BAB V PEMBAHASAN
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang
melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titran
dan analit. Hal dasar yang diperlukan
dari titrasi jenis ini adalah pencapaian kesetimbangan pembentukan yang cepat
setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang
mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.
Pada
titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur
dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan, sehingga seluruh ion Ag+
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah
perak nitrat. Perak nitrat dijadikan sebagai larutan baku sekunder dikarenakan
beberapa sifatnya yang tidak memenuhi sebagai larutan baku primer, antara lain
:
·
Kurang stabil
·
Mudah/dapat terurai oleh cahaya
Oleh karena itu diperlukan standar baku primer
untuk dapat menstandarisasi larutan perak nitrat. Maka digunakan Natrium
Klorida p.a (pro analis). Padatan natirum klorida ini memilki
kelebihan/perbedaan dengan natrium klorida biasa (garam dapur). Natrium Klorida
ini tidak bersifat higroskopis, sehingga memilki tingkat kestabilan yang baik.
Akan tetapi sebelum digunakan, padatan Natrium Klorida ini harus dipastikan
terlebih dahulu dalam oven pada suhu 1000C-1100C. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan molekul-molekul air yang memungkinkan masih
menempel dipermukaan kristal-kristal Natrium Klorida, sehingga pada saat
penimbangan dilakukan, diketahui secara benar zat/padatan yang ditimbang adalah
Natrium Klorida (NaCl) saja, sehingga kesalahan penimbangan dapat dihindari.
Pembakuan
larutan standar dilakukan dengan metode Mohr dan Volhard, begitupun dengan
penentuan kadar NaCl dari sampel telur asin.
Titrasi
argentometri dengan cara Mohr digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida (Cl- dan
Br-). Sebagai indikator digunakan larutan kalium kromat, dimana pada
titik akhir titrasi terjadi :
2Ag+ + CrO42- ↔ Ag2CrO4(s)
merah bata
Konsentrasi dari ion kromat harus diatur agar
endapan merah dari Ag2CrO4 terbentuk tepat pada saat ion
klorida diendapkan sempurna sebagai AgCl. Cara Mohr ini biasa dipakai untuk
penetapan kadar klorida dan bromida, tetapi tidak dapat dipakai untuk penetapan
iodida dan tiosianat secra teliti. Suasana larutan harus netral yaitu sekitar
6,5 - 10. Bila pH > 10 akan terbentuk endapan AgOH yang terurai menjadi Ag2O.
Sedangkan dalam larutan asam, ion kromat bereaksi dengan H+
membentuk Cr2O72- sehingga tidak terjadi
endapan Ag2CrO4 yang berwarna merah.
Persamaan reaksi ion kromat dengan asam :
2 CrO42- + 2H+
↔ 2HCrO4- ↔ Cr2O72- + 2H2O
Penurunan konsentrasi CrO42-
menyebabkan diperlukannya penambahan AgNO3 yang lebih banyak untuk
membentuk endapan Ag2CrO4, sehingga kesalahan titrasi
makin besar. Titrasi secara langsung ion perak dengan klorida secara mohr tidak
dapat dilakukan, karena akan terbentuk endapan Ag2CrO4
yang sukar larut. Untuk itu, dilakukan dengan cara titrasi-kembali yaitu dengan
cara menambahkan larutan baku klorida berlebihan dan kelebihan klorida
dititrasi dengan AgNO3 dengan menggunakan indikator kromat.
Selain
itu dilakukan pula cara Volhard. Pada cara ini larutan ion perak dititrasi
dengan amonium tiosianat dalam suasana asam, sebagai indikator digunakan
larutan garam, dimana dengan adanya kelebihan tiosianat akan terbentuk kompleks
feritiosianat yang berwarna merah :
Fe3+
+ CNS- ↔ Fe(CNS)2+ merah
Cara ini dapat dipakai untuk penetapan kadar
klorida, bromida, iodida, dan tiosianat di dalam suasana asam. Pada larutan
halogenida tersebut ditambah larutan baku AgNO3 berlebih, kemudian
kelebihan ion Ag dititrasi kembali dengan
larutan baku tiosianat. Suasana asam diperlukan untuk mencegah
terjadinya hidrolisa ion Fe3+. Ion-ion berwarna ini akan menggangu
seperti Cu2+, Ni2+, Co2+ mengganggu pada
metode ini dalam hal mengamati titik akhir titrasi. Asam nitrit menggangu
titrasi karena bereaksi dengan ion-ion sianat menghasilkan warna merah.
Pada
penentuan Cl- secara tidak langsung terdapat kesalahn yang cukup
besar, karena AgCl lebih mudah larut daripada AgCNS (Ksp AgCl = 1,2 x 10-10,
Ksp AgCNS = 1,2 x 10-12). Jadi AgCl yang terbentuk akan tergeser
menjadi AgCNS sehingga ion Cl- akan terlepas kembali atau dengan
perkataan lain : AgCl yang terbentuk larut kembali menurut persamaan reaksi :
AgCl + CNS- ↔ AgCNS + Cl-
Karena Ksp AgCl > Ksp AgCNS, reaksi di atas
cenderung bergeser ke kanan. Jadi CNS- tidak hanya dipakai untuk
kelebihan Ag+, tetapi juga oleh endapan AgCl sendiri.
Gambar 1.
Cara memindahkan larutan ke dalam erlenmeyer
|
Setelah semua larutan asam oksalat masuk ke
dalam labu erlenmeyer, leher bagian dalam labu erlenmeyer dibilas dengan
akuades, hal tersebut bertujuan agar semua sisa asam oksalat masuk ke dalam
labu erlenmeyer.
Penembahan
akuades pada titrasi argentometri cara Volhard bertujuan untuk mengecerkan
larutan sampel yang akan dititrasi. Sedangkan penambahan HNO3 6N
untuk mengkondisikan keadaan dalam suasana asam, karena reaksi akan terjadi
pada suasana asam.
Larutan
AgNO3 yang sudah distandarisasi dengan NaCl diisikan ke dalam buret
berwarna coklat, yang sebelumnya telah dibilas. Pemakaian buret berwarna coklat
dimaksudkan karena AgNO3 mudah terurai oleh cahaya (pada titrasi
argentometri cara Mohr). Sedangkan titrasi dengan cara volhard tidak perlu
menggunakan buret berwarna coklat karena larutan yang akan digunakan yaitu NH4CNS
tidak bersifat terurai oleh cahaya seperti AgNO3.
Titrasi dilakukan duplo (dua kali) hal ini
bertujuan untuk meminimalisasi kesalahan dari titrasi. Titrasi dihentikankan
ketika TE sudah tercapai yaitu dengan terlihatnya titik akhir titrasi yang
ditandai dengan adanya perubahan warna. Selain itu diperlukan pula titrasi
blanko. Hal ini bertujuan unutk mengetahui jumlah penitrasi yang bereaksi
dengan pelarut dan pereaksi-pereaksi lain.
Cara Mohr
|
Cara Volhard
|
|
|
Gambar 2. Perubahan
Warna Larutan Pada Saat Titrasi
|
Setelah titrasi dilakukan didapatkan
konsentrasi AgNO3 yang berbeda antara cara Mohr yaitu 0,0952 N dan
cara Volhard 0,1038 N. Sedangkan untuk kadar NaCl pada sampel telur asin pun
berbeda jauh yaitu cara Mohr yaitu 4,399% dan cara Volhard 0,0607%.
Idealnya kadar yang didapat dari sampel telur
asin yang sama, kadar yang didaptpun harusnya relatif sama. Perbedaan kadar dari sampel yang diuji disebabkan karena :
·
Adanya galat sistematik dari analisis, yaitu titrasi yang
dilakukan terlalu cepat sehingga TE (Titik Ekivalen) akan lebih cepat didapat.
·
Pada metode Volhard, larutan titran NH4CNS
yang terpakai hanya sedikit, rata-rata 0,05 mL sudah mencapai titik akhir.
Berbeda dengan metode Mohr yang memerlukan rata-rata 3,95 mL titran untuk
mencapai titik akhir titrasi. Hal ini menyebabkan kadar NaCl pada metode
Volhard sangat kecil daripada kadar NaCl pada metode Mohr.
·
Adanya galat sistematik dari instrumen, yaitu buret yang
digunakan dalm pembakuan larutan standar adalah buret bocor. Selain itu adanya
perlakukan yang tidak analtik pada saat melarutkan sampel telur asin, yaitu
proses pelarutan tidak menggunakan batang pengaduk, tetapi menggunkan spatula.
Hal tersebut mengakibatkan proses pelarutan tidak berjalan berjalan sempurna
(sampel tidak larut dengan baik), sehingga pada saat penyaringan filtrat yang
didapat hanya sebagian sampel yang tersaring.
BAB VI KESIMPULAN
Setelah dilakukannya beberapa percobaan, didapatkan :
6.1 Metode Mohr
Konsentrasi AgNO3 = 0,0952
N
Kadar NaCl dalam sampel telur asin =
4,399 %
6.2 Metode Volhard
Konsentrasi AgNO3 = 0,1038
N
Kadar NaCl dalam sampel telur asin =
0,0607 %
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Indigomorie,W.2009.TitrasiPengendapan:Argentometri. http://kimiaanalisa.web.id/titrasi-pengendapan-argentometri/
Merck Staff, 2009. Material Referensi Sekunder untuk Argentometri. http://www.merck-chemicals.co.id/material-referensi-sekunder-untuk-argentometri/
Miladi, 2010. Hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. http://sdm.ohlog.com/ksp.cat3520.html
Ratna, 2009. Definisi Kesetimbangan dan Karakteristiknya. http://www.chem-is-try.org/materi-kimia/kimia-smk/kelas-x/definisikesetimbangan-dan-karakteristiknya/
Rehmon, 2010. Silver Nitrate AgNO3. http://www.alibaba.com/product-free/11523946/silver-nitrate-AgNO3.html
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Skoog, D. A, D. M. West, & F. J Holler. 1994. Analytical Chemistry.
Sixth Edition. Sanders College Publishing. New York.
Sumarna, A. 2009. Pengantar Kimia Analisis II (Titrimetri).
Pusdiklat. Bogor.
Underwood, 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi ke lima Diterjemahkan oleh L. Sopyan, Dr. Ir. Erlangga. Jakarta.
Underwood, A. L & R. A Day . Jr. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif.
Edisi ke ke enam. Diterjemahkan oleh A. H Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Zulfikar, 2010. Reaksi Pengandapan. http://www.chem-is-try.org/materi-kimia-kesehatan/rekasi-kimia-kimia-kesehatan-materi-kimia/reaksi-pengandapan/
1 komentar:
Every Young ladies , Womens & Girl are Found of Shopping.
For an Auspicious Occassions Like Festival , Wedding Ceremonies Engagements Ceremony So,
Here We Have Some For You In Your Budget
For More....
Plz visit:-Designer salwar-Suit manufacture in surat
Post a Comment