Wednesday 26 December 2012

PROKEM


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.  Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.
Banyak pendapat yang mengemukakan mengenai definisi remaja. Akan tetapi pada pada dasarnya menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.[1]
Bahasa Prokem yang pernah populer digunakan dalam pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun 80-an hingga awal 90-an. Coba baca dialog berikut ini:
Bedul : “Kenokap lu sendokiran di lokur?”
Jaki : “Lagi nunguin bokin.”
Bedul : “Emang kemoken doi?”
Jaki : “Doi bilang sih jokal-jokal ke snokay sama sedokurnya.”
Bagi pembaca yang lahir tahun 90-an kemungkinan tidak paham dengan dialog diatas, atau justru malah jadi geli membacanya. Tapi ada baiknya kita menelusuri sedikit mengenai bahasa yang kadang disingkat “okem” ini.
Bahasa ini kemungkinan dahulu muncul dari kalangan preman* jalanan yang berusaha agar pembicaraan mereka tidak mudah dimengerti orang lain (lebih-lebih terhadap aparat kepolisian). Dengan cara itu para preman dapat lebih mudah berkomunikasi dengan kelompoknya untuk melakukan setiap kegiatan. Tidak diketahui dari siapa dan dari mana bahasa ini berawal.
Bahasa ini akhirnya berkembang menjadi bahasa yang sering dipergunakan kalangan remaja pada tahun 80-an. Bagi kalangan remaja pada saat itu, bahasa prokem cenderung dipakai untuk menunjukkan ekpresi rasa kebersamaan dan juga untuk menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.
Kosakata remaja terus mengalami perkembangan seiring dengan bertambahnya referensi bacaan dengan topik-topik yang lebih kompleks. Remaja mulai peka dengan kata-kata yang memiliki makna ganda. Mereka menyukai penggunaan singkatan, akronim, dan bermain dengan kata-kata untuk mengekspresikan pendapat mereka.
Terkadang mereka menciptakan ungkapan-ungkapan baru yang sifatnya tidak baku. Bahasa seperti inilah yang kemudian banyak dikenal dengan istilah bahasa gaul. Di samping bukan merupakan bahasa yang baku, kata-kata dan istilah dari bahasa gaul ini terkadang hanya dimengerti oleh para remaja atau mereka yang kerap menggunakannya sehingga terkadang orang dewasa tidak memahami bahasa apa yang dikatakan oleh para remaja tersebut.
Penggunaan bahasa gaul ini merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Menurut Erikson (1968), remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion, yaitu pencarian dan pembentukan identitas. Penggunaan bahasa gaul ini juga merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.[2]

1.2 Tujuan Penulisan
·         Mengetahui awal mula perkembangan bahasa prokem.
·         Memahami kajian mengenai bahasa prokem.
·         Menganalisis penggunaan bahasa prokem di kalangan remaja.
·         Mengetahui dampak negatif bahasa prokem terhadap Bahasa Indonesia.
·         Mengetahui alasan remaja menggunakan bahasa prokem.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bahasa Prokem
2.1.1 Pengertian Bahasa Prokem
Bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa.
Kata dalam bahasa prokem biasanya kaya dalam domain tertentu, seperti kekerasan, kejahatan dan narkoba dan seks.
Bahasa prokem Indonesia atau bahasa gaul atau bahasa prokem yang khas Indonesia dan jarang dijumpai di negara-negara lain kecuali di komunitas-komunitas Indonesia. Bahasa prokem yang berkembang di Indonesia lebih dominan dipengaruhi oleh bahasa Betawi yang mengalami penyimpangan/ pengubahsuaian pemakaian kata oleh kaum remaja Indonesia yang menetap di Jakarta.
Belakangan ini bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa pergaulan anak-anak remaja. Dalam konteks kekinian, bahasa pergaulan anak-anak remaja ini merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu (kalangan homo seksual atau waria). Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.

2.1.2 Kaidah Morfologis Bahasa Prokem
Kaidah morfologi bahasa Prokem pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Kata-kata biasa yang diberi arti baru.
 Kata-kata semacam ini diambil dari bahasa Indonesia biasa yang diberikan arti baru. Dalam banyak hal, kata-kata semacam ini hampir sama dengan penggunaan metafora dan gaya bahasa umumnya dalam bahasa Indonesia.
Contoh :
meledak : berhasil mencuri barang berharga dan besar
tembak : memeras
cabut : pergi, berangkat dan atau pulang
2) Kata-kata Jadian.
Proses morfologis dengan menggunakan kata jadian dalam bahasa Prokem merupakan cara yang sangat produktif. Cara pembalikan huruf dalam kata dasar sebenarnya sering digunakan dalam kode yang biasa digunakan anak-anak yang dikenal dengan nama bahasa balik. Dalam bahasa Prokem, yang ditukar biasanya adalah dua huruf konsonan dalam suatu kata dasar yang bersuku dua, misalnya:
payah menjadi yapah
burung menjadi rubung
macan menjadi caman
3) Kata-kata Baru yang Tak Diketahui Akarnya.
          Kata-kata baru dalam bahasa Prokem yang termasuk kelompok ini sulit diketahui apakah ia merupakan kata-kata baru atau kata jadian, karena dasarnya tidak dikenali lagi. Kata ogut misalnya, segera mengingatkan kita pada kata gue (saya). Namun, tak ada contoh lain satupun yang dapat rnenjelaskan perubahan kata gue menjadi ogut. Hal yang sarna terjadi pula pada kata doi (kekasih, si dia), yang mudah dikenali sebagai berasal dari kata dia. Namun, sebagaimana ogut. proses perubahan dari dia menjadi doi pun tidak dapat ditelusuri prosesnya karena tidak ada contoh sejenis.
          Kata-kata yang sullt dikenali prosesnya dari akar kata bahasa Indonesia sebelum menjadi bahasa Prokem dalam beberapa hal bahkan sulit dicari akarnya dalam bahasa Indonesia, seperti beceng (pistol), bohay (wanita cantik), boin (bego. dungu), gentur (tidur), tit (mati) dan sebagainya.
          Proses semacam ini, tidak begitu produktif dalarn bahasa Prokem. Nampaknya, ia dihasilkan begitu saja, untuk kemudian, jika kebetulan, diterima dan digunakan berdasarkan kesepakatan diam-diam.[3]
2.2 Penggunaan Bahasa Prokem di Kalangan Remaja
Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.
Hingga saat ini bahasa Prokem sudah jarang sekali digunakan oleh kalangan anak muda sekarang. Sisa-sisanya mungkin seperti : nyokap, bokap, bokep, toket, gokil, boke yang kadang masih kita dengar dari dialog remaja sekarang. Itupun juga hanya tinggal menunggu kepunahannya saja seiring dengan berkembangnya bahasa pergaulan baru atau lebih disebut juga “bahasa gaul”.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. Hal itu merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal. Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain. Kehadiran bahasa prokem itu dapat dianggap wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakainnya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi. Jika berada di luar lingkungan kelompoknya, bahasa yang digunakannya beralih ke bahasa lain yang berlaku secara umum di lingkungan masyarakat tempat mereka berada. Jadi, kehadirannya di dalam pertumbuhan bahasa Indonesia ataupun bahasa daerah tidak perlu dirisaukan karena bahasa itu masing-masing akan tumbuh dan berkembang sendiri sesuai dengan fungsi dan keperluannya masing-masing.[4]
Bahasa gaul ini tidak hanya mereka (remaja) gunakan dalam berkomunikasi lisan tetapi mereka juga menggunakan bahasa gaul dalam penulisan. Biasanya mereka menggunakan bahasa gaul dalam menulis pesan singkat melalui telepon genggam. Ciri-ciri bahasa gaul yang digunakan remaja dalam menulis pesan singkat antara lain, yaitu :
(1) Dalam menulis kata biasanya mereka menggunakan kata-kata yang disingkat seperti lagi apa? menjadi gi pa?/pain, kuliah menjadi kul, sudah makan menjadi da mkn, bosan banget menjadi bosan bgt, kita menjadi qt, mau menjadi mo, pulang menjadi plg, padahal menjadi pdhl, kalau menjadi klo, dsb.
(2) Menggunakan simbol tambahan atau angka dalam menulis, misalnya p@ k@bar L0e?, tempat menjadi T4, sempat menjadi S4, berdua menjadi B2, senyum menjadi ^_^, babi menjadi :@), sedih menjadi L, pusing menjadi o:), mata genit menjadi ;-), dsb. Mereka tidak menyadari bahwa bagi orang awam membaca tulisan seperti itu sangatlah memusingkan, membuat mata sakit, dan susah memahaminya.
(3) Mereka juga terkadang menggunakan huruf z di belakang kata, contohnya because (bahasa Inggris) menjadi coz, easy (b. Inggris) menjadi ez, mengantuk menjadi Zzzzz, ketika mereka berbicara aksen huruf z pada akhir kata terdengar sangat jelas.
Selain ciri-ciri tersebut masih ada ciri bahasa gaul yang digunakan remaja dalam berkomunikasi dan terkadang mereka juga menggunakannya dalam menulis. Ciri-ciri tersebut, antara lain membuat akronim yang diciptakan sendiri tanpa memperhatikan kaidah pembuatan akronim, contohnya baru balas menjadi rules, gagal total menjadi gatot, ketiak basah menjadi kebas, nonton hemat menjadi nomat, mudah ngiler menjadi mungil, cinta lewat dukun menjadi cileduk, golongan orang jelek menjadi golek, pulang duluan menjadi puldul, muka jaman dulu menjadi mujadul, makan siang menjadi maksi, keren habis menjadi keris, tukang tipu menjadi tuti, dsb.
Mereka juga menciptakan kata baru untuk menggantikan kata yang sebenarnya, contohnya kerja menjadi gawe, gila menjadi gokil, ayah menjadi bokap, ibu menjadi nyokap, tidak ada nyali menjadi cemen, sudah menjadi udin, selingkuhan menjadi sephia, kasih sayang menjadi kacang, lupa menjadi lupita, dsb.
Masih banyak sekali bahasa gaul yang digunakan para remaja dalam percakapan sehari-hari (untuk percakapan situasi tidak resmi). Memang tidak semua remaja menggunakan bahasa gaul. Remaja yang menggunakan bahasa gaul pada umumnya adalah remaja yang ingin dianggap beken atau tenar di kalangan teman-temannya. Mereka menganggap berbahasa gaul adalah keren.
Bahasa gaul yang digunakan anak remaja ini sudah populer dan menjalar ke mana-mana. Anak-anak pun mengetahui gaya bahasa ini. Bagaimana jika para remaja tersebut menggunakan penulisan bahasa gaul dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah? Gurunya pasti tidak paham dan itu tidaklah sesuai dengan yang diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, para remaja harus dapat menempatkan kapan dan dengan siapa mereka menggunakan bahasa gaul untuk berkomunikasi ataupun kapan mereka menggunakan bahasa gaul untuk menulis.
Penggunaan bahasa gaul dalam hal penulisan ataupun percakapan adalah tidak salah jika remaja tersebut menggunakan bahasa gaul pada saat situasi tidak resmi. Namun, yang perlu diingat adalah sebagai remaja, generasi penerus bangsa, mereka juga tidak boleh melupakan penggunaan ragam bahasa baku untuk dipakai dalam situasi resmi.[5]
2.3 Bahasa Prokem Perburuk Bahasa Indonesia
Bahasa prokem yang biasa digunakan oleh kalangan remaja tertentu dikhawatirkan dapat memperburuk perkembangan bahasa Indonesia. ”Sebagai bahasa pergaulan, perkembangan bahasa prokem itu sangat pesat.  Hal ini dikhawatirkan justru memberikan pengaruh buruk terhadap bahasa Indonesia,” kata Kepala Balai Bahasa Provinsi Jatim Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI, Amir Mahmud, di Surabaya, Rabu.
Oleh sebab itu, dia minta para tenaga pendidik di sekolah untuk lebih mengintensifkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. “Memang harus diakui kualitas sumber daya manusia kita di bidang bahasa Indonesia masih minim. Hal ini yang perlu ditingkatkan,” katanya di sela-sela seminar internasional tentang Relasi Lokalitas-Globalitas Menuju Modernitas Bahasa dan Sastra Indonesia. Meskipun demikian, dia menganggap kehadiran bahasa prokem itu wajar karena sesuai dengan tuntutan perkembangan nurani anak usia remaja. Masa hidupnya terbatas sesuai dengan perkembangan usia remaja. Selain itu, pemakaiannya pun terbatas pula di kalangan remaja kelompok usia tertentu dan bersifat tidak resmi.
“Kami yakin, kalau sudah ke luar dari lingkungan kelompoknya itu, mereka akan beralih dan menggunakannya kembali bahasa lain yang berlaku secara umum,” kata Amir.
Ia menjelaskan, bahasa prokem itu konon berasal dari kalangan preman. Bahasa prokem itu digunakan sebagai sarana komunikasi di antara remaja sekelompoknya selama kurun tertentu.
Sarana komunikasi diperlukan oleh kalangan remaja untuk menyampaikan hal-hal yang dianggap tertutup bagi kelompok usia lain atau agar pihak lain tidak dapat mengetahui apa yang sedang dibicarakannya.
Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya. “Hal ini merupakan perilaku kebahasaan dan bersifat universal,” katanya menambahkan.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.



BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Data Pengamatan
Sering muncul keluhan di kalangan ahli bahasa, terutama pendidik, berkenaan dengan penggunaan bahasa di kalangan remaja. Para remaja berkecenderungan untuk "mencetak" bahasanya sendiri sebagai lambang suatu kelompok untuk mengisyaratkan kapribadian kelompok tersebut. Contoh percakapan di bawah ini, sedikit banyak menggambarkan penggunaan bahasa di kalangan remaja.
A : hayoo.. kemana tadi  lo ga masuk kuliah ?
B : tadi pagi gue bangun kesiangan, gara-gara semaleman ngerjain tugas. 
A : trus sekarang kelar  tugas nya ?
B : udah sih, tapi kayaknya geje, soalnya ngerjainnya sambil nonton bokep, hehe..
A : Parah lo nonton film begituan, liat nih, tugas gue dah kelar, keren kan ?
B : ngga lah, bercanda men, ah.. narsis lo, bukannya bantuin gue kemaren..
A : cabut ke kantin yuk.. gue baru dikasih duku nih ma bokap, gue traktir lah..

         Percakapan di atas sulit dikenali maknanya, karena memang sama sekali bukan proses penyampaian pesan. Semua kata dapat dipahami namun susunannya sedemikian rupa hingga seolah tak bermakna. Dialog di atas tidak berisi apa-apa selain pengungkapan keakraban. la berlaku sebagai semacam passwords yang menandai hubungan intim antar teman. Contoh percakapan semacam itu, mudah ditemui baik dalam percakapan antar remaja, maupun dalam novel-novel pop yang memang ditujukan bagi para remaja.

3.2 Analisis Data
Bahasa prokem sebenarnya bisa disebut juga bahasa OK, karena sesudah huruf awal sebelum huruf vokal selalu disisipkan “ok” dan suku kata atau satu huruf akhir dihilangkan. Misalnya seperti ini:
Prokem (Preman)
Awalannya Pr-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -em, -an dihilangkan.
Rokum (Rumah)
Awalannya R-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -um, -h dihilangkan.
Doku (Duit)
Awalannya D-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -u, -it dihilangkan.
Mokat (Mati)
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -at, -i dihilangkan.
Mokal (Malu)
Awalannya M-, disisipkan -ok-, dilanjutkan -al, -u dihilangkan.
Namun tidak selalu mengikuti aturan seperti contoh di atas, kadang malah menyimpang dari arti yang sebenarnya. Seperti contoh dibawah ini:
Rokar (Rokok)
Awalannya R-, disisipkan -ok-, -okok diganti -ar.
Sedokur (Saudara)
Awalannya Sed[Saud]-, disisipkan -ok-, -ara diganti -ur.
Atau pengembangan dari bahasa lain, seperti:
Bokep                                                                       (BF=Blue Film atau film porno)
Awalannya B-, disisipkan -ok-, ditambah -ep [dialek dari konsonan "f"].
Ada juga yang malah membingungkan jika diartikan ke Bahasa Indonesia dengan menggunakan metode OK tadi. Ada kemungkinan kata itu diambil dari bahasa daerah.
Dibawah ini adalah daftar beberapa kosakata bahasa prokem yang berhasil terhimpun :
Tabel 1 Kosakata Bahasa Prokem















BAB IV SIMPULAN

Bahasa prokem adalah penggunaan kata-kata dalam bahasa yang tidak resmi dan ekspresi yang bukan merupakan standar penuturan dialek atau bahasa. Bahasa prokem itu tumbuh dan berkembang sesuai dengan latar belakang sosial budaya pemakainya.
Bahasa Prokem sudah pernah populer digunakan dalam pergaulan anak muda Jakarta pada era tahun 80-an hingga awal 90-an. Penggunaan bahasa prokem ini merupakan ciri dari perkembangan psikososial remaja. Remaja memasuki tahapan psikososial yang disebut sebagai identity versus role confusion, yaitu pencarian dan pembentukan identitas. Penggunaan bahasa prokem ini juga merupakan bagian dari proses perkembangan mereka sebagai identitas independensi mereka dari dunia orang dewasa dan anak-anak.
Kosakata bahasa prokem di Indonesia diambil dari kosakata bahasa yang hidup di lingkungan kelompok remaja tertentu. Pembentukan kata dan maknanya sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya.
Bahasa prokem berfungsi sebagai ekspresi rasa kebersamaan para pemakainya. Selain itu, dengan menggunakan bahasa prokem, mereka ingin menyatakan diri sebagai anggota kelompok masyarakat yang berbeda dari kelompok masyarakat yang lain.








DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. 1985. Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa.
Anwar, Khadir. 1984. Fungsi dan Peranan Bahasa : Sebuah Pengantar . Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Badudu, J.S. 1985. Inilah Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar. Jakarta : PT
Gramedia.
Chambert-Loir, Henri. 1953. Mereka yang Berbahasa Prokem dalam Citra Masyarakat Indonesia. Jakarta : Archipel-Sinar Harapan.
Erikson, E. 1968. Childhood and society (2nd edition). New York : W.W. Norton & Company Inc.

Hayatunnufus , Fadhilatun. Remaja dan Bahasa Gaul. Pegawai Kantor Bahasa Provinsi Lampung : Lampung Post, 19 Mei 2010.

Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. 2004. Human development (9th edition). Boston: McGraw Hill Company, Inc.

Utama, Arya. Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. Filed under Ilmu Psikologi, Psikologi Perkembangan : Posted in December 11th, 2009.



[1] (Utama, 2009)
[2] (Hayatunnufus, 2010)
[3] (Adiwijaya, 2008)

[4] (adminpusba, 2009)

[5]  (Hayatunnufus, 2010)

1 komentar:

Unknown said...

gan bisa share buku Chambert-Loir, Henri, "Mereka yang Berbahasa Prokem", dalam Citra Masyarakat Indonesia. Jakarta: Archipel-Sinar Harapan, 1953 gak?

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika