Wednesday 17 October 2012

SIFAT – SIFAT KOLIGATIF




TUJUAN PERCOBAAN    :
·         Menentukan keaktifan pelarut dan zat terlarut dengan menggunakan data penurunan titik beku.
·         Menentukan berat molekul zat terlarut dengan menggunakan data kenaikan titik didih.


TEORI DASAR                     :
Sifat koligatif larutan adalah sifat fisis larutan yang hanya tergantung pada jumlah partikel zat terlarut dan tidak tergantung dr jenis zat terlarut.
Dengan mempelajari sifat koligatif larutan, akan menambah pengetahuan kita tentang gejala-gejala di alam, dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan, misalnya:mencairkan salju dijalan raya, menggunakan obat tetes mata atau cairan infuse, mendapatkan air murni dari air laut, menentukan massa molekul relative zat terlarut dalam larutan, dan masih banyak lagi.
Yang tergolong sifat koligatif larutan adalah
: penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku dan tekanan osmotik dari larutan.
Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal- hal berikut :
• Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan(mol/L)
• Molal, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan(mol/Kg)
• Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol total larutan(mol zat pelarut+mol zat terlarut)
X terlarut= n terlarut/n terlarut+n pelarut
Xpelarut=n pelarut/n terlarut+n pelarut(1).
Setelah mengetahui hal-hal di atas, sekarang kita menginjak pada sifat koligatif yang pertama,
1. Penurunan tekanan uap.
Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karena sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut :
P = Po. XB
keterangan:
P : tekanan uap jenuh larutan
Po : tekanan uap jenuh pelarut murni
XB : fraksi mol pelarut
Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi :
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = Po . XA
keterangan:
ΔP : penuruman tekanan uap jenuh pelarut
Po : tekanan uap pelarut murni
XA : fraksi mol zat terlarut
2. Kenaikan titik didih (ΔTb)
Setiap cairan mempunyai suhu didih tertentu (pada tekanan atmosfer tertentu). Suhu ini disebut titik didih cairan. Jika cairan tersebut digunakan sebagai pelarut dalam suatu larutan, maka akan diamati bahwa titik didih larutannya akan selalu lebih tinggi dibandingkan cairan murninya (pelarut). Hal ini dikenal dengan istilah kenaikan titik didih.









Adanya zat terlarut yang sukar menguap menyebabkan pelarut tidak mudah menguap dengan mudah. Oleh karena itu, diperlukan energi yang lebih besar (konsekuensinya suhu menjadi semakin tinggi) untuk menguapkan pelarut. Besarnya kenaikan titik didih dapat dihitung melalui persamaan berikut:
ΔTb = Kb . m

ΔTb = Tb larutan - Tb pelarut

ΔTb = kenaikan titik didih

Kb = konstanta kenaikan titik didih molal

m = molalitas zat terlarut

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
ΔTb = kenaikan titik didih (oC)
m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai:
Tb = (100 + ΔTb) oC
jika pelarutnya bukan air,maka titik didih larutan menyesuaikan diri dengan titik didih pelarut yang digunakan.Adanya kenaikan titik didih dapat dihitung dengan:
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut

3. Penurunan Titik Beku (ΔTf)
Setiap cairan mempunyai suhu beku tertentu. Jika suatu cairan digunakan sebagai pelarut, dapat diamati bahwa titik beku larutan tersebut ternyata selalu lebih rendah dibandingkan titik beku cairan murninya (pelarut). Hal ini disebut penurunan titik beku.
Adanya zat terlarut menyebabkan entropi (ketidakteraturan) pelarut semakin tinggi. Dengan demikian, untuk mengubah pelarut dari fasa cair menjadi fasa padat diperlukan usaha ekstra.










Hal ini mengakibatkan titik beku larutan lebih rendah dibandingkan pelarutnya. Persamaan yang digunakan untuk menghitung besarnya penurunan titik beku adalah sebagai berikut:

ΔTf = Kf . m

ΔTf = Tf pelarut - Tf larutan

ΔTf = penurunan titik beku

Kf = konstanta penurunan titik beku molal

m = molalitas zat terlarut





Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai:
 
        

ΔTf = penurunan titik beku
m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
P = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O – ΔTf)oC


ALAT DAN BAHAN           :

ALAT
BAHAN
Termometer Beckman
Benzena
Kaca Pembesar
Sikloheksana
Stop Watch
Naftalena
Gelas ukur 50mL
Batu didih
Gelas ukur 100mL

Termos besar

Tabung reaksi besar

Tabung reaksi sedang

Heating Mantel








PROSEDUR KERJA            :
Penurunan Titik Beku
1.       Sebanyak 40 mL benzena dimasukkan ke dalam alat titik beku.
2.       Termometer Beckman dipasang beserta batang pengaduk pada tabung reaksi sedang dan tabung reaksi sedang berisi pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar dan dimasukkan ke dalam termos yang berisi air es.
3.       Pelarut diaduk secara perlahan agar tidak beku, kemudian ketika thermometer menunjukkan Δ0 mulai dihitung penurunannya setiap ½ detik sekali sampai 5-6x konstan.
4.       Hentikan setelah diperoleh suhu konstan selama 5-6x pengamatan. Lepaskan termometer Beckman, lalu 200 mg benzoat sebagai zat terlarut yang sebelumnya sudah ditimbang dimasukkan ke dalam pelarut benzena tadi.
5.       Amati kembali hingga diperoleh 5-6x suhu konstan. Hentikan, kemudian laukan langkah 4 dengan menambah 500 mg benzoat kedalamnya.
Kenaikan Titik Didih
1.       Alat-alat Contrell dipasang, kemudian batu didih dimasukkan 3-5 butir.
2.       Sebanyak 47,2 g sikloheksan dimasukkan ke dalam alat hingga bagian corong terbalik terendam.
3.       Air pendingin dan Heating mantle dihidupkan
4.       Tunggu hingga pelarut mendidih, ketika termometer Beckman menunjukkan angka Δ0 segera dihitung kenaikannya dengan menggunakan stop watch setiap ½ menit sekali hingga diperoleh 5-6x suhu konstan.
5.       Hentikan apabila telah diperoleh 5-6x suhu konstan, heating mantle dimatikan, tunggu hingga dingin, kemudian 200 mg naftalena yang sudah ditimbang dimasukkan ke dalam alat.
6.       Amati kembali hingga diperoleh 5-6x suhu konstan. Hentikan, kemudian laukan langkah 4 dengan menambah 500 mg naftalena kedalamnya.




DATA PENGAMATAN
*      Data Penimbangan
·         Penurunan Titik Beku

1.       W gelas ukur + benzena                                = 164,01 g
W gelas ukur                                      = 129,29 g     +
W Benzena                                         =   34,72 g

2.       W kertas timbang + benzoat       = 0,59 g
W kertas timbang                            = 0,39 g   +
W Benzoat (1)                                   = 0,20 g

3.       W kertas timbang + benzoat       = 0,82 g
W kertas timbang                            = 0,32 g   -
W Benzoat (2)                                   = 0,50 g

·         Kenaikan titik Didih

1.    W kertas timbang + sikloheksan = 157,85 g
W gelas ukur                                       = 126,91 g   -
W sikloheksan                                   = 30,94 g

2.    W kertas timbang + naftalen       = 0,57 g
W kertas timbang                             = 0,37g   -
W naftalen (1)                                   = 0,20 g

3.    W kertas timbang + naftalen       = 0,85 g
W kertas timbang                             = 0,35 g   -
W naftalen (2)                                   = 0,50 g




*     
Batang Pengaduk
Termometer beckman
Diagram Alir Penurunan Titik Beku
Es
Pelarut (benzena)
Amati skala pada thermometer beckmann dengan luv. Jika sudah jika skala telah menunjukkan ∆0, hitung waktu selama selang waktu 30’’ hingga data konstan selama 10X.
Rangkaian alat pada gambar disamping, aduk perlahan
Masukkan pelarut (benzena) ke dalam tabung reaksi besar.
 





 








*     
Batang Pengaduk
Termometer beckman
Diagram Alir Kenaikan titik didih

Masukkan sikloheksan kedalam tabung reaksi sedang beserta batu didih
Sikloheksan

Masukkan tabung reaksi besar yang berisi sikloheksan seperti gambar dibawah ini. Pekerjaan selanjutnya sama seperti pada penurunan titik didih.
 







 




Waktu
(menit)
Penurunan titik beku
ΔTb
ΔTb1
ΔTb2
0,5
1,85
1,64
2,21
1,0
1,97
1,87
2,56
1,5
2,31
2,10
2,87
2,0
2,84
2,23
2,93
2,5
2,91
2,37
3,27
3,0
3,13
2,51
3,47
3,5
3,18
2,64
3,51
4,0
3,20
2,95
3,73
4,5
3,27
3,27
3,92
5,0
3,30
3,45
4,07
5,5
3,47
3,68
4,25
6,0
3,54
3,82
4,25
6,5
3,69
3,97
4,25
7,0
3,37
3,97
4,25
7,5
3,37
3,97
4,25
8,0
3,37
3,97

8,5
3,37
3,97

9,0
3,37


*     
*      Tabel Kenaikan titik didih
Tabel penurunan titik beku                                                                       

Waktu
(menit)
Penurunan titik beku
ΔTf
ΔTf1
ΔTf2
0,5
0,26
2,51
2,69
1,0
0,54
3,17
2,83
1,5
0,76
3,34
3,40
2,0
0,93
3,42
3,67
2,5
1,18
3,48
3,83
3,0
1,31
3,51
3,97
3,5
1,47
3,54
4,00
4,0
1,62
3,56
4,11
4,5
1,81
3,63
4,13
5,0
2,02
3,59
4,14
5,5
2,14
3,63
4,17
6,0
2,28
3,63
4,21
6,5
2,42
3,63
4,23
7,0
2,56
3,63
4,23
7,5
2,62
3,63
4,23
8,0
2,74

4,23
8,5
2,87

4,23
9,0
3,00

4,23
9,5
3,12


10,0
3,24


10,5
3,38


11,0
3,42


11,5
3,46


12,0
3,46


12,5
3,46


13,0
3,46


13,5
3,46


14,0
3,46











*      Perhitungan
Penurunan titik beku
ΔT1 = Perubahan suhu pelarut murni (benzena)
ΔT2 = Perubahan suhu zat 1 (benzoat)
ΔT2= Perubahan suhu zat 2 (benzoat)

·      ΔTf1        = ΔT2 -  ΔT1
= 3,63 – 3,46
= 0,17
·      ΔTf2             = ΔT2’ -  ΔT1
= 4,23 – 3,46
                                = 0,77
·      Kereaktifan pelarut
ln a1        = - 6,68X10-3 (ΔTf1) – 2,6 X 10-5(ΔTf1)2
                                                 =  - 6,68X10-3 (0,17) - 2,6 X 10-5(0,17)2
                                = ( - 1,1356 X10-3 ) – 7,514 X 10-7
                                                = - 1,1363 X10-3
                a1            = 0,9989
                ln a2           = - 6,68X10-3 (ΔTf2) – 2,6 X 10-5(ΔTf2)2
                                = - 6,68X10-3 (0,77) – 2,6 X 10-5(0,77)2
                                = -5,1236 X 10-3 – 1,5415 X 10-5
                                = -1,1590 X 10-3
                        a2                  = 0,9948
                   =
    =
 =   =  0,9968

·      Kemolalan benzoat
m1 =
     =
      = 0,0738 molal
m2 =
     =
      = 0,1846 molal
 =
=    =   0,1292 molal
               
·      Koefisien osmosis
g1 =
     =
     = 0,5568
g2    =
=
= 0,2226
   = 
   =   0,3897

·      Koefisien keaktifan
0
0,1846
m2

Molalitas
0,0738
m1

3,3061
8,2696














Luas trapesium =
= 1 -
=
=
= 0,0431

                        = (1-0,3897) + 0,1846 ( 0,0431 )
= 0,6103 + ( 7,9563 X 10-3 )
= 0,6023
                =
·      Koefisien zat terlarut
a = α .
= 1,8264 ( 0,1292 )
= 0,02360


















Kenaikan titik didih
ΔT1 = Perubahan suhu pelarut murni
ΔT2 = Perubahan suhu pelarut murni + naftalena 1
ΔT2 = Perubahan suhu pelarut murni + naftalena 1 + naftalena 2
ΔTb1          = ΔT2 - ΔT1
= 3,97 – 3,73
= 0,24
ΔTb2          = ΔT2 - ΔT1
= 3,97 – 3,73
= 0,24
ΔTb        =
                                =
ΔTb        = 0,38 + 273  =  273,38 K
ΔT1              = 3,73 + 273  =  276,73 K
ΔT2              = 3,97 + 273 = 276,97 K
ΔT2            = 4,25 + 273 = 277,25 K
ΔHv        =  ΔTb X 85 JK-1 mol-1
                                = 273,38 K X 85 JK-1 mol-1
                                                 = 23237,3 J mol-1
                                                 = 23,24 KJ mol-1
ΔTb        =
Mrzat terlarut 1         =
                                                =
                                                =
                                                = 54,51 g/mol
Mrzat terlarut 2         =
                                                =
                                                =  
                                                = 135,55 g/mol

PEMBAHASAN                  :

·         Termometer beckmann harus disimpan dalam keadaan berdiri. Hal tersebut dikarenakan air raksa yang berada di dalam termometer tidak boleh sampai putus, yang akan menyebabkan termometer tidak dapat berfungsi.
·         Peralatan yang digunakan pada percobaan, seperti tabung reaksi sedang, harus dibilas dengan menggunakan pelarut yang dipakai, tidak boleh dicuci dengan air.
·         Pada setiap percobaan baik penurunan titik beku maupun kenaikan titik didih, ketika pelarut murni sudah didapatkan ΔT yang konstan sebanyak beberapa kali, penambahan zat terlarut dilakukan setelah skala menunjukkan Δ0.
·         Percobaan penurunan titik beku, penambahan es didalam bejana gelas harus terisi penuh agar skala raksa pada termometer beckmann cepat turun.
·         Pada percobaan penurunan titik beku maupun kenaikan titik didih, pelarut yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar harus selalu diaduk secara perlahan.
·         Pada rangkaian kenaikan titik didih, selang air yang masuk berada di posisi bawah yaitu menjauhi tabung reaksi. Sedangkan selang air yang  keluar berada pada posisi atas.
Selang air keluar




Selang air keluar
 





Jangan sampai posisi selang tertukar, karena akan menyebabkan pendingin (kondensor) tidak akan terisi penuh.




LAMPIRAN                          :



KESIMPULAN                     :
                Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
Ø  Pada penurunan titik beku :
·      Kereaktifan pelarut α1 = 0,9989; α2 = 0,9948; dan  = 0,9968
·      Kemolalan benzoat m1 = 0,0738; m2 = 0,1846; dan  = 0,1292
·      Koefisien osmosis g1 = 0,5568; g2 = 0,2226;  = 0,3897
·      Koedisien zat terlarut = 0,02360
Ø  Pada kenaikan titik didih :
·      Mr Naftalen 1 = 54,51 gmol-1; dan Mr Naftalen 2 = 136,55 gmol-1



DAFTAR PUSTAKA                           :
Andy. 2009. Pre-College Chemistry.
A.W Franciss , “Louis, Liquid Equilibrium“ . Interscience Newyork. 1963
A.Findly, J.A. Kitchner. “Practical Physical Chemistry” 8th ed. Longmons Green, New York. 1954
Burns, Ralph A. 1995. Fundamental of Chemistry. New Jersey : Prentice Hall, Inc.
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Golberg, David E. 1989, Schaum’s 3000 Solved Problems in Chemistry. New Jersey : Mc Graw Hill Book Comp
G.W Castellan. “Physical Chemistry”, 2th eel. Adisson Westley Massaschusets. 1975.
J. M. Wilson et al,”Experimens in Physical Chemistry”. Edisi kedua Pergamon, 1968.
Moore, John T. 2003. Kimia For Dummies. Indonesia:Pakar Raya.
O’ Connor, P. R., et. Al. 1982. Chemistry, Experiments and Principles. Massachusets : D. C. Heath Company
Ryan, L. 1996. Chemistry for You. Cheltenham: Stanley Thorn Publisher Ltd.

1 komentar:

Andini Dwisurya Utami said...

boleh minta file lengkapnyaa doongg. please. makasih :)

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Catatan Informatika