BAB V PEMBAHASAN
Penentuan
kadar oksalat dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu titrasi asam basa dan
titrasi permanganometri. Prinsip yang mendasari titrasi asam basa adalah reaksi
netralisasi, yaitu reaksi antara 1 ekivalen asam dengan 1 ekivalen basa yang
menghasilkan garam dengan air.
Penentuan kadar oksalat dengan cara titrasi asam
basa, perlakuannya sama seperti pada titrasi asam basa penentuan kadar asam
asetat terhadap KOH standar.
Sedangkan prinsip yang mendasari titrasi
permanganometri adalah titrasi redoks (reduksi oksidasi) antara kalium
permanganat sebagai larutan baku sekunder dengan asam oksalat sebagai larutan
baku primer dalam standarisasi larutan permanganat.
Pembuatan
larutan KMnO4 yakni dengan melarutkan sejumlah tertentu KMnO4
dalam akuades yang sebelumnya telah dipanaskan hingga mendidih, hal tersebut
bertujuan agar zat-zat organik yang terkandung dalam akuades dapat hilang
dengan cara pemanasan. Zat-zat organik tersebut harus dihilangkan sebab dapat
bereaksi dengan permanganat dikarenakan sifat dari ion permanganat yang mudah
tereduksi oleh zat-zat organik tersebut membentuk mangan dioksida (MnO2)
padatan yang berwarna coklat, dimana MnO2 tersebut dapat mereduksi
kembali ion permanganat sehingga lama-kelamaan kadar dari KMnO4 akan
berkurang dengan berkala. Kalium permanganat pun sangat mudah bereaksi dengan
cahaya sehingga terbentuk MnO2 juga, reaksinya :
MnO4- + 4H+ + 2e- → MnO2(s)
+ 2H2O
Sifat-sifat
inilah yang hanya menjadikan KMnO4 hanya dapat berlaku sebagai
larutan standar baku sekunder. Adapun syarat-syarat larutan standar primer :
·
Stabil
·
Mudah diperoleh dalam bentuk murni
·
Mudah dikeringkan
·
Reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri
sehingga dicapai dasar perhitungan.
·
Tidak mudah terurai oleh sinar matahari
·
Tidak higroskopis
·
Memilki massa molar lebih besar
(Day & Underwood, 2002)
Sedangkan sifat lain dari Kalium permanganat
antara lain :
·
Tidak stabil
·
Mudah terurai oleh sinar matahari membentuk MnO2
Karena sifat KMnO4 yang mudah
teruarai oleh cahaya/sinar matahari tersebut, maka wadah tempat penyimpanan
larutan KMnO4 harus berwarna gelap. Jika kita menggunakan gelas
kimia sebagai wadah, maka gelas kimia harus dibungkus dengan plastik hitam atau
dengan lap. Serta menggunakan buret berwarna coklat pada saat titrasi.
Langkah pertama yang dilakukan pada titrasi
penentuan kadar oksalat dengan cara titrasi permanganometri adalah pemipetan
asam oksalat. Pipet yang digunakan adalah pipet volume, dimana pipet tersebut
memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Sebelum digunakan pipet harus dibilas
terlebih dahulu beberapa kali dengan akuades setelah itu baru di bilas dengan
larutan asam oksalat. Hal ini bertujuan untuk mengkondisikan pipet tersebut
dengan larutan asam oksalat, dan juga agar sisa-sisa akuades yang tersisa dalam
pipet tersebut dapat hilang. Sehingga pengenceran akibat adanya sisa-sisa
akuades yang ada dalam pipet tersebut dapat terhindari. Setelah dipipet,
larutan asam oksalat dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer dengan cara
ditempelkan kebagian mulut labu erlenmeyer tersebut. Posisi pipet harus
vertikal dengan posisi labu erlenmeyer dimiringkan 450 dari posisi
vertikal pipet volum.
Setelah semua larutan asam oksalat masuk ke
dalam labu erlenmeyer, leher bagian dalam labu erlenmeyer dibilas dengan
akuades, hal tersebut bertujuan agar semua sisa asam oksalat masuk ke dalam
labu erlenmeyer.
Selanjutnya
dilakukan penambahan H2SO4 4N ke dalam labu erlenmeyer
tersebut. Penambahan tersebut berfungsi sebagai pengkondisian saat dilakukannya
titrasi redoks antara Kalium permanganat dengan asam oksalat. Dalam suasana
asam reaksi redoks antara ion permanganat dengan ion oksalat akan sesuai dengan
yang diharapkan yaitu terbentuknya ion Mn2+ (ion mangan) yang tidak
berwarna, reaksinya :
MnO4- + 8H+ + 5e- → Mn2+
+ 4H2O E0 =
1,51 volt
(Harjadi, 1990)
Berbeda
dengan reaksi antara ion permanganat dengan ion oksalat tersebut terjadi dalam
suasana netral atau basa, maka produk yang dihasilkan tidak akan terbentuk Mn2+
akan tetapi produk lain. Hal ini dapat dilihat dari reaksi di bawah ini :
·
Dalam larutan Netral, pH 4 – 10
MnO4- + 4H+ +
3e- ↔ MnO2(s) + 2H2O E0 = 1,70 volt
·
Dalam larutan Basa, OH- 1N atau lebih
MnO4- + e- ↔
MnO42- E0
= 0,56 volt
(Harjadi, 1990)
Dalam suasana netral atau sedikit basa produk
yang terbentuk adalah MnO2, suatu endapan coklat yang dimana jika
terbentuk maka MnO2 tersebut dapat mereduksi Kalium Permanganat
sehingga dalam titrasi didapat dua reduktor, yaitu asam okslata dan endapan MnO2,
sehingga kesalahan dapat terjadi dimana konsumsi ion permanganat akan lebih
banyak. Selain itu adanya endapan MnO2 pun dapat mengganggu
pendeteksian titik akhir, dimana jika yang terbentuk Mn2+ maka
larutan akan tidak berwarna sehingga titik akhir mudah dilihat yaitu ditandai
dengan terbentuknya warna merah muda, berbeda dengan adanya MnO2,
pendeteksian akan sulit dilakukan karena terganggunya pendeteksian dengan
adanya endapan yang berwarna coklat. Sedangkan dalam suasana basa produk yang
dihasilkan adalah ion MnO42-.
Setelah asam sulfat dimasukan, dilakukan
pemanasan. Hal ini bertujuan agar reaksi redoks antara asam oksalat dengan
kalium permanganat beraksi dengan cepar dan kesetimbangan bergeser kearah kanan
(ke arah terbentuknya produk).
Sebelum titrasi dilakukan, buret berwarna
coklat yang akan digunakan harus dibilas terlebih dahulu dengan akuades baru
dibilas dengan menggunakan larutan kalium permanganat. Hal ini bertujuan untuk
mengkondisikan buret dengan peniter yaitu kalium permanganat. Serta bertujuan
unutk menghilangkan sisa-sisa akuades yang masih menempel pada bagian dalam
buret. Sehingga tidak terjadi pengenceran yang tidak disengaja dalam buret oleh
larutan kalium permanganat, sehingga pada proses titrasi dilakukan larutan peniter
adalah larutan yang benar-benar hasil pengenceran yanga dilakukan sebelumnya.
Setelah dibilas, buret lalu diisi dengan larutan kalium permanganat ± 0,05 N lalu ditanda bataskan sampai angka 0
mL. Penenda batasan ini harus dilakukan dengan posisi mata sejajar dengan garis
0 mL pada buret.
Dalam penanda batasan buret atau pembacaan
buret dalam titrasi metode permanganometri, miniskus yang digunakan adalah
miniskus atas, hal ini dikarenakan larutan kalium permanganat yang berwarna
ungu, sehingga penanda batasan maupun pembacaan buret dilakukan mudah dilakukan
dengan melihat miniskus atas. Berbeda dengan larutan yang tidak berwarna
penenda batasan atau pembacaan buret harus dilakukan dengan melihat miniskus
bawah buret, dimana hal tersebut sulit dilakukan dan kesalahanpembacaan sering
terjadi.
Karena reaksi pada saat titrasi akan berjalan
cepat jika dilakukan pada suhu 700C – 800C, maka dipastikan
titrasi dilakukan dalam keadaan panas. Oleh karena itu penggunaan sarung tangan
diperlukan saat titrasi agar titrasi dapat dilakukan dengan nyaman dan baik.
Proses titrasi tidak dilakukan dengan terlalu
cepat atau terlalu pelan, karena akan terjadi kesalahan-kesalahan, diantaranya
:
·
Jika titrasi delakukan terlalu cepat, dapat menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+ (kesalahan
positif). Sehingga akan terjadi kesalahan dalam pengamatan.
2MnO4- + 3Mn2+
+ 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+
(Sumarna, 2004)
·
Jika titrasi dilakukan terlalu pelan maka ion oksalat
akan membentuk peroksida yang terurai menjadi air (kesalahan negatif), sehingga
ion oksalat akan hilang dan menjadi berkurang dari yang seharusnya, sehingga
ion konsumsi ion permanganat akan berkurang maka terjadilah kesalahan titrasi.
H2C2O4 + O2
↔ H2O2 + CO2
H2O2 ↔ H2O + O2
(Sumarna, 2004)
Titik akhir terjadi dengan terbentuknya warna
merah muda yang dihasilkan oleh kelebihan 1 tetes peniter kalium permanganat.
Sehingga pada titrasi ini tidak digunakan indikator untuk melihat perubahan
warna, maka kalium permanganat disebut juga sebagai auto indikator.
Titrasi dilakukan duplo (2 kali titrasi),
bertujuan unutk mengurangi kesalahan titrasi, karena dua kali titrasi, volume
rata-rata yang diambil.
Kadar asam oksalat yang ditentukan secara
titrasi asam basa didapatkan kadar sebesar 0,1235 N. Sedangkan penentuan kadar
asam oksalat yang dilakukan secara permanganometri didapatkan sebesar 0,09875
N. Terjadi perbedaan kadar dari kedua cara titrasi yang dilakukan, hal tersebut
disebabkan karena :
·
Kadar asam oksalat yang didapat dengan cara titrasi
permanganometri lebih kecil jika dibandingkan dengan cara titrasi asam basa,
karena pada saat titrasi permanganometri suhu asam oksalat (larutan yang berada
di dalam labu erlenmeyer) tidak berkisar antara 700C – 800C
sehingga memungkinkan titrasi berjalan dengan lambat, maka titik akhir lebih
cepat terihat bukan karena hasil reaksi pada saat TE (titik ekivalen) tetapi
warna merah muda yang dihasilkan berasal dari tetesan kalium permanganat.
·
Penentuan kadar oksalat dengan kedua metode ini dapat
disimpulkan bahwa metode titrasi asam basa relatif lebih mudah untuk menentukan
kadar oksalat dibandingkan dengan metode titrasi permanganometri yang sedikit
lebih rumit. Akan tetapi dengan prosesnya yang sedikit rumit, hasil
yangdiberikanpun akan lebih teliti dibandingkan dengan cara titrasi asam basa.
BAB VI KESIMPULAN
Setelah
dilakukannya percobaan penentuan kadar asam oksalat dengan 2 cara yang berbeda,
didapatkan kadar asam oksalat sebesar :
Cara Titrasi Asam Basa
= 0,1235 N
Cara Titrasi Permanganometri
= 0,09875 N
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik
Dasar. PT. Gramedia. Jakarta.
Harvey, David. 2000. Modern Analytical
Chemistry. 1st ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. North America.
Sumarna, A. 2009. Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri).
Pusdiklat. Bogor.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi ke ke enam. Diterjemahkan oleh A. H Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
0 komentar:
Post a Comment