malu)
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -al, -u dihilangkan.
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -al, -u dihilangkan.
Namun tidak selalu mengikuti aturan seperti
contoh di atas, kadang malah menyimpang dari arti yang sebenarnya. Seperti
contoh dibawah ini:
Rokar
(Rokok)
Awalannya R-, disisipkan -ok-, -okok diganti -ar.
Awalannya R-, disisipkan -ok-, -okok diganti -ar.
Sedokur
(Saudara)
Awalannya Sed[Saud]-, disisipkan -ok-, -ara diganti -ur.
Awalannya Sed[Saud]-, disisipkan -ok-, -ara diganti -ur.
Atau
pengembangan dari bahasa lain, seperti:
Bokep (BF=Blue Film atau film porno)
Awalannya B-, disisipkan -ok-, ditambah -ep [dialek dari konsonan "f"].
Awalannya B-, disisipkan -ok-, ditambah -ep [dialek dari konsonan "f"].
Ada
juga yang malah membingungkan jika diartikan ke Bahasa Indonesia dengan
menggunakan metode OK tadi. Ada kemungkinan kata itu diambil dari bahasa
daerah.
Dibawah ini adalah daftar
beberapa kosakata bahasa prokem yang berhasil terhimpun :
Tabel 1 Kosakata Bahasa Prokem
BAB IV SIMPULAN
Bahasa prokem
adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang
bukan merupakan standar penuturan dialek
atau bahasa.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial
budaya pemakainya.
Bahasa Prokem sudah pernah populer digunakan
dalam
pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun 80-an hingga awal 90-an. Penggunaan
bahasa prokem ini merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Remaja
memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion, yaitu
pencarian dan pembentukan identitas. Penggunaan bahasa prokem ini juga
merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi
mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata
bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan
maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa
kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem,
mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda
dari kelompok masyarakat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah,
A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa.
Anwar,
Khadir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa : Sebuah Pengantar .
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Badudu,
J.S. 1985. Inilah Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar. Jakarta : PT
Gramedia.
Chambert-Loir,
Henri. 1953. Mereka yang Berbahasa Prokem dalam Citra Masyarakat Indonesia.
Jakarta : Archipel-Sinar Harapan.
Erikson, E. 1968. Childhood and society (2nd edition). New
York : W.W. Norton & Company Inc.
Hayatunnufus
, Fadhilatun. Remaja dan
Bahasa Gaul.
Pegawai Kantor Bahasa Provinsi Lampung : Lampung Post, 19 Mei 2010.
Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. 2004. Human
development (9th edition). Boston: McGraw Hill Company, Inc.
1 komentar:
gan bisa share buku Chambert-Loir, Henri, "Mereka yang Berbahasa Prokem", dalam Citra Masyarakat Indonesia. Jakarta: Archipel-Sinar Harapan, 1953 gak?
Post a Comment