I.
Pendahuluan
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara
penumbuhan kristal senyawa dalam larutan untuk memperoleh padatan kristalnya
yang terpisah dari (campuran) larutan induknya.
Setiap molekul atau senyawa memiliki struktur ikatan,
apakah ikatannya itu ionic atau kovalen, apakah fasanya gas, cair, atau padat.
Berdasarkan keteraturan strukturnya, terdapat dua jenis padatan, yakni padatan
kristal dan padatan amorf. Zat padat kristal memiliki keteraturan dalam
keberulangan strukturnya. Sedangkan pada padatan amorf tidak terdapat pola
keteraturan dalam strukturnya.
Banyak sekali senyawa-senyawa padat, baik senyawa
organik maupun anorganik, yang memiliki struktur kristal. Contoh yang paling banyak
kita jumpai sehari-hari dari senyawa organik yang memiliki struktur kristal
adalah glukosa, dan pada senyawa anorganik seperti garam NaCl.
Kristal bisa tumbuh pada suatu larutan yang jenuh.
Bila suatu larutan dijenuhkan, apakah melalui penguapan pelarutnya, pemakaian
pelarut campuran yang memiliki kepolaran yang berbeda, atau penambahan ion
sejenis pada larutan, maka pengintian molekul-molekul akan dimulai.
Masing-masing molekul yang terlarut akan menggabungkan dirinya dengan yang
lainnya yang lambat laun menjadi padatan (endapan) yang keluar dari larutan
induknya. Bila padatan yang terbentuk adalah kristal, maka proses ini dinamakan
kristalisasi. Sehingga, kristalisasi dapat digunakan sebagai salah satu metode
pemurnian zat padat. Proses untuk mendapatkan padatan kristal yang lebih murni
lagi melalui pelarutan kembali dinamakan rekristalisasi.
Kelarutan tidak semata-mata dipengaruhi oleh
kepolaran pelarut dan konsentrasi (kejenuhan) larutan, ia juga dipengaruhi oleh
suhu. Suatu padatan akan menjadi lebih larut dalam pelarutnya pada suhu yang
lebih tinggi. Fenomena perbedaan kelarutan yang berbeda pada suhu yang berbeda
ini sering digunakan untuk memurnikan padatan dari pengotor-pengotornya yang
tak larut dalam pelarut panasnya. Atau, dengan suhu yang lebih tinggi, pelarut
dibiarkan menguap agar diperoleh suatu larutan jenuh yang akan memulai
pengintian terbentuknya kristal-kristal padat. Prinsip proses yang terakhir
inilah yang kita sering lihat pada usaha tambak garam.
Pada bagian ini kita akan melakukan contoh percobaan
bagaimana proses kristalisasi itu berlangsung dan bagaimana cara menanganinya.
Kita akan membuat garam timbal (II) kromat dari reaksi antara garam timbal yang
mudah larut dengan kalium kromat dalam pelarut air.
II.
Alat
dan Bahan
Neraca
analitik, gelas ukur, labu ukur, termometer, beaker glass, kertas saring,
corong Buchner, Erlenmeyer, Pb(NO)3 atau Pb-asetat dan K2CrO4,
dan akuades.
III.
Prosedur
1.
Buatlah
50 mL larutan Pb(NO)2 atau Pb-asetat 0,15 M dan 100 mL larutan K2CrO4
0,15 M.
2.
Masukkan
50 mL larutan Pb(NO)2 atau
Pb-asetat yang telah dibuat ke dalam beaker glass 250 mL. Tambahkan larutan
kalium kromat yang telah dibuat sebanyak 50 mL. Hangatkan secara perlahan
dengan api kecil sekitar 3 menit. Usahakan suhu pemanasan tidak lebih dari 50 °C.
3.
Bila
larutan keruh, saring dengan menggunakan kertas saring dan corong pemisah
Buchner. Filtratnya adalah larutan kuning jernih. Tambahkan 1 mL lagi kalium
kromat, hangatkan kembali seperti pada langklah 2. Bila larutan telah jernih
tak-berwarna yang menandakan kalium kromat sudah berlebih, diamkan larutan
sampai dingin pada suhu ruangan, atau kalau perlu dapat memakai penangas es
agar lebih cepat membentuk kristal.
4.
Saring
kristal tersebut dan cucilah beberapa kali dengan masing-masing 10 mL akuades.
5.
Bila
ingin dilakukan rekristalisasi, larutkan kembali kristal timbal (II) kromat
tersebut dalam air panas, bila perlu saring kembali untuk memastikan tidak ada
zat padat yang bercampur. Biarkan menjadi dingin dan membentuk kristal kembali.
Setelah tahap ini, kristal disaring, dikeringkan dan ditimbang untuk mengetahui
rendemennya.
IV. Hasil Pengamatan dan Perhitungan
V.
Kesimpulan
Paraf Asisten
0 komentar:
Post a Comment