Tujuan
·
Menentukan isoterm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses
adsorpsi asam asetat pada arang.
Teori Dasar
Pengertian
Adsorbsi
Adsorpsi adalah
gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat pada permukaan zat lain sebagai
akibat daripada ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan tersebut. Untuk proses
adsorpsi dalam larutan, jumlah zat yang teradsorpsi bergantung pada beberapa
faktor:
a) Jenis adsorben.
b) Jenis adsorbat atau zat yang teradsorpsi.
c) Luas permukaan adsorben.
d) Konsentrasi zat terlarut.
e) Temperatur.
Bagi suatu sistem adsorpsi tertentu, hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorsi persatuan luas atau per satuan berat adsorben, dengan konsentrasi
zat terlarut pada temperatur tertentu disebut isoterm adsorpsi. Oleh Freundlich
isoterm adsorpsi ini dinyatakan sebagai:
dalam hal ini:
x = jumlah zat teradsorpsi.
m = jumah adsorben dalam gram.
C = konsentrasi zat terlarut dalam larutan setelah tercapai keseimbangan
adsorpsi.
k = tetapan
n = tetapan
Persamaan (1) dapat diubah menjadi :
Persamaan ini
mengungkapkan bahwa bila suatu proses adsorpsi menuruti isoterm Freundlich,
maka aluran log x/m terhadap log C akan merupakan garis lurus. Dari garis dapat
di evaluasi tetapan-tetapan k dan n.
Adsorpsi dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
a)
Chemisorption,
terjadi karena ikatan kimia (chemical bonding) antara molekul zat terlarut
(solute) dengan molekul adsorban. Adsorpsi ini bersifat sangat eksotermis dan
tidak dapat berbalik (irreversible). Adsorpsi
kimia terjadi karena adanya rekasi kimia antara zat padat dengan adsorbat larut
dan reaksi ini tidak berlangsung bolak-balik. Interaksi suatu senyawa organik
dan permukaan adsorben dapt terjadi melauli tarikan elektrostatik atau
pembentukan ikatan kimia yang spesifik misalnya ikatan kovalen. Sifat-sifat
molekul organik seperti struktur, gugus fungsional dan sifat hidrofobik
berpengaruh pada sifat-sifat adsorpsi.
a)
Adsorpsi
fisika (physical adsorption, terjadi karena gaya tarik molekul oleh gaya van
der Waals dan biasanya adsorpsi ini berlangsung secara bolak-balik. Ketika gaya
tarik-menarik molekul antara zat terlarut dengan adsorben lebih besar dari gaya
tarik-menarik zat terlarut dengan pelarut, maka zat terlarut akan cenderugn
teradsorpsi pada permukaan adsorben.
b) Ion exchange (pertukaran ion), terjadi karena gaya elektrostatis.
Penentuan Adsorbsi Isoterm
Perubahan konsentrasi adsorbat oleh proses
adsorpsi sesuai dengan mekanisme adsorpsinya dapat dipelajari melalui penentuan
isoterm adsorpsi yang sesuai. Isoterm Langmuir dan Isoterm BET adalah dua
diantara isoterm-isoterm adsorpsi yang dipelajari:
a.
Isotherm Langmuir.
Meskipun terminology adsorpsi pertama kali diperkenalkan oleh
Kayser (1853-1940), penemu teori adsorpsi adalah Irving Langmuir (1881-1957),
Nobel laureate in Chemistry (1932). Isoterm adsorpsi
Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi,yaitu :
(1) Adsorpsi hanya
terjadi pada lapisan tunggal (monolayer),
(2) Panas adsorpsi
tidak tergantung pada penutupan permukaan, dan
(3) Semua situs dan
permukaannya
Persamaan
isoterm adsorpsi Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap
terjadinya kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada
permukaan adsorben dengan molekulmolekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan
isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut :
C merupakan konsentrasi adsorbat dalam
larutan, x/m adalah konsentrasi adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k
adalah konstanta yang berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah
kapasitas adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir
dapat disajikan seperti pada Gambar 1 :
b. Persamaan
Isoterm Adsorpsi Freundlich
Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich
didasarkan atas terbentuknya lapisan monolayer dari molekul-molekul adsorbat
pada permukaan adsorben. Namun pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada
permukaan adsorben bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich
dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n
log c.................................................................(2)
sedangkan
kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 2.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Adsorbsi
a)
Jenis
adsorban, apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll;
b)
Temperatur
lingkungan (udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya
makin rendah;
c)
Jenis
adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,
makin sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi
lebih mudah diadsorpsi).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi
digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a)
Adsorbsi
Lemah (weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah
satunya adalah klor).
b)
Adsorpsi
menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan
c)
Adsorpsi
kuat (strong) terjadi pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma)
dengan struktur benzena, C6H6).
Proses Adsorbsi
a)
Proses
adsorpsi mempunyai empat tahapan antara lain:
b)
Transfer
molekul-molekul adsorbat menuju lapisan film yang mengelilingi adsorben.
c)
Difusi
adsorbat melalui lapisan film (film
diffusion process).
d)
Difusi
adsorbat melalui kapiler atau pori-pori dalam adsorben (proses adsorpsi
sebenarnya).
e)
Adsorpsi
adsorbat pada dinding kapiler atau permukaan adsorben (proses adsorpsi
sebenarnya).
f)
Adsorpsi
dibatasi terutama oleh proses film diffusion dan pore diffusion, hal ini
tergantung oleh besarnya pergolakan dalam system. Jika pergolakan antar
partikel karbon dan fluida relative kecil, maka lapisan film disekeliling
partikel akan tebal sehingga adsorpsi berlangsung lambat. Apabila dilakukan
pengadukan yang cukup maka kecepatan difusi film akan meningkat.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adsobsi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan adsorpsi suatu adsorben diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Luas
permukaan adsorben
Semakin luas permukaan adsorben, semakin banyak asorbat
yang diserap, sehingga proses adsorpsi dapat semakin efektif. Semaki kecil
ukuran diameter partikel maka semakin luas permukaan adsorben.
2.
Ukuran
partikel
Makin kecil ukuran partikel yang digunakan maka semakin
besar kecepatan adsorpsinya. Ukuran diameter dalam bentuk butir adalah lebih
dari 0.1 mm, sedangkan ukuran diameter dalam bentuk serbuk adalah 200 mesh.
3.
Waktu kontak
Semakin lama waktu kontak dapat memungkinkan
proses difusi dan penempelan molekul adsorbat berlangsung lebih baik.
KOnsentrasi zat-zat organic akan turun apabila kontaknya cukup dan waktu kontak
biasanya sekitar 10-15 menit.
4.
Distribusi
ukuran pori
Distribusi pori akan mempengaruhi distribusi
ukuran molekul adsorbat yang masuk kedalam partikel adsorben. Kebanyakan zat
pengasorpsi atau adsorben merupakan bahan yang sangat berpori dan adsorpsi
berlangsung terutama pada dinding-dinding pori atau letak-letak tertentu
didalam partikel tersebut.
Salah
satu adsorban yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air
limbah) adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk
menghilangkan bau, warna, dan rasa air termasuk ion-ion logam berat. Karena
merupakan fenomena permukaan maka semakin luas permukaan kontaknya makin
tinggilah efisiensi pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi oleh arang yang
sudah diaktifkan sehingga menjadi porus dan kaya saluran kapiler. Yang belum
aktif, ruang kapilernya masih ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan
anorganik.
Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
Erlenmeyer 250 mL 7 buah
Erlenmeyer bertutup 250 mL 6 buah
Pipet volum 10 mL 2 buah
Pipet volum
25 mL 2 buah
Pipet ukur 25 mL 1 buah
Buret + klem buret 50 mL 1 buah
Botol Semprot 500 mL 1 buah
Batang Pengaduk 1 buah
Spatula 1 buah
Pipet tetes 1
buah
Botol Semprot 100°C 1 buah
|
Asam Asetat 0,500 – 0,0156 M
Larutan HCl 0,500 – 0,0156 M
Larutan standar NaOH 0,1 M
Karbon Aktif
Indikator Fenofthalein
|
Cara
Kerja
1. Arang diaktifkan dengan memanaskannya dalam cawan porselen. Arang
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer bertutup masing – masing 1 gram arang yang
ditimbang dengan ketelitian 1 gram.
2. Larutan asam disediakan dengan konsentrasi 0,500 M; 0,250 M; 0,125 M;
0,0625 M; 0,0313 M; dan 0,0156 M masing – masing 100 mL. Larutan yang telah
disiapkan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang sebelumnya telah diisi arang.
Labu ditutup selama 30 menit, setelah 30 menit dikocok selama satu menit secara
teratur selama 10 menit.
3. Temperatur selama percobaan dicatat dan dijaga agar tidak terjadi
perubahan temperatur yang terlalu besar. Untuk menjaga suhu, digunakan penangas
air.
4. Masing – masing larutan disaring dengan menggunakan kertas saring
kering.
5. Titrasi larutan dilakukan sebagai berikut :
Dari kedua
larutan dengan konsentrasi paling tinggi diambil 10 mL, larutan berikutnya
diambil 25 mL, dan dari ketiga larutan dengan konsentrasi paling rendah diambil
masing – masing 50 mL, kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH 0,1 M
dengan menggunakan indikator fenofthalein.
Data
Pengamatan
-
Diagram alir
percobaan
|
|||||||
|
|
||||||
|
|
|
||||||||||
-
Grafik
Berdasarkan grafik, diperoleh harga k dan n :
CH3COOH
6,152
HCl
3,741
-
Tabel Pengukuran
Volume Titran
[CH3COOH]awal
|
Massa
Sampel
|
V CH3COOH
|
V NaOH
(titran)
|
0,55986 M
|
1 gram
|
10 mL
|
50,5 mL
|
0,2536 M
|
1 gram
|
10 mL
|
21,7 mL
|
0,1246 M
|
1 gram
|
25 mL
|
25,76 mL
|
0,0586 M
|
1 gram
|
50 mL
|
20,60 mL
|
[HCl] awal
|
Massa
sampel
|
V HCl
|
N NaOH
(titran)
|
0,5031 M
|
1 gram
|
10 mL
|
44,52 mL
|
0,2497 M
|
1 gram
|
10 mL
|
21,08 mL
|
0,1263 M
|
1 gram
|
25 mL
|
27,41 mL
|
0,0591 M
|
1 gram
|
50 mL
|
26,23 mL
|
Perhitungan
CH3COOH
CH3COOH + NaOH → CH3COONa + H2O
CH3COOH 0,5 M
Mol CH3COOH
(0,5 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 50,5
= 5,19645
mol
= 0,519645 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,55986 – 0,519645
= 0,040215 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam
X Mr asam
=
0,040215 X 0,1 X 60
=
0,24129 gram
= - 0,617
Log C = log 0,040215
= -1,398
CH3COOH 0,25 M
Mol CH3COOH
(0,25 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 21,7 mL
= 2,23293
mol
= 0,223293 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,2536 – 0,223293
= 0,030307 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam
X Mr asam
= 0,030307
X 0,1 X 60
=
0,182 gram
= - 0,740
Log C = log 0,030307
= -1,523
CH3COOH 0,125 M
Mol CH3COOH
(0,125 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 25,76 mL
= 2,650704
mol
= 0,106028 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,1246 – 0,106028
= 0,0186 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam
X Mr asam
=
0,0186 X 0,1 X 60
=
0,112 gram
= - 0,951
Log C = log 0,0186 M
= -1,730
CH3COOH 0,0625 M
Mol CH3COOH
(0,0625 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 20,6 mL
= 2,11974
mol
= 0,0424 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,0586 – 0,0424
= 0,0162 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam
X Mr asam
=
0,0162 X 0,1 X 60
=
0,097 gram
= - 1,013
Log C = log 0,162 M
= -1,790
HCl + NaOH → NaCl + H2O
HCl 0,5 M
Mol HCl (0,5 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 44,52 mL
= 4,581
mol
= 0,458 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,5031 – 0,458
= 0,0451 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam X Mr asam
= 0,0451 X 0,1 X 36,45
= 0,164 gram
= - 0,785
Log C = log 0,0451 M
= -1,347
HCl 0,25 M
Mol HCl (0,25 M) = mol
NaOH
= 0,1029
X 21,08 mL
= 2,17
mol
= 0,217 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,2497 – 0,217
= 0,0327 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam X Mr asam
= 0,0327 X 0,1 X 36,45
= 0,119 gram
= - 0,924
Log C = log 0,0327 M
= -1,485
HCl 0,125 M
Mol HCl (0,25 M) = mol
NaOH
= 0,1029
X 27,41 mL
= 2,820
mol
= 0,113 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,1263 – 0,113
= 0,0113 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam X Mr asam
= 0,0113 X 0,1 X 36,45
= 0,041 gram
= - 1,387
Log C = log 0,113 M
= -1,1947
HCl 0,0625 M
Mol HCl (0,0625 M) = mol NaOH
= 0,1029
X 26,23 mL
= 2,699
mol
= 0,054 M
C adsorbsi = C awal – C akhir
= 0,1263 – 0,054
= 0,0591 M
Jumlah zat
terabsorbsi = C adsorbsi X V asam X Mr asam
= 0,0591 X 0,1 X 36,45
= 0,018 gram
= - 1,744
Log C = log 0,0051 M
= -2,292
CH3COOH
No
|
m (gram)
|
M awal
|
N asam akhir
|
X (gram)
|
x/m
|
Log x/m
|
Log C
|
1
|
1
|
0,55986
|
0,519645 N
|
0,24129
|
0,24129 gram
|
-0,617
|
-1,398
|
2
|
1
|
0,2536
|
0,223293 N
|
0,182
|
0,182 gram
|
-0,740
|
-1,523
|
3
|
1
|
0,1246
|
0,106028 N
|
0,112
|
0,112 gram
|
-0,951
|
-1,730
|
4
|
1
|
0,0586
|
0,0424 N
|
0,097
|
0,097 gram
|
-,1,013
|
-1,790
|
HCl
No
|
m (gram)
|
M awal (M)
|
N asam akhir
(N)
|
X (gram)
|
x/m (gram)
|
Log x/m
|
Log C
|
1
|
1
|
0,5031
|
0,458
|
0,164
|
0,164
|
-0,785
|
-1,347
|
2
|
1
|
0,21497
|
0,2712
|
0,119
|
0,119
|
-0,924
|
-1,485
|
3
|
1
|
0,1263
|
0,113
|
0,041
|
0,041
|
-1,387
|
-1,947
|
4
|
1
|
0,0591
|
0,034
|
0,018
|
0,018
|
-1,744
|
-2,292
|
Pembahasan
Arang yang digunakan
pada percobaan ini merupakan arang atau karbon aktif yang berfungsi sebagai
adsorben yang akan mengadsorpsi HCl. Banyaknya zat yang teradsorpsi bergantung
pada luas daerah permukaan arang, temperatur dan besarnya konsentrasi HCl yang
digunakan pada percobaan ini, yaitu : 0,500 M ; 0,0250 M ; 0,125 M dan 0,0625 begitupun
dengan konsentrasi asam asetat. Konsentrasi akhir dari masing-masing larutan
yang lebih kecil dari konsentrasi awal, agar berjalan stabil sesuai yang
diharapkan.
Volume titran (NaOH)
pada percobaan ini sangat besar yaitu sekitar 20-50 mL. Besarnya volume titran
yang digunakan diakibatkan dari pengaruh konsentrasi NaOH yang kecil, sesuai
dengan prosedur.
Pengadsorpsian zat oleh
zat lain pada dasarnya disebabkan oleh ketidak jenuhan gaya-gaya antar molekul
pada permukaan arang. Ketelitian temperatur sangat berpengaruh pula terhadap
naik turunnya temperatur adsorpsi.
Fungsi pengadukkan (pengocokan) arang
pada percobaan ini, bertujuan :
1.
Meningkatkan
frekuensi antara absorben (arang) dan absorbat (CH3COOH dan HCl)
sehingga jumlah arang yang menempel pada larutan dapat maksimal
2.
Mempercepat
proses kesetimbangan adsorpsi sehingga jumlah zat teradsorpsi dapat ditentukan.
3.
Mempercepat
proses penghomogenan adsorbat (CH3COOH dan HCl).
Kesimpulan
·
Nilai tetapan
harga k pada CH3COOH dan HCl masing-masing adalah 1
·
Nilai tetapan harga n pada CH3COOH dan HCl
adalah 6,152 dan 3,741
·
Semakin besar
konsentrasi asam, maka semakin besar daya adsorbsinya.
Daftar Pustaka
1. Atkins,
P.W. 1997.Kimia Fisika Jilid II.
Jakarta : Erlangga
2. http
://www. Chem-is-try.org/materi_kimia/adsorsi
4. W.J.1970. Laboratory
Manual of Physical Chemistry. Hal 200-202
5.
Steinbach, king.
Eksperiments in Physical Chemistry.
Hal. 213-216
0 komentar:
Post a Comment