BAB V
PEMBAHASAN
Prinsip
spektroskopi adalah berdasarkan interaksi energi radiasi elektromagnetik dengan
zat kimia yang terdapat pada bahan. Adanya absorbsi sinar oleh zat kimia
merupakan dasar dari cara spektroskopi karena proses absorbsi bersifat spesifik
untuk setiap zat kimia (bersifat kualitatif). Di samping itu banyaknya absorbsi
berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (bersifat kuantitatif).
Instrumen yang
digunakan pada spektroskopi atau spektrofotometri adalah spektrofotometer. Ada
beberapa tipe spektrofotometer, antara lain spektrofotometer vis (menggunakan
sinar visible), spektrofotometer uv (menggunakan sinar ultra violet),
spektrofotometer uv – vis (menggunakan sinar visible dan ultra violet), dan
lain-lain tergantung sumber sinar yang digunakan dan interaksinya.
Pada
spektrofotometer, seberkas sinar polikromatik yang melewati suatu larutan, maka
ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap oleh larutan,
sedang yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Sinar yang mempunyai
warna sama dengan larutan tidak diserap oleh larutan tersebut tapi akan
diteruskan. Warna yang diteruskan yang sebenarnya merupakan warna dari larutan
tersebut adalah warna komplementer dari warna yang tidak diteruskan atau yang
diserap. Sebagai contoh bila suatu larutan menyerap bagian sinar biru dari
spektrum sinar (λ = 475 nm), maka larutan kelihatan berwarna kuning, yaitu
warna komplementer dari warna biru.
Bila suatu
sinar polikromatik melewati suatu larutan, maka sebagian sinar akan diteruskan
dan sebagian lagi akan diserap oleh larutan. Rasio intensitas sinar yang
diteruskan (I) dengan intensitas sinar mula-mula (Io) disebut % transmitansi (%
T). Semakin pekat suatu larutan, maka semakin kecil % T. Fenomena ini
dijabarkan secara matematis oleh Beer-Lambert, yang menghasilkan hukum Beer –
Lambert, yaitu :
di mana : I
= intensitas sinar yang diteruskan
Io = intensitas sinar mula-mula
I/Io = % T = % transmitansi
a = konstanta yang besarnya tergantung dari jenis medium
dan panjang gelombang yang digunakan
b = panjang medium yang dilewati sinar
c = konsentrasi larut
Untuk
memudahkan, (I/Io) disebut transmitansi, T, yaitu proporsi sinar yang
diteruskan. Bila T dikalikan 100 % disebut
prosen transmitansi, % T. Sedangkan log (Io/I) disebut optical density (OD)
atau absorbansi (A).
Bila a dan b
konstan, maka absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larut, sehingga
konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai absorbansi atau optical density.
Bila konsentrasi larutan ingin dinyatakan dalam besaran konsentrasi yang lazim,
maka diperlukan kurva standar yang menunjukkan hubungan antara absorbansi (A)
dengan konsentrasi larutan (misal %, mg/100 ml, dll). Kurva standar ini dibuat
dengan mengukur absorbansi larutan pada berbagai konsentrasi yang diketahui,
kemudian hasilnya dibuat grafik A vs c. Grafik ini biasanya dikerjakan dengan
persamaan regresi linier sehingga akan diperoleh grafik yang mendekati linier
(garis lurus) dengan slope K.
Persamaan
regresi linier untuk menentukan kurva standar adalah sebagai
berikut :
Dalam
menentukan persamaan regresi linier, juga ditentukan korelasi antara x (konsentrasi
larutan) dan y (absorbansi) dengan rumus sebagai berikut :
Oksidasi
alkohol dapat digunakan dengan menggunakan
larutan natrium atau kalium dikromat (VI)
yang besifat asam. Reaksi ini digunakan untuk membuat aldehid, keton dan asam
karboksilat, dan sebagai sebuah cara untuk membedakan antara alkohol primer,
sekunder dan tersier.
Agen pengoksidasi yang digunakan pada
reaksi-reaksi ini biasanya adalah sebuah larutan natrium atau kalium
dikromat(V)) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi,
larutan orange yang mengandung ion-ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah
larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium(III).
Persamaan
setengah-reaksi untuk reaksi ini adalah
Untuk alkohol primer atau sekunder, warna
orange larutan akan berubah menjadi hijau. Sedangkan untuk alkohol tersier
tidak ada perubahan warna.
Setelah
pemanasan:
Untuk mengetahui kadar
alkohol dalam suatu bahan pangan, dapat menggunakan metode oksidasi dikromat
ini. Dengan menggunakan instrumen Spektrofotometer. Sampel yang akan dianalisis
kadar alkoholnya yaitu Tape ketan Hitam.
Sampel yang hendak diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm, hendaklah diwarnai sehingga akan
terukur. Sampel tape ketan ini dipreparasi terebih dahulu dengan penambahan K2Cr2O7
serta beberapa perlakuan. Larutan sampel akan berubah dari jingga menjadi hijau
tergantung dengan jenis alkohol dan kadar alkohol yang terdapat di dalam
sampel. Dibuat juga larutan baku standar dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10%
dan 12% untuk menentukan konsentrasi standar alkohol.
Dari persamaan pada kurva kalibrasi standar
alkohol di atas, maka dapat dihitung kadar alkohol yang ada pada sampel Tape
ketan. Dengan menggunakan persamaan
, yaitu y adalah absroban
sampel dan x merupakan kadar alkohol dalam sampel. Maka didapatkan kadar alkohol yang
diperoleh sebesar 9,79%.
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah dilakukannya percobaan Analisis Kadar Alkohol
Metode Oksidasi Dikromat Dalam Suasana Asam, dapat disimpulkan bahwa kandungan
akohol pada Tape ketan adalah 9,79%.
BAB VII DAFTAR
PUSTAKA
Slamet Sudarmadji,
Bambang Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
____________________________________________. 1989.
Analisa Bahan
Makanan dan
Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
0 komentar:
Post a Comment