Tuesday 18 September 2012

Penentuan Kadar Alkohol


BAB V PEMBAHASAN
Prinsip spektroskopi adalah berdasarkan interaksi energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia yang terdapat pada bahan. Adanya absorbsi sinar oleh zat kimia merupakan dasar dari cara spektroskopi karena proses absorbsi bersifat spesifik untuk setiap zat kimia (bersifat kualitatif). Di samping itu banyaknya absorbsi berbanding lurus dengan banyaknya zat kimia (bersifat kuantitatif).
Instrumen yang digunakan pada spektroskopi atau spektrofotometri adalah spektrofotometer. Ada beberapa tipe spektrofotometer, antara lain spektrofotometer vis (menggunakan sinar visible), spektrofotometer uv (menggunakan sinar ultra violet), spektrofotometer uv – vis (menggunakan sinar visible dan ultra violet), dan lain-lain tergantung sumber sinar yang digunakan dan interaksinya.


Pada spektrofotometer, seberkas sinar polikromatik yang melewati suatu larutan, maka ada suatu sinar dengan panjang gelombang tertentu yang diserap oleh larutan, sedang yang lainnya diteruskan melalui larutan tersebut. Sinar yang mempunyai warna sama dengan larutan tidak diserap oleh larutan tersebut tapi akan diteruskan. Warna yang diteruskan yang sebenarnya merupakan warna dari larutan tersebut adalah warna komplementer dari warna yang tidak diteruskan atau yang diserap. Sebagai contoh bila suatu larutan menyerap bagian sinar biru dari spektrum sinar (λ = 475 nm), maka larutan kelihatan berwarna kuning, yaitu
warna komplementer dari warna biru.
Bila suatu sinar polikromatik melewati suatu larutan, maka sebagian sinar akan diteruskan dan sebagian lagi akan diserap oleh larutan. Rasio intensitas sinar yang diteruskan (I) dengan intensitas sinar mula-mula (Io) disebut % transmitansi (% T). Semakin pekat suatu larutan, maka semakin kecil % T. Fenomena ini dijabarkan secara matematis oleh Beer-Lambert, yang menghasilkan hukum Beer – Lambert, yaitu :
di mana :         I = intensitas sinar yang diteruskan
Io = intensitas sinar mula-mula
I/Io = % T = % transmitansi
a = konstanta yang besarnya tergantung dari jenis medium dan panjang gelombang yang digunakan
b = panjang medium yang dilewati sinar
c = konsentrasi larut
Untuk memudahkan, (I/Io) disebut transmitansi, T, yaitu proporsi sinar yang
diteruskan. Bila T dikalikan 100 % disebut prosen transmitansi, % T. Sedangkan log (Io/I) disebut optical density (OD) atau absorbansi (A).
Bila a dan b konstan, maka absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larut, sehingga konsentrasi larutan dapat dinyatakan sebagai absorbansi atau optical density. Bila konsentrasi larutan ingin dinyatakan dalam besaran konsentrasi yang lazim, maka diperlukan kurva standar yang menunjukkan hubungan antara absorbansi (A) dengan konsentrasi larutan (misal %, mg/100 ml, dll). Kurva standar ini dibuat dengan mengukur absorbansi larutan pada berbagai konsentrasi yang diketahui, kemudian hasilnya dibuat grafik A vs c. Grafik ini biasanya dikerjakan dengan persamaan regresi linier sehingga akan diperoleh grafik yang mendekati linier (garis lurus) dengan slope K.
Persamaan regresi linier untuk menentukan kurva standar adalah sebagai
berikut :
Dalam menentukan persamaan regresi linier, juga ditentukan korelasi antara x (konsentrasi larutan) dan y (absorbansi) dengan rumus sebagai berikut :
Oksidasi alkohol dapat digunakan dengan menggunakan larutan natrium atau kalium dikromat (VI) yang besifat asam. Reaksi ini digunakan untuk membuat aldehid, keton dan asam karboksilat, dan sebagai sebuah cara untuk membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier.
Agen pengoksidasi yang digunakan pada reaksi-reaksi ini biasanya adalah sebuah larutan natrium atau kalium dikromat(V)) yang diasamkan dengan asam sulfat encer. Jika oksidasi terjadi, larutan orange yang mengandung ion-ion dikromat(VI) direduksi menjadi sebuah larutan hijau yang mengandung ion-ion kromium(III).
Persamaan setengah-reaksi untuk reaksi ini adalah
Untuk alkohol primer atau sekunder, warna orange larutan akan berubah menjadi hijau. Sedangkan untuk alkohol tersier tidak ada perubahan warna.
Setelah pemanasan:

Untuk mengetahui kadar alkohol dalam suatu bahan pangan, dapat menggunakan metode oksidasi dikromat ini. Dengan menggunakan instrumen Spektrofotometer. Sampel yang akan dianalisis kadar alkoholnya yaitu Tape ketan Hitam.
Sampel yang hendak diukur absorbansinya pada panjang gelombang 600 nm, hendaklah diwarnai sehingga akan terukur. Sampel tape ketan ini dipreparasi terebih dahulu dengan penambahan K2Cr2O7 serta beberapa perlakuan. Larutan sampel akan berubah dari jingga menjadi hijau tergantung dengan jenis alkohol dan kadar alkohol yang terdapat di dalam sampel. Dibuat juga larutan baku standar dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% untuk menentukan konsentrasi standar alkohol.

           
Dari persamaan pada kurva kalibrasi standar alkohol di atas, maka dapat dihitung kadar alkohol yang ada pada sampel Tape ketan. Dengan menggunakan persamaan , yaitu y adalah absroban sampel dan x merupakan kadar alkohol dalam sampel.  Maka didapatkan kadar alkohol yang diperoleh sebesar 9,79%.
BAB VI KESIMPULAN
            Setelah dilakukannya percobaan Analisis Kadar Alkohol Metode Oksidasi Dikromat Dalam Suasana Asam, dapat disimpulkan bahwa kandungan akohol pada Tape ketan adalah 9,79%.

BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Slamet Sudarmadji, Bambang Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa
untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.
____________________________________________. 1989. Analisa Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty, Yogyakarta.





0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika