Friday, 14 September 2012

Kinetika Kimia


Reaksi kimia berlangsung dengan kecepatan tertentu. Ada reaksi sangat cepat berlangsung seketika, misalnya reaksi ion. Akan tetapi terdapat banyak reaksi, baik untuk senyawa organik atau anorganik yang berlangsung dalam kecepatan yang dapat diukur pada temperatur yang memungkinkan dalam laboratorium studi tentang laju reaksi, suasana yang mempengaruhi laju reaksi dan mekanisme reaksi. Laju reaksi diukur sebagai berkurangnya zat yang beraksi atau bertambahnya zat hasil reaksi. Pada umumnya laju reaksi tergantung pada konsentrasi zat yang bereaksi, temperatur dan katalis. Selain dari itu radiasi dan keadaan fisik pereaksi dapat juga mempengaruhi laju reaksi.
Persamaan yang menyatakan laju sebagai fungsi konsentrasi setiap zat yang mempengaruhi laju reaksi disebut hukum laju atau persamaan laju untuk reaksi. Hukum laju reaksi hanya dapat ditentukan dengan eksperimen dan tidak dapat disimpulkan hanya dari persamaan reaksi.
Telah dikenal bahwa sejumlah reaksi mempunyai laju, pada temperatur tertentu, sebanding dengan konsentrasi dari satu, dua atau mungkin tiga pereaksi yang masing-masing diberi pangkat dengan bilangan kecil yang bulat yang disebut order reaksi. Orde reaksi terhadap suatu pereaksi sama dengan eksponen dalam hukum laju reaksi.


Untuk reaksi : A + 2B             3C + D
Hukum laju reaksinya :
 ­                           _ d[A] = _ d[B] = + d[C]= + d[D]= k[A]m[B]n            (1)
    dt          2dt         3dt           dt
dengan t = waktu
 ­ _ d[A] dan_ d[B] : laju berkurangnya konsentrasi pereaksi A dan B dalam mol/liter/detik
       dt         2dt
+ d[A] dan + d[B] : laju bertambahnya konsentrasi hasil reaksi C dan D dalam mol/liter/detik
       dt         2dt
dengan k adalah tetapan laju reaksi.
Reaksi keseluruhan adalah orde ke (m + n), dengan orde ke m terhadap A dan orde ke n terhadap B.
Contoh :
(i)                 Jika m=1, n=0 persamaan laju reaksi : ­ _ d[A] = k[A]
              dt               
Reaksi adalah orde kesatu terhadap A. Reaksi orde kenol terhadap B
Orde reaksi keseluruhan adalah orde kesatu
(ii)               Jika m=1, n=1, persamaan laju reaksi: _ d[A] = k[A]
            dt        
Reaksi adalah orde kesatu terhadap A, orde kesatu terhadap B,
Orde reaksi keseluruhan adalah orde kedua

(iii)             Jika m=2, n=0, persamaan laju reaksi: _ d[A] = k[A]2
            dt        
Reaksi adalah orde kedua terhadap A, orde kenol terhadap B,
Orde reaksi keseluruhan adalah orde kedua
(iv)             Jika m=1, n=1, persamaan laju reaksi: _ d[A] = k[A]2[B]
            dt        
Reaksi adalah orde kesatu terhadap A, orde kesatu terhadap B,
Orde reaksi keseluruhan adalah orde ketiga

Suatu reaksi kimia dapat berlangsung apabila orientasi antara pereaksinya tepat satu sama lain dan tercapainya energi pengaktifan reaksi. Energi pengaktifan adalah energi yang dibutuhkan untuk mengatasi efek sterik dan untuk memulai pemutusan ikatan lama pada pereaksi. Energi pengaktifan ini diperlukan untuk mengubah substrat pereaksi menjadi spesi kompleks teraktifkan (keadaan transisi). Pada gambar 1 dapat dilihat bahwa energi pengaktifan merupakan perbedaan jaraj antara posisi energi pereaksi dengan energi pada keadaan transisi. Energi pengaktifan biasanya dilambangkan dengan ∆H‡, ∆H*, atau Ea, atau  ∆G‡, ∆G* jika energi bebas yang dijadikan patokan. Energi pengaktifan dihubung dengan tetapan laju reaksi, k, dan temperatur oleh persamaan arrhenius berikut :
k = Ae–Ea/RT                                                          (2)

ln A++
 

(3)
 
Atau ungkapan logaritmanya adalah :
lnk =  


Dengan, R adalah tetapan gas ideal dalam 8,314 Jmol-1K-1 atau, 1,99 kalmol -1K-1 atau 0,082 L. atm-1K-mol-1 dan T adalah temperatur dalam K. Berdasarkan persamaan (3), hubungan antara energi pengaktif dengan tetapan laju k, dapat dibuat dalam grafik linier dengan ink sebagai sumbu y dan 1/T sebagai sumbu x. Energi pengaktifan dapat diperoleh dari grafik ini dengan mengambil kemiringan garis lurus antara ink dengan 1/T. Dengan demikian, secara kuantitatif pengaruh temperatur terhadap laju reaksi dapat ditentukan secara eksperimen, sekaligus dapat menentukan besarnya energi pengaktifan suatu reaksi




.................
Gambar 1. Diagram hubungan energi dengan jalannya reaksi




.......................
Gambar 2. Diagram hubungan antara lnk dengan 1/T dalam persamaan energi pengaktifan

Percobaan  1 : Menentukan Tingkat Reaksi
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan tingkat reaksi terhadap pereaksi antara larutan asam klorida dengan larutan natrium tiosultaf
Na2S2O3 (aq) + 2 HCI (aq)                  2 NaCI (aq) + SO2 (g) + S (s) + H2O (I)

Alat dan Bahan
Ukuran / Satuan
Jumlah
Gelas kimia
Silinder ukur
Alat pengukur waktu
Larutan HCI
Larutan Na2S2O3
50 cm3 atau 100 cm3
25 cm3
-
2 M
0,2 M
7
2
1
75 cm3
125 cm3

Urutan Kerja :
  1. Buatlah tanda silang ( X ) dengan tinta hitam pada sehelai kertas putih.
  2. Masukan 10 cm3 larutan HCI 2 M ke dalam gelas kimia dan letakan gelas kimia tersebut diatas tanda silang. Tambahkan 20 cm3 larutan Na2S2O3  0,2 M dan catat waktu sejak penambahan itu sampai tanda silang tepat tidak terlihat lagi dari atas.
  3. Ulangi percobaan dengan mengunakan larutan Na2S2O3 yang lebih diencerkan seperti tercantum dalam Tabel –I.
  4. Ulangi percobaan dengan menggunakan larutan HCI yang diencekan seperti tercantum dalam Tabel – II

Hasil Pengamatan
TABEL- I
Volum HCI 2 M (cm3)
Volum (cm3)
Konsentrasi (mo1/dm3)
Na2S2O3
Awal reaksi
Waktu (detik)

1


waktu

Na2S2O0,2 M
Air
Jumlah Volum
10
10
10
10
20
15
10
5
-
5
10
10
30
30
30
30




TABEL II

Volum
Na2S2O3
0.2 M
(cm3)
Volum (cm3)
Konsentrasi
(mol/dm3)
HCl
Awal reaksi
Waktu
(detik)
1

waktu

HCl
0.2 M
Air
Jumlah Volum
20
20
20
10
7.5
5
-
2.5
5
30
30
30



Pertanyaan :
  1. Buat grafik    1      terhadap konsentrasi Na2S2O3
                        Waktu
Bagaimana hubungan aljabar antara    1      dengan konsentrasi Na2S2O3.
                                                                Waktu
      Berapa tingkat reaksi terhadap Na2S2O3 ?

2. Buat grafik     1        terhadap konsentrasi HCl.
                             Waktu
            Bagaimanakah hubungan aljabar antara    1      dengan konsentrasi HCl.
    Waktu
            Berapa tingkat reaksi terhadap HCl ?
  1. Tulis persamaan laju reaksinya !
  2. Berapakah tingkat reaksinya ?
  3. Mengapa pada eksperimen ini jumlah volum dibuat konstan dengan menambah air pada setiap pengenceran ?

Percobaan 2 : Pengaruh Suhu
Pada eksperimen ini akan diselidiki bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada reaksi antara natrium tiosulfat dengan asam klorida.
Na2S2O3 (aq) + 2 HCI (aq)                        2 NaCI (aq) + H2O (l) + SO2 (g) + S (s)
Alat dan Bahan
Ukuran / Satuan
Jumlah
Gelas Kimia
Alat pembakar, kaki tiga, dan kasa
Alat pengukur waktu
Termometer
Larutan Natrium tiosulfat
Larutan asam klorida
125 cm3
-
-
0º-100ºC
0.1  M
3 M
2
1/1/1

1
200 cm3
20 cm3
Urutan Kerja :
  1. Buatlah tanda silang yang sama tipisnya pada dua helai kertas putih dan tempelkan kertas itu pada dua gelas kimia dengan tanda silang menghadap ke dalam.
  2. Masukkan 100 cm  larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas kimia 1 ukur suhunya dan catat. Tambahkan 10 cm3 HCI 3 M. Catat waktu sejak penambahan itu sampai tanda silang tepat tidak terlihat lagi.
      Suhu = ..............................0C                          Waktu = ........................ detik
  1. Masukan 100 cm3 larutan Na2S2O3 0,1 M ke dalam gelas dan panaskan hingga 100C di atas suhu kamar. Catat suhu itu. Tambahkan 10 cm3 HCI 3 M dan catat waktu seperti di atas.  
Suhu = ..............................0C                          Waktu = ........................ detik
Pertanyaan :
  1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi pada reaksi larutan natrium tiosulfat dengan asam klorida ?
  2. Apakah reaksi ini termasuk eksoterm atau endoterm ?

Catatan :     Segera buang campuran reaksi dan cuci gelas kimia agar endapan belerang tidak melekat (sukar dibersihkan).

2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-
2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-
2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-
2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-

Perhitungan :
  Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hokum laju reaksi berorde -4 (minus 4), masing-masing berorde -2 terhadap [Fe3+] dan berorde -2 terhadap [S2O32].
Reaksinya : 2 Fe3+(aq) + S2O32- (aq)            2 Fe2+ + S4O62-. Persamaan lajunya dinyatakan sebagai :
- d[Fe3+] = -k[Fe3+]2-[ S2O32-]-2 atau -[Fe3+]2-[ S2O32-]-2d[Fe3+]=kdt


2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-

Perhitungan :
  Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hokum laju reaksi berorde -4 (minus 4), masing-masing berorde -2 terhadap [Fe3+] dan berorde -2 terhadap [S2O32].
Reaksinya : 2 Fe3+(aq) + S2O32- (aq)            2 Fe2+ + S4O62-. Persamaan lajunya dinyatakan sebagai :
- d[Fe3+] = -k[Fe3+]2-[ S2O32-]-2 atau -[Fe3+]2-[ S2O32-]-2d[Fe3+]=kdt

2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-

Perhitungan :
  Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hokum laju reaksi berorde -4 (minus 4), masing-masing berorde -2 terhadap [Fe3+] dan berorde -2 terhadap [S2O32].
Reaksinya : 2 Fe3+(aq) + S2O32- (aq)            2 Fe2+ + S4O62-. Persamaan lajunya dinyatakan sebagai :
- d[Fe3+] = -k[Fe3+]2-[ S2O32-]-2 atau -[Fe3+]2-[ S2O32-]-2d[Fe3+]=kdt

2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-

Perhitungan :
  Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hokum laju reaksi berorde -4 (minus 4), masing-masing berorde -2 terhadap [Fe3+] dan berorde -2 terhadap [S2O32].
Reaksinya : 2 Fe3+(aq) + S2O32- (aq)            2 Fe2+ + S4O62-. Persamaan lajunya dinyatakan sebagai :
- d[Fe3+] = -k[Fe3+]2-[ S2O32-]-2 atau -[Fe3+]2-[ S2O32-]-2d[Fe3+]=kdt

2.2 Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-

Perhitungan :
  Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hokum laju reaksi berorde -4 (minus 4), masing-masing berorde -2 terhadap [Fe3+] dan berorde -2 terhadap [S2O32].
Reaksinya : 2 Fe3+(aq) + S2O32- (aq)            2 Fe2+ + S4O62-. Persamaan lajunya dinyatakan sebagai :
- d[Fe3+] = -k[Fe3+]2-[ S2O32-]-2 atau -[Fe3+]2-[ S2O32-]-2d[Fe3+]=kdt


Percobaan 3: Pengaruh Suhu dan Penentuan Energi Pengaktifan Reaksi Redoks Fe3+ dengan S2O32-


Perhitungan :
Reaksi redoks antara Fe3+ dan S2O32- adalah reaksi yang mengikuti hukum laju reaksi berorde – 4 (minus 4), masing-masing berorde -2 untuk [Fe3+] dan -2 untuk
[S2O32-].  Reaksinya: 2 Fe3+(aq)  +  2S2O32-(aq)  2Fe2+ +  S4O62-.  Persamaan lajunya dinyatakan sebagai  - =  - k[Fe3+]-2 [S2O32-]-2
Jadi misalkan Fe3+ = A  S2O32- =  B   dengan reaksi  :

                           A              +           B  Produk
Awal                   A0                       B0
Reaksi                 x                         x
Setimbang        A0 -x                      B0- x


Laju reaksi terhadap produk :   =  k [A0 -x ]-2 [B0- x]-2
Apabila laju reaksi terhadap produk dintegralkan, maka dapat diperoleh hubungan:


K =
Dengan menggunakan persamaan tetapan laju, k , diatas anda dapat menghitung  harga tetapan laju k, dari tiap hasil pencatatan waktu pada masing-masing suhu dari percobaan di atas.  Kemudian alurkan dalam grafik nilai ln k terhadap  1/T  dari masing-masing suhu percobaan dalam satuan K (Kelvin). Berdasarkan grafik yang diperoleh, hitunglah harga Ea  dalam Joule atau kilo Joule.

Percobaan 4 : Pengaruh Katalis dalam Kinetika Kimia
1. Pasta gigi gajah
Percobaan ini menunjukkan reaksi dekomposisi hidrogen peroksida yang dikatalisis oleh kalium iodida. Reaksi ini menggunakan gelas ukur 250 mL.  Pada percobaan ini digunakan larutan 30 % H2O2 dan larutan KI jenuh dibuat dengan melarutkan 15 g KI dalam air.  Reaksi dekomposisi H2O2 berlangsung sangat cepat dan menghasilkan gas O2 yang akan membenruk buih dengan cairan detergen.  Ion I- bertindak sebagai katalis dalam reaksi ini.  Warna kecoklatan dari buih yang terbentuk ini menunjukkan keberadaan I2 di dalam reaksi ini, yang dapat menodai baju, kulit dan lantai.

Cara Kerja :

2. Katalis dalam Metabolisme Makhluk hidup
Produksi gas oksigen secara alami : Kerja enzim sebagai biokatalis
Oksigen dihasilkan setiap saat dalam proses-proses alami. Enzim-enzim alami dalam kentang mentah atau hati mentah akan menghasilkan oksigen. Dalam percobaan ini kita akan mengamati oksigen yang dilepaskan dari H2O2 dengan adanya enzim (biokatalis).

Cara Kerja :


0 komentar:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika