Wednesday 26 December 2012

METODE TITRIMETRIK UNTUK ANALISIS



ASAS UMUM
Analisis Tirimetrik adalah salah satu bagian untama kimia analisis dan bahwa perhitungan-perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan stoikiometri sederhana dari reaksi kimia, seperti

Dimana a molekul analit A, bereaksi dengan t molekul reagensia T. Reagensia T, yang disebut titran, ditambahakan sedikit demi sedikit (secara inkremental), biasanya dari dalam buret, dalam bentuk larutan yang konsentrasinya diketahui. Larutan kedua ini disebut larutan standar dan konsentrasinya ditetapkan oleh suatu proses yang disebut standardisasi. Penambahan titran diteruskan sampai telah dimasukan sejumlah T secara kimia setara dengan A. Maka telah dikatakan mencapai Titik Ekuivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan titran harus dihentikan dapat menggunakan suatu zat, yang disebut Indikator, yang menanggapai kelebihan titran dengan perubahan warna. Titik dalam titrasi pada saat indikator berubah warna disebut Titik Akhir, yang hendaknya mendekati Titik Ekuivalensi. Pemilihan indikator yang tepat merupakan aspek penting dalam metode analisis titrimetrik. Titrasi merupakan proses pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalensi.
Reaksi Kimia yang Digunakan untuk Titrasi sebagai Dasar Penetapan Titrimetri
1.      Asam – Basa.
Reaksi kimia yang melibatkan sejumlah besar asam dan basa yang dapat ditetapkan dengan titrimetri. Umumnya titran adalah larutan standar elektrolit kuat, seperti NaOH dan HCl.
2.      Oksidasi Reduksi (Redoks)
Reaksi kimia yang melibatkan oksidasi – reduksi. Suatu zat pengoksidasi lain yang digunakan secara meluas dalam analisis titrimetri adalah Kalium Permanganat, KMnO4. Reaksinya dengan Besi (II) dalam larutan asam adalah

3.      Pengendapan.
Pengendapan kation perak dengan anion halogen merupakan prosedur titrimetri yang meluas penggunaannya. Reaksinya adalah
Dimana X-dapat berupa klorida, bronida, iodida, atau tiosianat. (SCN-).
4.      Pembentukan Kompleks.
Suatu contoh reaksi terbentuk suatu kompleks stabil antara ion perak dan sianida.

Persyaratan untuk Reaksi yang Digunakan dalam Analisis Titrimetri
·         Reaksi harus berjalan sesuai dengan suatu persamaan reaksi tertentu. Tidak boleh ada reaksi samping.
·         Reaksi harus berjalan lengkap pada titik ekuivalensi, yakni tetapan kesetimbangan reaksi itu haruslah sangat besar.
·         Harus tersedia indikator untuk memberi tahu kapan titrasi harus dihentikan.
·         Reaksi harus berjalan cepat.
STOIKIOMETRI
Hubungan bobot antara unsur-unsur dan senyawa dalam reaksi kimia disebut Stoikiometri.
Bobot Molekul dan Rumus Molekul
Mol merupakan banyaknya zat yang mengandung satuan-satuan nyata (entitas) sebanyak atom dalam 12 g nuklida karbon – 12 isotop, . Satuan nyata itu dapat berupa atom, molekul, ion, ataupun elektron. Karena 12 g Karbon mengandung atom sebanyak bilangan Avogadro, maka 1 mol zat apa saja mengandung 6,023 x 1023 partikel elementer.
Bobot gram molekul atau biasa disingkata dengan bobot molekul adalah bobot dalam gram dari suatu mol zat.
Bobot gram – rumus (atau bobot rumus) adalah penjumlahan dari bobot-bobot atom semua dalam rumus kimia suatu zat dan normalnya sama dengan bobot molekul.


Bobot Ekuivalen
·         Asam – Basa.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol (1,008 g) H+.
·         Redoks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol elektron.
·         Pengendapan atau pembentukkan Kompleks.
Bobot gram ekuivalen adalah bobot dalam gram (dari) suatu zat yang dapat diperlukan untuk memberikan atau bereaksi dengan 1 mol kation univalen, ½ mol kation divalen, 1/3 moll kation trivalen dan seterusnya.
Bobot ekuivalen suatu zat disebut suatu ekuivalen, tepat sama seperti bobot molekul disebut mol. Bobot ekuivalen dan bobot molekul dihubungkan dengan persamaan :
Dengan n adalah jumlah mol ion hidrogen, elektron atau kation univalen yang diberikan atau diikat oleh zat yang bereaksi itu. 1 ekuivalen asam apa saja bereaksi dengan ekuivalen basa apa saja, 1 ekuivalen zat pengoksid apa saja bereaksi dengan 1 ekuivalen pereduksi apa saja.
Perhitungan stoikiometrik dapat dilakukan baik menggunakan mol ataupun ekuivalen, apapun yang digunakan hasilnya haruslah sama. Perhatikanlah prosedur yang beda untuk menghitung berapa gram H3PO4 (BM = 98,0) yang diperlukan untuk bereaksi dengan 60,0 g NaOH (BM = 40,0) dengan persamaan :
            Dengan menggunakan mol, mula-mula dapat dicatat bahwa diperlukan 2 mol NaOH untuk tiap mol H3PO4. Karena itu untuk menyamakan mol (memyusun suatu persamaan), akan ditulis :
            Dengan menggunakan ekuivalen, mula-mula dicatat bahwa bobot ekuivalen H3PO4 adalah separuh bobot molekulnya, karena asam itu memberikan 2 mol H+ ; bobot ekuivalen NaOH sama dengan bobot molekulnya, karena basa itu bereaksi dengan 1 mol H+. Kemudian ditulis :
                        1,50
Banyaknya ekuivalen H3PO4 yang diperlukan adalah dua kali banyaknya mol, tapi bobot satu mol dua kali bobot satu ekuivalen. Karena itu
Atau
                                     = 73,5
Sistem Konsentrasi
Molaritas
Sistem konsentrasi yang didasarkan pada volume larutan yang merupakn kuantitas yang diukur. Molaritas didefinisikan sebagai berikit :
Atau
M = molaritas, n = banyaknya mol zat terlarut, V = volume larutan dalam liter
Karena
g = gram zat terlarut, BM = bobot molekul zat terlarut, maka
Banyaknya zat terlarut dalam gram dapat dicari :

0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika